Awal Perjodohan #2
Jam menunjukkan pukul 4 pagi waktu Singapura. Nana tertidur di kamar rawat inap ayahnya.
Saat ia membuka mata, ia melihat ayahnya sudah duduk di tempat tidurnya. Rasanya seperti mimpi bagi Nana.
"Papa???"
Ayahnya hanya tersenyum.
Nana langsung merengkuh tubuh ayahnya dan memeluknya.
"Papa, maafkan Nana.... Kak Kevin sudah cerita semuanya pada Nana. Nana janji akan melakukan yang terbaik untuk perusahaan kita demi papa."
"Nana, papa yang seharusnya minta maaf karena selama ini belum memberikan yang terbaik untukmu. Tapi papa sudah bicara dengan Kevin untuk menyerahkan sepenuhnya urusan perusahaan kepadamu. Papa sudah menghubungi pengacara dan notaris papa untuk secepatnya menjadikan Jaya Grup di bawah hak namamu. Besok mereka akan datang, papa akan mengatur semuanya untuk kamu...."
Nana hanya mengangguk, ia hanya yakin bahwa apa yang direncakan ayahnya untuknya adalah yang terbaik.
"Dan satu lagi, Nana... Papa harap kamu tidak kecewa dengan kesepakatan Papa dan aunty Julia."
Nana terdiam sejenak,
"Aunty Julia istrinya Uncle Johan?"
Hari Widjaya mengangguk.
"Kamu tentu masih ingat kan?"
"Iya, Nana masih ingat. Terakhir kalinya Nana ketemu aunty Julia sekitar 8 tahun yang lalu saat Nana masih SMP. Saat itu beliau sering ke rumah kita saat perusahaannya bangkrut."
"Ya benar, tapi saat ini.... perusahaannya kembali menjadi salah satu perusahaan properti dan konstruksi yang sedang mengalami kemajuan pesat. Bahkan tahun ini dia juga akan mengembangkan bisnisnya real estate-nya."
"Aunty Julia memang orang yang kuat, apalagi setelah uncle Johan meninggal."
"Saat itu perusahaan kita melunasi 55% hutangnya, papa menjual salah satu perusahaan batu bara dan 30 hektar lahan sawit milik kita. Meski Johan tidak bisa diselamatkan, namun setidaknya perusahaannya tidak jadi dinyatakan pailit."
"Lalu sekarang, apakah mereka mau membantu kita?"
"Iya.... papa sudah membicarakannya dengan para shareholder Jaya Grup tentang rencana akusisi dari Shine Grup."
"Akuisisi??? Artinya papa bukan lagi menjadi Presiden direktur Jaya Grup?"
"Benar, papa sudah lelah Nana... Papa hanya ingin hidup tenang bersama keluarga. Selama ini papa selalu mengabaikan kalian, hanya demi urusan perusahaan. Tapi kamu jangan khawatir, Aunty Julia orang baik. Dia akan menjaga Jaya Grup untuk kita. Dan juga menjagamu."
Nana tidak mengerti ucapan terakhir ayahnya, dia hanya berpikir tentang alasan ayahnya menyerahkan perusahaannya kepada Shine Grup.
--------
2 hari kemudian
Hari ini adalah pertemuan pimpinan Jaya Grup dan Shine Grup di Convention Hall
salah satu Hotel terdekat dari Rumah Sakit.
Hari Widjaya didampingi Lisa Widjaya, Kevin, Nana, tim komisaris dan tim pengacara Jaya Grup.
Shine Grup juga dihadiri oleh Julia Lim, Erica putri keduanya, dan tim pengacara mereka. Namun Eric tidak tampak hadir disana, bahkan sampai presentasi berakhir.
Salah satu manager Erica membisikkan sesuatu, lalu Erica menyampaikannya pada Julia. Sesaat wajah Julia terlihat geram.
"Baiklah, Saya sangat berterimakasih kepada pihak Jaya Grup atas keterbukaan kondisi perusahaan Jaya Grup saat ini. Terutama kepada Tuan Hari Widjaya, saya tidak pernah sedikitpun melupakan jasa Jaya Grup terhadap Shine Grup di masa lalu. Dan saat ini, mengingat kondisi Jaya Grup yang mengalami kemerosotan selama dua tahun terakhir, sebenarnya ini adalah langkah yang tepat untuk segera melakukan afiliasi dengan perusahaan lainnya. Tapi...."
Sejenak Julia menatap Nana sambil tersenyum,
"Saya menginginkan lebih dari kerja sama urusan perusahaan..."
Julia menghentikan sejenak kalimatnya. Semua orang terdiam dan sebagian berbisik satu sama lain. Julia melirik Hari Widjaya dan Lisa, lalu mereka mengangguk. Julia melanjutkan kalimatnya.
"Kami ingin menyatukan Jaya Grup dan Shine Grup menjadi satu naungan, tidak hanya satu korporasi, namun juga satu keluarga. Dengan kata lain, kami akan menyatukan kedua anak kami, Nana dan Eric..."
