Semalam Bia terpaksa menginap di motel dekat dengan rumah sakit. Tidak ia sangka, baru melakukan pendaftaran semalam dan langsung mendapat jadwal aborsi siang hari. Bia tidak ingin kehilangan ini, hidupnya harus kembali.
Jejaknya sudah tiba di lantai rumah sakit. Seorang perawat membawanya ke ruang pemeriksaan. Bia mendapat seorang dokter wanita. Sikapnya sangat ramah hingga membuat Bia kehilangan rasa takut. Bahkan ketika ia berbaring di ranjang pasien, tujuannya semakin bulat.
Dokter sempat menjelaskan bagaimana proses pengguguran kandungan dan juga efek sampingnya meski Bia tidak peduli dengan itu. Melanjutkan kehamilan justru jauh lebih menakutkan baginya.
"Apa kau tidak ingin melihat bayimu?" tawar dokter yang memeriksa Bia. Gadis itu mengangkat sebelah alis. Senyuman tersungging di bibir dokter itu. "Usianya sudah lima bulan. Harusnya ia sudah bisa terlihat jelas di layar USG," jelas dokter tersebut.
Bia sempat menggeleng hingga dokter menanyakan hal yang sama sampai tiga kali dan membuatnya mengangguk. Bia akhirnya berpindah ke ruang USG. Ia berbaring dengan bagian baju pasien yang disingkap hingga perut. Ketika dokter mulai menggerakkan sensor di atas perutnya, akhirnya Bia bisa melihat wajah hasil kesalahannya dengan Dira.
Bayi itu begitu mungil. Hidungnya mancung dengan alis tajam dan wajah tirus. "Tampannya," puji dokter. Bia hanya bisa mengangguk. Semakin lama gambaran bayi tak berdosa itu semakin jelas. Bia bisa melihat bagaimana tangannya mencoba meraih sesuatu dan kakinya yang sedikit bergeser. Sempat terlihat bibirnya tipis bayi itu melengkung memperlihatkan senyum yang manis dan mengundang senyum Bia.
"Apa kau yakin ingin mengugurkannya?" tanya dokter itu. Ia menatap Bia penuh pengharapan. Sementara Bia menatap lurus pada layar dimana wajah bayinya tergambar jelas. Ada sebuah rasa hangat yang merasuk ke dalam batin. Bia mengusap perutnya dan tanpa sengaja merasakan pergerakan di sana. Anak ini hidup dan disaat Bia tidak menginginkannya, ia justru terlihat nyaman berlindung di dalam tubuh Bia.
"Aku pikir semua orang membuangku. Tak ada yang sayang padaku. Mereka semua jijik melihatku. Bahkan dia, laki-laki yang dulu menjagaku akhirnya pergi dan bersama wanita lain."
Bibir Bia bergetar. Tangisan yang sempat mengering kembali mengusik dari sisi mata dan mengalir membasahi pipi. Lagi-lagi bayi itu bergerak menyentuh ari-ari yang menjadi penghubung batin antara ia dengan Bia. "Karena itu aku pikir aku sendirian," ucap Bia lirih.
"Tapi?" dokter itu memancing emosi Bia.
Bia mengangguk-angguk. "Tidak, aku salah. Ada dia, dia keluargaku. Bayiku. Dia ingin bersamaku. Dia sayang padaku," ucap Bia tulus. Ia merasa menemukan harapan lain dalam wajah anak itu. Melihat bagaimana garis tubuh janin dalam perutnya, Bia mulai mengukir kekuatannya sendiri.
"Bagaimanapun, kau ini seorang ibu," ucap dokter itu memberi Bia keyakinan. Bia mengangguk. Ia ingat dengan ibunya. Wanita yang melahirkannya dengan susah payah dan melindunginya ketika kecelakaan. Wanita yang rela kehilangan nyawa dengan memeluk Bia agar tidak terkena pecahan kaca saat mobil yang mereka tumpangi terjun bebas ke laut dan menghantam karang. Kadang Bia selalu bertanya bagaimana bisa ibunya melakukan itu. Melihat bayi dalam layar, Bia menemukan jawabannya. "Karena aku seorang ibu," ucap Bia.
"Aku ingin bayi ini dokter. Tak apa 'kan jika aku tidak jadi menggugurkannya? Aku janji akan jadi ibu yang baik dan menjaganya. Aku akan lakukan apapun untuknya. Meski dunia ini tak menerima kami berdua," janji Bia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 257 Episodes
Comments
Warniti Azzahra
membaca berkali kali ngak bosan
2024-05-07
1
Sani Srimulyani
kamu kuat bia demi anakmu, buktikan pada dunia kalo kamu ibu yg hebat meski harus melahirkan anak tanpa sosok suami. buat dira menyesal telah meninggalkanmu.
2023-07-05
1
Candy
bayi pololo 😭😭😭
2023-05-22
0