Janji
Pagi ini,
Jam menunjukkan pukul 06.00 pagi waktu Singapura.
Salah satu managernya Lisa datang ke kediaman Julia, untuk menyampaikan kabar duka tentang kematian Hari Widjaya.
Julia sangat terkejut dengan kabar duka yang mendadak tersebut.
"Jam 02.00 dini hari tadi Tuan Hari sudah diterbangkan ke Jakarta, dan saat ini pihak keluarga dan rekan Jaya Grup di Jakarta sedang mempersiapkan pemakaman beliau disana."
"Baiklah..... pagi ini juga aku beserta perwakilan Shine grup akan segera kesana."
"Saya ditugaskan oleh Nyonya Lisa untuk mendampingi perjalanan Nyonya Julia."
Julia pun meminta Erica dan managernya menyiapkan pesawat jet pribadinya untuk perjalanan ke Jakarta.
Julia juga menyuruh Erica untuk menghubungi Eric, namun berkali-kali Erica tidak dapat tersambung dengan Eric.
Erica pun menghubungi manager Eric.
Tidak berapa lama Erica membisikkan sesuatu kepada Julia.
Terlihat ekspresi Julia berubah menjadi geram.
"Kalau begitu pagi ini kita akan ke kantor dulu sebentar."
------------
Di Hotel tempat Eric dan Edis menginap,
"Morning sayang...."
Eric mengecup kening Edis yang baru saja bangun.
Eric membawakan sarapan untuk Edis yang kelelahan setelah semalaman harus melayani gairah Eric.
"Kamu gak ke kantor hari ini?"
"Aku gak mau ke kantor, aku maunya kamu..."
"Ahh...apa sih..."
Wajah Eric berubah serius,
"Edis, aku serius mau melamar kamu. Kamu mau kan? Apapun yang terjadi, kamu akan tetap bersamaku. Aku akan memberikan seluruh duniaku untukmu."
Edis hanya tersenyum dan menggoda Eric.
"Kalau aku tidak mau?"
"Kamu.....!!"
Eric tahu Edis hanya bercanda, dia pun menyerang Edis dengan mengelitikinya hingga adegan kemesraan mereka pun kembali dimulai.
Namun, telepon Edis tiba-tiba berdering.
Edis hanya melirik layar ponselnya lalu terkejut melihat ternyata ibunya yang menelponnya.
Edis mengangkat teleponnya, dan wajahnya menjadi muram, dia sepertinya sedang terpukul.
"Aku harus pulang sekarang, Eric..."
"Ada apa?"
"Ini soal Daniel, aku harus mengurusnya"
"Baiklah, aku antar kamu ya..."
Eric dan Edis pun bersiap check out dari hotel. Eric kembali mengaktifkan ponselnya.
Tidak berapa lama ada panggilan masuk dari Richo.
"Halo, Ada apa Richo?
"Eric kamu dimana?"
"Aku.... sedang bersama Edis."
"Kamu harus segera ke kantor sekarang juga, rapat pertemuan komisaris sudah dimulai."
"Pertemuan komisaris? Kenapa mendadak? aku tidak menjadwalkannya."
"Nyonya Julia sudah datang, pokoknya kamu harus segera kemari."
Richo menutup teleponnya, Eric terlihat gusar.
"Ada apa Eric?"
"Sepertinya ada masalah mendesak sehingga tiba-tiba diadakan rapat komisaris. Sepertinya aku tidak bisa menemani kamu ke Rumah Sakit. Tapi aku janji setelah urusanku selesai, aku akan mengurus semuanya untuk kamu dan Daniel."
Edis hanya mengangguk tapi dalam hatinya ia merasa kecewa karena Eric harus mengutamakan urusan pekerjaannya.
Edis dan Eric pun kembali ke kota.
Setelah mengantar Edis ke Rumah Sakit tempat Daniel dirawat, lalu Eric segera menuju ke kantornya.
