Awal Perjodohan #1
Nana berjalan tergesa-gesa di John F Kennedy Airport, New York.
"Papa sekarang masih di ICU, ma?"
"Iya, sudah sejak 3 jam yang lalu, Kevin sudah menanganinya. Tapi kenapa sepertinya tadi lebih banyak dokter yang masuk dari biasanya?"
"Mama tenang ya, ini Nana sudah mau boarding. Mungkin besok malam Nana sudah sampai di Singapur."
Kemarin Nana mendapat kabar dari ibunya bahwa ayahnya masuk ICU lagi karena terjatuh lagi di kamar mandi rumah sakit.
Nana yang seminggu lalu baru saja wisuda langsung berangkat dari New York menuju ke Singapura.
Kevin memang sudah memberi tahu Nana keadaan ayah mereka yang semakin lama semakin drop.
Sudah sejak 3 bulan ini Hari Widjaya dirawat di Singapore Hospital karena kondisinya yang semakin memburuk, seminggu sekali harus rutin cuci darah, suntik insulin, tidak bisa berjalan, dan hipertensi yang semakin naik ditambah lagi saat ini ada indikasi stroke.
Oleh karena itu Nana selama 6 bulan ini tidak pulang karena ia ingin segera menyelesaikan tugas akhir-nya agar ia segera wisuda.
-----
20 jam kemudian
Nana sampai di Rumah Sakit dan langsung menghubungi ibunya. Dia sangat mencemaskan kondisi ayah dan ibunya.
Namun ibunya tidak mengangkat teleponnya berkali-kali.
Nana semakin cemas dengan membayangkan hal-hal buruk terjadi, ia pun semakin mempercepat langkahnya....
Bukkk!!!
"Oh, forgive me sir... it's my fault... Are you alright?"
"It's Ok, i am fine."
Nana tidak sengaja menabrak seorang pria tampan bertubuh tinggi tegap karena terlalu terburu-buru dan tidak melihat ada seseorang saat melewati persimpangan koridor rumah sakit.
"I am glad if you okay... excuse me, i'm in hurry. I have to leave." ucap Nana dengan terburu-buru.
Setelah melihat sekilas orang yang ditabraknya baik-baik saja, Nana pun berlalu.
Tanpa dia sadari bahwa student ID card yang masih ia bawa dari New York terjatuh.
Pria muda tersebut menyadari ada barang Nana yang terjatuh, dia segera memungutnya dan mengejar Nana, namun saat ia akan memanggil, Nana sudah tidak ada.
ID card itu sementara ia bawa dan akan ia serahkan ke resepsionis.
Tidak berapa lama seorang wanita muda keluar dari sebuah ruangan dokter spesialis radiologi dengan wajah agak muram.
Pria tampan tersebut menyambutnya dengan senyum hangat
"Bagaimana kondisi Daniel?"
"Tadi dokter sudah menjelaskan hasil rontgen Daniel. Dokter bilang Daniel masih harus menjalani dua kali operasi lagi. Setelah operasi penyatuan kembali tulang pahanya yang patah, ia harus operasi kepala karena ada gumpalan darah yang ada di kepalanya. Setelah itu operasi untuk rekonstruksi wajahnya karena tulang rahang dan hidungnya yang patah cukup parah."
"Tenang saja, aku akan menjamin Daniel mendapatkan perawatan terbaik, dan aku baru saja mendapat kabar kalau polisi juga sudah menemukan petunjuk mobil pelaku tabrak lari yang menabrak Daniel."
"Terimakasih Eric... aku hanya bisa mengandalkanmu, aku tidak tahu bagaimana jadinya kalau Daniel..."
"Edis... kamu jangan sedih lagi ya, Daniel pasti juga sedang berjuang dalam sakitnya. Sebagai kakak, kamu harus kuat..."
Pria yang bernama Eric itupun mengusap air mata wanita yang bernama Edis tersebut dan membenamkan wajah Edis ke dalam pelukan di dadanya yang membidang.
-----
Nana di ruang konsultasi Kevin.
"Kenapa kakak nggak jujur aja sama mama?"
"Kamu tahu kan mama orangnya gimana? Kalau dia tahu malah tambah syok."
"Lalu Papa masih bisa sembuh Kan?"
Kevin menggeleng ragu,
"Aku nggak bisa bilang seperti itu, karena kondisi papa semakin memburuk."
Nana keluar dari ruangan kakaknya dan menuju salah satu kamar VVIP.
Disana ia mengintip dari pintu, ibunya tertidur dengan kepala bersandar di bed tempat ayahnya berbaring.
Nana tidak tega melihat ayahnya yang saat ini jauh lebih kurus dari terakhir kali dia bertemu 6 bulan lalu.
Ibunya juga terlihat pucat karena kelelahan dan kurang istirahat.
Dalam hati Nana, ia berjanji akan melakukan apapun demi membahagiakan ayahnya.