Nana seperti tersambar petir, ia terbelalak dan tak bisa mengucapkan sepatah katapun, ia ingin protes tapi Lisa menggenggam tangan anaknya itu.
Kedua mata Nana menatap mata ibunya dan didalamnya tersurat pertanyaan, apa yang sebenarnya terjadi?
Lisa mencoba menenangkan kebimbangan putrinya dengan tatapan yang lembut yang seolah membalas pertanyaan Nana, ini yang terbaik dan semuanya akan baik-baik saja.
Nana hanya tertunduk diam dan ia tidak bisa berbuat banyak karena ia terlanjur berjanji pada dirinya untuk menerima segala keputusan ayahnya.
Saat itu juga, tiba-tiba seorang pria muda berpostur tinggi tegap dan tampan datang di tengah suasana pertemuan tersebut.
"Maaf saya terlambat datang, saya harap masih belum terlambat untuk mengikuti meeting ini..."
Julia pun langsung menyela ucapan putranya.
"Kebetulan sekali Eric sudah datang, ini adalah moment yang tepat sekali untuk mempertemukan Eric dan Nana secara langsung. Karena kita pasti secepatnya akan membicarakan perjodohan ini secara detail dan lebih kekeluargaan untuk mereka."
Nana dan Eric saling bertatapan, mereka seolah sama-sama mengatakan dalam bahasa mata mereka, bahwa ini bukan kehendak mereka.
Lalu Eric berdiri sambil menatap ibunya.
"Shine Grup hanya akan melakukan akuisisi, tidak perlu ada pernikahan. Saya rasa, Miss Nana juga pasti keberatan dengan keputusan sepihak seperti ini. Bukankah dari awal tidak ada perjanjian adanya perjodohan? Shine Grup melakukan akuisisi untuk membalas budi atas kebaikan Jaya Grup di masa lalu, sama sekali tidak ada ikatan pernikahan yang dijadikan garansi. Benar begitu Kan, Miss Nana?"
Nana hanya menunduk, dia ingin bicara tapi bibirnya tertahan.
Eric benar, memang tidak ada perjanjian perjodohan dari awal, dan ayahnya juga tidak mengatakan sebelumnya kalau akusisi ini akan berujung pada ikatan pernikahan.
Di satu sisi Nana seperti mendapat angin segar karena Eric sudah mewakili isi hatinya.
Tapi di sisi lain, Nana tidak sanggup melihat kekecewaan ayahnya jika ia menolak perjodohan itu.
Tanpa sedikitpun melirik ke arah Eric, Julia menghela nafas dalam, sambil memaksakan senyumnya.
"Sepertinya saya ada sedikit urusan yang harus saya luruskan bersama putra saya.
Saya akan memberi kabar untuk melakukan pertemuan selanjutnya, Saya mohon maaf untuk hari ini, pertemuan ini cukup disini dulu. Permisi..."
Setelah mengatakan begitu, Julia membungkuk ke arah Hari Widjaya dan Lisa. Lalu ia bersama orang-orang dari pihak Shine Grup keluar dari ruangan.
Bagitupun juga Eric yang kemudian digandeng oleh Erica untuk keluar dari ruang pertemuan tersebut.
----------
1 jam kemudian, di rumah Julia Lim.
"Plakkkkk!!!"
Julia menampar pipi sebelah kanan Eric. Perlahan pipi Eric meneteskan darah tipis karena tergores cincin Julia.
"Keterlaluan kamu Eric! Kamu mempermalukan mama! Bukankah sejak rencana akuisisi ini kita bicarakan, mama sudah bilang kalau kamu juga akan menikahi Nana! Lalu apa maksud kamu dengan mengatakan bahwa mama membuat keputusan secara sepihak?! Kamu mau membuat mama terlihat sebagai orang licik yang plin plan di depan om Hari dan keluarganya?!"
Eric hanya terdiam tanpa melihat wajah ibunya.
"Eric kamu harus tahu berapa banyak om Hari mengorbankan hidupnya untuk membantu keluarga kita. Apa kamu tidak sedikitpun punya hati nurani untuk membalasnya di saat perusahaan mereka saat ini mengalami kemunduran. Bahkan kita tidak rugi apapun!"
"Tapi tidak perlu adanya pernikahan, ma... Bukankah Eric dari awal tidak setuju dengan rencana mama."
"Apa alasannya? Kamu mau bilang tidak tertarik dengan Nana? Siapa yang tidak tahu tentang hubungan kamu dengan sekretaris yang bernama Edis!"
"Edis tidak tahu apa-apa ma!"