Setelah sampai di kantor siang itu, Eric melihat Richo yang berjalan tergesa-gesa.
"Richo!"
"Haduh.... kenapa baru datang sekarang? Rapatnya sudah ditutup oleh Nyonya Julia. Sekarang beliau sudah berangkat ke bandara menuju Jakarta bersama beberapa perwakilan dewan komisaris."
"Ke Jakarta? Kenapa begitu mendadak?"
"Kenapa kamu jadi seperti orang yang tidak tahu apa-apa? Kemarin Tuan Hari dari Jaya Grup meninggal dunia, dan saat ini sudah berada di Jakarta untuk dimakamkan."
Eric sangat terkejut mendengar penjelasan Richo. Baru sehari dia meninggalkan urusan kantor, dia bahkan tidak tahu situasi seperti ini.
Eric lalu menghubungi Erica.
-----------
Changi Airport,
Erica mendapatkan telepon dari Eric, lalu ia menyampaikan kepada ibunya.
"Biarkan saja dia datang, Kita akan menunggunya. Tapi jangan katakan apapun tentang hal-hal yang tidak berkaitan dengan urusan perusahaan. Dan satu lagi, apakah kamu sudah mengatur orang untuk mengurus gadis itu?"
"Semuanya sudah diatur sesuai perintah mama, kemungkinan Edis dan keluarganya tidak akan punya pilihan lain."
"Baguslah, Mama cuma ingin pikiran Eric teralihkan dari gadis itu. Dan satu-satunya cara adalah dengan menjauhkan dia dari Eric."
30 menit kemudian, Eric sudah tiba di Bandara Changi.
Erica dan Julia sudah menunggu di lounge bersama dengan beberapa komisaris dan staf.
Beberapa menit kemudian Eric muncul dan menyapa Erica dan Julia.
Tanpa banyak kata, Julia segera mengajak untuk segera boarding.
----------------
2 jam kemudian,
Julia dan rombongannya sudah sampai di Bandara Soekarno Hatta, Jakarta.
Mereka kemudian masuk ke rombongan mobil yang sudah disiapkan oleh Managernya Lisa.
Sepanjang perjalanan, Julia sama sekali tidak mengajak bicara Eric meski mereka berada di dalam satu mobil.
Eric tahu ibunya pasti masih marah terhadapnya karena masalah kemarin, ditambah lagi mungkin ibunya juga sudah tahu saat dia tidak berada di tempat karena bersama dengan Edis.
Tiba-tiba ada panggilan masuk ke ponsel Eric dari Edis. Namun Eric mengabaikannya dan mengatur mode senyap.
Lalu ada panggilan lagi, sampai beberapa kali.
Eric mengirim sms kepada Edis, bahwa dia sedang bersama dengan ibunya, lalu Eric mematikan ponselnya.
Julia hanya melirik tanpa berkata apapun. Dia yakin mungkin barusan Edis menelpon Eric untuk mengadukan sesuatu.
Tapi dia tidak peduli, dia yakin bahwa Eric akan lebih memilih dirinya dan keluarganya dibandingkan dengan Edis.
Terlebih lagi, Julia juga sudah mengatur segalanya untuk menjauhkan Edis dari Eric.
Sekitar 2,5 jam kemudian, akhirnya Julia beserta perwakilan Shine Grup sampai di rumah duka keluarga Hari Widjaya.
Disana terlihat Lisa masih terduduk lemas karena kelelahan menangis, dia bersandar di bahu Nana.
Julia langsung menghampiri Lisa dan Nana, lalu mereka berpelukan.
Eric melihat Nana yang matanya masih membengkak. Namun ia tidak mengeluarkan sepatah katapun, karena memang dia tidak pernah berbicara dengan Nana sebelumnya.
Kemudian Julia, Eric, Erica, dan beberapa perwakilan dari Shine Grup memberi penghormatan terakhir kepada jenazah Hari Widjaya.
Julia pun mengajak Nana dan Kevin berbicara di sebuah ruangan.