Meskipun nanti kapanpun ayahnya harus pergi, setidaknya dia mampu mengabulkan harapan ayahnya.
Tiba-tiba Kevin menepuk bahu Nana,
"Ada hal penting lain yang mau aku bicarakan"
Nana menutup kembali pintu kamar tersebut lalu mengikuti Kevin.
"Ada apa?"
"Ini tentang Jaya grup. Kamu tahu kan kalau tahun lalu Papa menjual perusahaannya di Kuala Lumpur?"
"Lagi kak??? Kenapa???"
"Karena memang Papa sudah tidak bisa mengurus perusahaan disana. Banyak kejanggalan laporan pajak yang ternyata pembayaran pajak diselewengkan oleh manajer keuangannya. Aku juga nggak bisa menyalahkan, karena memang Papa sudah hampir satu semester tidak melakukan monitoring disana, karena papa fokus pada treatment-nya. Untungnya polisi bisa menemukan faktanya sehingga papa tidak terlibat sebagai tersangka. Namun setelah menjalani proses tersebut di pengadilan, papa akhirnya semakin drop dan menjual perusahaannya."
"Kenapa kakak nggak cerita sebelumnya sama aku, kak?"
"Papa yang melarang cerita, beliau mau kamu harus tetap fokus menyelesaikan kuliah dulu, nanti papa sendiri yang akan bicara, tapi siapa yang menyangka kalau keadaan papa menjadi seperti ini. Makanya sekarang aku membicarakan ini dengan kamu."
"Jadi... sekarang apa yang harus kita lakukan kak?"
"Saat ini, papa sedang mengupayakan penjualan semua aset dan inventarisnya di Indonesia. Karena beberapa waktu lalu papa bilang akan memindahkan perusahaan induknya ke Singapura. Karena satu-satunya cabang perusahaan yang masih stabil adalah di sektor properti dan real estate.
Terlebih lagi, karena kamu ahli di bidang arsitektur, maka dari itu papa memutuskan untuk menjual semua aset di sektor pertambangan demi memperkuat sektor real estate yang sebentar lagi akan di-handover sepenuhnya olehmu."
"Hiks...."
Langkah Nana berhenti dan dia tidak kuasa menahan tangis.
"Dalam kondisi tubuhnya yang antara hidup dan mati, papa masih bisa mengatur semuanya demi aku...."
Kevin merangkul adiknya,
"Nana, setiap orangtua pasti akan memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Sejak kecil papa tidak pernah memaksaku ikut ke kantornya karena aku lebih tertarik bermain di klinik praktek papanya Brian. Dan saat aku memutuskan untuk masuk kedokteran, papa tidak pernah mempertanyakan ataupun membujukku untuk mengikuti jejaknya di dunia bisnis. Dia hanya menyuruhku berjanji bahwa aku harus ikhlas dan yakin dalam melakukan sesuatu yang sudah menjadi pilihanku.
Dan saat ini, dia pun juga melakukan hal yang sama kepadamu, papa hanya melakukan tanggung jawabnya sebagai seorang pemimpin sekaligus pelindung bagi kita."
Nana hanya bisa terus menangis mendengar setiap kalimat yang diucapkan Kevin.
Sejak kecil Nana merasa bahwa ayahnya lebih memprioritaskan kakaknya. Apapun yang diinginkan kakaknya selalu dituruti.
Meski kadang Nana merasa iri, namun ia masih mendapat kasih sayang yang lebih dari ibunya.
Saat Nana lulus SMA dengan nilai yang masuk jajaran peringkat 10 besar paralel, Ayahnya tidak memberikan penghargaan ataupun hadiah sama sekali.
Nana bisa kuliah di New York itupun juga berkat usaha dan kerja kerasnya sendiri mendapatkan beasiswa.
Dia sengaja mengambil jurusan Arsitektur agar bisa meyakinkan Hari Widjaya bahwa Nana juga bisa dibanggakan.
Namun selama ini Nana hanya mendapat sikap dingin dari ayahnya.
Dan ucapan Kevin barusan membuat Nana merasa selama ini ia salah menilai ayahnya.
Ayahnya tidak pernah sekalipun melepaskan perhatiannya demi kepentingan Nana.
Bahkan di saat-saat seperti ini, harapan satu-satunya ayahnya adalah dirinya.
Nana bersumpah dalam dirinya bahwa ia akan melakukan yang terbaik untuk Jaya Grup demi Hari Widjaya.
------
Tetap setia membaca Novel ini,
Jangan lupa dukung author dengan klik: "Like"👍 "Love"❤️ dan berikan rating "Bintang 5"⭐⭐⭐⭐⭐ya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Imad Saifuddin Jamil
kk autor ini gambar ny kemana?
2022-09-14
0
Leni Fatmawati Fatmawati
aku mampir😊
2022-04-06
0
Yuli Rafa
masih nyimak
2021-11-16
0