"Dira, kenapa pintunya dikunci?" tanya Bia mulai ketakutan. Dira melepas blazer seragamnya.
"Jika kau selalu menolak tetap di sisiku, aku akan membuat kau tidak punya satupun alasan untuk pergi," tekan Dira. Setan dalam dirinya seakan terpancing karena amarah. Dira mendorong tubuh Bia hingga jatuh tersungkur ke lantai. Bia memekik kesakitan.
"Kamu kok kasar begitu?" tanya Bia bingung. Seumur hidup Dira tidak pernah kasar padanya. Meski terkenal jago berkelahi, Dira tidak pernah menyakiti Bia.
Gadis itu awalnya hanya berpikir Dira mengancamnya dengan perbuatan kasar. Namun ketika Dira sengaja menindih tubuhnya, Bia mulai merasa ada yang salah. "Dira, kamu mau apa?" tanya Bia mulai ketakutan. Gadis itu meronta mencoba melepaskan diri. Namun Dira yang sedang dikuasai amarah tidak menghiraukan gadis itu.
"Dira ...." Bia memohon meminta ampunan. Bahkan ia menunjukkan wajah tanpa daya yang biasa membuat hati Dira luluh.
Sempat Dira ingin berhenti karena tak kuasa melihat wajah gadis itu yang terlihat ketakutan. Dira mengecup kening Bia. "Aku hanya tidak ingin kehilanganmu, aku harap ini satu-satunya jalan yang bisa memaksamu untuk terus berada di sampingku."
Dengan hati berat, Dira mulai lancang melepaskan satu per satu kancing yang terkait di kemeja seragam Bia. Gadis itu berteriak sambil sesekali memukul tubuh kekasihnya. Namun itu sama sekali tidak berarti. Gudang yang berada di bawah tanah membuatnya kedap suara. Tidak ada satu orangpun yang mendengar suara teriakan Bia.
Dira semakin menjadi. Ia memaksa untuk mencium bibir Bia. Bukan ciuman manis seperti biasanya, justru ciuman penuh nafsu yang menikmati setiap sel bibir Bia. Ciuman yang memancing suhu tubuh Dira semakin memanas. "Dira, aku mohon jangan!" pinta Bia ketika Dira melepaskan bibirnya.
Dira tidak hanya dirasuki nafsu tetapi juga amarah yang mengusik jiwa dan pikiran. Dalam beberapa detik, kemeja Bia terlepas. Dira semakin lantang melepas cangkang gadis itu. Sementara Bia menangis ketakutan dan juga malu melihat akhirnya ia harus terlihat tanpa sehelai kain pun di depan seorang pria meski itu kekasihnya.
Deruan napas kian terkembang setiap jengkal Dira berpetualang di atas tubuh Bia. Ia mulai hilang akal dan lupa pada tujuan utama. Rasa cinta dan ketidak inginan berpisah semakin mendukung aksinya. Beberapa kali Bia memekik kesakitan ketika Dira dengan gemas melukis tanda merah di leher dan bagian atas dadanya. Tangisan Bia sama sekali tidak membuat Dira berhenti. Ia justru semakin menggila menguasai tubuh Bia.
"Sudah, aku mohon!" rintih Bia memukul-mukul tubuh Dira berharap pria itu sadar. Namun sedetik kemudian Bia berteriak kesakitan. Tangannya meremas lengan Dira dengan kuat sementara Dira mengerang mencoba mengerahkan seisi kekuatan untuk masuk ke dalam ruangan yang Bia jaga selama hidupnya. Dalam beberapa kali hempasan Dira berhasil mendobrak lapisan kuat dimana kesucian wanita terjaga. Kembali Bia berteriak. Ia mengatupkan rahang karena tak kuasa menahan rasa sakit yang disebabkan hal itu.
Sementara itu Dira tersenyum licik. "Sekarang apa kau masih ingin putus denganku?" tanyanya dengan nada penuh kemenangan. Bia memalingkan wajah ke kanan. Air matanya masih mengalir menandakan rasa kecewa pada pria yang kini menikmati tubuhnya.
Ruangan itu diramaikan dengan suara lenguhan Dira. Bahkan tidak sedetik pun ia melepaskan gadis yang berada dalam pangkuannya. Meski Bia meronta, Dira masih terus menguasai permainan. "Yakin ingin putus?" goda Dira lagi.
Bia menggeleng dengan mata berkaca-kaca. Bagaimana ia bisa menjauh sementara kini satu-satunya pria yang bisa menerima ketidak suciannya hanya, Dira - pria yang merenggut paksa kesuciannya hari ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 257 Episodes
Comments
luiya tuzahra
fix satu kata buat dira BR*NG**K
2022-09-26
0
Najwa_auliarahma
Dira dulu sampai segitunya gak mau putus sama bia,, dan pasti ada alasan nya kenapa Dira akhirnya mutusin bia ...
2022-08-29
0
Mayya d'Mayyoull
ya Allah kasihan bia
2022-07-04
0