"Apakah Edis pernah mengorbankan hidupnya sebesar pengorbanan keluarga Nana? Apakah Edis lebih baik dari Nana? Siapa yang tidak tahu latar belakang gadis itu! Mama membiarkan gadis itu bekerja disini, karena mama pikir dia tidak bersalah atas perbuatan ayahnya yang pernah menggelapkan uang perusahaan kita bahkan di saat perusahaan kita di ambang kehancuran, dan ayahmu sudah sekarat! Tapi apa sekarang yang dia lakukan, dia merayu kamu dan berusaha menjadikanmu anjing budak cintanya!"
"Edis tidak seperti itu ma, dia tidak pernah menggodaku. Tapi aku yang mengejarnya, aku yang memaksanya menerimaku. Dia tidak seburuk yang mama katakan. Dia adalah tulang punggung keluarganya, ibunya sakit menahun, adiknya masih lumpuh karena kecelakaan, akulah yang iba terhadapnya. Dia tidak pernah merayuku."
Julia menghela nafas panjang dengan berlinang air mata,
"Apa kamu pikir hanya Edis yang mengalami nasib tragis? Dia menderita seperti ini karena menanggung karma ayahnya! Kamu tahu saat ayahnya menggelapkan uang perusahaan, dia mengajak keluarganya pindah ke Hongkong dan hidup enak disana. Sementara saat itu keluarga kita merangkak mengemis dan mengiba di pengadilan. Dan saat itu hanya om Hari yang rela menjual asetnya yang tidak sedikit untuk membayar 55% hutang kita. Sampai akhirnya kita bisa hidup seperti sekarang ini."
Julia terduduk lesu dan melemahkan suaranya.
"Apa yang kamu nikmati sekarang semuanya tidak terlepas dari jasa keluarga Nana. Dan saat ini, kondisi om Hari tidak bisa ditebak, dia hanya berpesan untuk menitipkan Nana kepada mama. Lalu yang bisa mama lakukan adalah menjadikannya sebagai bagian dari keluarga kita. Andai saja kamu mengerti apa yang mama rasakan Eric...."
"Tapi Eric tidak mencintai Nana ma...."
Julia memejamkan matanya sejenak,
"Keluar kamu Eric! Mama tidak mau melihat kamu di rumah mama..."
"Mama...."
Eric berusaha meraih tangan ibunya, namun dicegah oleh Erica yang sedari tadi mendampingi juga ada di ruangan itu.
"Kak Eric sebaiknya pulang dulu. Besok kita akan bicarakan lagi. Saat ini, biarkan mama tenang dulu."
Erica menuntun Julia ke kamarnya.
Eric yang dari tadi berdiri lalu terduduk lesu dengan membungkukkan tubuhnya, wajahnya yang terlihat lelah dan penuh kebimbangan.
Bagaimana mungkin dia akan meninggalkan Edis demi Nana yang tidak dia kenal.
Meski pernah bertemu dua kali saat baru lulus SMA, dan Nana saat itu masih SMP. Dia tidak pernah dekat ataupun berbicara dengan Nana. Bagaimana ia akan hidup bersama orang yang tidak dia cintai.
Beberapa saat kemudian Erica keluar dari kamar Julia,
"Kakak, mama sudah tenang...sekarang sedang tidur... Mungkin sebaiknya kakak jangan mengganggu mama dulu..."
"Baiklah, kalau begitu aku mau kembali ke kantor."
"Kak Eric, tunggu...."
Eric menghentikan langkahnya,
"Aku rasa, Nana orang yang baik. Dia sepertinya juga terpaksa dengan perjodohan ini, tapi dia memilih untuk pasrah. Mungkin saja dia pun juga memiliki seseorang yang dia cintai, tapi dia memilih untuk tidak egois."
"Biar aku yang memikirkannya, tolong jaga mama, aku pergi dulu."
Eric hanya menoleh sedikit pada adiknya, dia hanya menanggapi dingin terhadap apa yang dikatakan adiknya.
Eric masuk ke mobilnya dan memukul setir. Dia menundukkan kepalanya ke setir lalu melihat ponselnya.
Terpampang foto Edis dan dirinya sedang berciuman bibir yang dijadikan sebagai wallpaper utamanya.
Lalu terlintas di pikirannya untuk menemui Edis saat itu juga.
"Halo... Eric?"
"Dimana sayang?"
"Lagi di kantor, ada apa?"
"Aku jemput di kantor sekarang, aku butuh kamu..."
"Ada apa?"
Tuttt...tuttt...tutt...
Eric memutus panggilannya lalu tancap gas dan mengendari mobilnya dengan kencang untuk menemui Edis.
------------------
Tetap setia membaca Novel ini,
Jangan lupa dukung author dengan klik: "Like"👍 "Love"❤️ dan berikan rating "Bintang 5"⭐⭐⭐⭐⭐ya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
lailitq
fotonya gk bisa dibuka ya
2022-02-15
0
🌿Ghie🌻顾家(晓晨倾城兮兮)
oke dua kata aja "tajir beneerr"😳😳
2020-09-17
4
Agustina Sudartono
si eric .... aduhaiiiii
2020-05-12
0