"Nana, mungkin aunty akan segera mempercepat proses akuisisi ini, demi papa kamu, sebagaimana seperti yang diharapkan oleh papa kamu."
"Tapi menurut Nana, apa tidak sebaiknya setelah papa disemayamkan, barulah kita mengatur rencana itu aunty?"
"Baiklah, aunty mengerti. Kalau begitu, aunty selama seminggu ini akan tinggal di Jakarta sambil memeriksa beberapa dokumen aset bersama dengan tim lawyer papa kamu."
"Aunty..... masalah perjodohan itu...."
Nana terdiam sejenak, dia seperti tidak bisa melanjutkan kalimatnya.
Julia memahami bahwa mungkin itu berat bagi Nana menghadapi Eric.
"Tenang saja Nana, Eric berada dalam kendali aunty.... rencana itu akan tetap berjalan sebagaimana mestinya. Pernikahan ini bukanlah harapan aunty semata, tapi juga wasiat dari papa kamu agar kamu bisa tetap mempertahankan perusahaannya."
Nana hanya bisa mengangguk. Kevin mengusap bahu adiknya, dia menjaminkan kepada Nana untuk tidak perlu khawatir selama ada dirinya yang mendukung Nana.
-------------------
Hari berikutnya,
Di sebuah Hotel Bintang 5,
Julia memimpin meeting bersama perwakilan dewan komisaris Shine Grup, disana juga dihadiri Eric dan Erica.
"Meeting ini tentu ada kaitannya dengan duka yang dialami Jaya Grup. Seperti yang kita bicarakan pada meeting sebelumnya di kantor kemarin pagi. Hasil voting kemarin adalah rencana akuisisi ini dipercepat paling lama dalam 2 minggu ini. Begitupun dengan rencana yang lainnya. Kemarin saya sudah bicara dengan Nana dan Kevin, mereka baru bisa hadir dalam meeting setelah Tuan Hari disemayamkan. Maka dari itu saya mengharapkan Eric dan Erica untuk tetap tinggal di Jakarta selama seminggu ini bersama saya dan tim lawyer. Masalah kantor selanjutnya akan saya delegasikan kepada Tuan Noah selaku wakil Dewan komisaris dan Richo selaku manager Direktur Utama. Bagaimana, apakah ada pendapat lain?"
Para Dewan komisaris setuju dengan keputusan Julia, namun tidak dengan Eric.
Eric masih mencemaskan keadaan Edis, dia sudah berjanji untuk membantu menyelesaikan masalah Daniel. Namun dia tidak bisa egois, dia harus menyelesaikan urusan yang lebih penting, meskipun dalam hatinya Edis yang paling terpenting.
Malam itu, Eric menghubungi Edis berkali-kali namun ponselnya tidak aktif.
Dia merasa wajar jika Edis marah padanya, sejak kemarin Eric tidak mengangkat telepon Edis disaat ia sangat dibutuhkan oleh Edis.
Eric tidak pernah mengingkari janjinya kepada Edis. Tapi kali ini, Eric untuk yang pertama kalinya mengingkarinya karena keadaan.
Dia berharap Edis bisa memaafkannya.
----------------------
Tetap setia membaca Novel ini,
Jangan lupa dukung author dengan klik: "Like"👍 "Love"❤️ dan berikan rating "Bintang 5"⭐⭐⭐⭐⭐ya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Fatma ismail
wahhhh d pisahkan ,yg jahat dsni mamanya eric dong,,ato ada orng jahat lainnya ?
2020-08-04
0
Agustina Sudartono
calon suami msh ada cewekx .....
2020-05-12
0
Raghfa
Halo readers setia
novel "I'm Sorry Wife"
Mohon dukungan dengan klik "VOTE" di beranda sinopsis.
"Vote" bisa berupa Koin ataupun Poin,
Mohon dukungannya,
Terimakasih banyak semuanya💓💓💓
2019-11-21
1