Bab 7. Membencimu

Membencimu

Tik... Tik... Tik...

Suara detik jam dinding terdengar di pagi yang yang masih sepi itu.

Srashh....

Suara semburan air dari kran yang mengalir ke bath-up. Nana duduk di bibir bath-up dengan memandangi bayangan dirinya di pantulan air yang mulai menggenang di bath-up.

Terlihat rambut Nana yang kusut, pergelangan tangannya yang memerah karena bekas ikatan dari ikat pinggang Eric, dan kakinya yang membiru karena memar.

Nana mengusap tubuhnya dengan air yang mulai memenuhi bath-up. Tubuhnya penuh dengan bekas ciuman Eric bahkan beberapa diantaranya ada bekas gigitan dan masih terasa sakit.

Air mata Nana tidak terasa mengalir dengan sendirinya membasahi pipi dan bibirnya yang memar karena gigitan Eric.

Nana perlahan masuk ke dalam bath-up yang sudah penuh dengan air. Sebenarnya ia masih bisa merasakan sakit di daerah kewanitaannya, tapi ia menahannya dengan menggigit bibirnya sambil memejamkan mata.

Nana menenggelamkan seluruh tubuhnya ke dalam air di bath-up yang sudah meluap.

Di tempat tidur,

Eric baru membuka matanya, ia silau dengan bias cahaya matahari yang masuk melalui jendela kamar Nana.

Eric terdiam sejenak dan berpikir.

Kenapa dia bisa tidur disini?

Eric membuka selimut dan melihat dirinya masih telanjang.

Eric menoleh dan memastikan siapa yang ada di ranjang bersamanya semalam.

Namun Eric melihat selimut di sebelahnya sudah kosong, dia hanya melihat beberapa bercak darah dan ada satu area yang bercaknya lebih besar.

Eric mengusap kepalanya dan berusaha mengingat apa yang terjadi semalam.

Yang Eric ingat, semalam saat dia setengah mabuk dari undangan salah satu staf kantornya, ia lalu datang ke apartemen Nana setelah dia melihat Nana makan bersama seorang pria di street food di wilayah Chinese Town.

Eric tiba-tiba ingat semua yang terjadi.

Sejak mulai perdebatan diantara mereka, sampai Eric tersadar bahwa dia semalam telah memperkosa Nana.

Matanya terbelalak dan segera beranjak dari tempat tidur mencari Nana.

Saat dia memakai celananya dan melihat baju Nana yang robek berserakan di lantai dan pintu kamar Nana yang rusak,

"Ya Tuhan... apa yang sudah aku perbuat?"

Eric mencari Nana ke setiap sudut ruangan. Namun dia tidak menemukannya, sampai kemudian dia ragu akan masuk ke kamar mandi.

"Nana, kamu di dalam?"

Tidak ada jawaban, tapi Eric yakin Nana ada di dalam kamar mandi.

"Nana! kamu di dalam?!"

Tetap tidak ada jawaban namun ia mendengar luapan air dari kran.

Cukup lama Eric menunggu hampir 20 menit.

Eric semakin cemas dan berinisiatif membuka pintu namun ternyata terkunci dari dalam.

Eric mendobraknya, dan dia sangat kaget melihat Nana yang sudah tenggelam tidak bergerak di dalam bath-up.

Eric mengangkat tubuh Nana yang sudah lemas tanpa busana.

Eric melihat banyak guratan bekas luka yang ada di sekujur tubuh Nana.

"Nana...Nana... bangun!"

Eric menepuk pipi Nana berkali-kali dan memeriksa detak jantungnya yang sudah melemah.

Eric segera membawa lari tubuh Nana yang sudah pucat ke tempat tidur.

Dia menyelimuti tubuh Nana dengan Bed cover berlapis-lapis agar Nana merasa hangat.

Eric segera menelpon Richo untuk datang ke apartemen Nana.

Memori semalam kembali menyerang Eric.

Dia tidak habis pikir kenapa ia menjadi khilaf dan tak terkendali.

Eric memukul kepalanya sendiri dengan tangannya.

Kenapa dia sendiri yang justru tidak bisa mengontrol diri?

Namun ada hikmah dari kejadian semalam, ada satu hal yang baru diketahui oleh Eric dan membuat Eric tersadar atas penilaiannya yang salah selama ini terhadap Nana.

Eric baru menyadari bahwa selama ini ia membenci wanita yang salah. Nana tidak hanya berasal dari keluarga yang baik, selain dia cerdas, dia juga wanita yang masih menjaga kesuciannya. Yang justru Eric-lah yang merenggut kesucian Nana. Padahal selama ini dia adalah orang yang selalu merasa bahwa Nana adalah wanita munafik dan penuh kepura-puraan.

Tapi justru Eric kali ini berpikir bahwa dirinya adalah orang yang tidak lebih baik dari Nana.

Nana tidak pantas untuk dibenci....

-------------------------------

Nana membuka mata perlahan, dia melihat interior putih dan mencium aroma khas desinfektan rumah sakit.

Nana menoleh dan melihat Erica sedang duduk membaca.

"Erica, sejak kapan aku disini?"

Erica terkejut dan segera menghampiri Nana, dia tampak lega karena Nana sudah sadar.

"Syukurlah kamu sudah sadar Nana... Kamu pingsan selama 3,5 jam. Kak Eric dan Richo yang membawamu kesini. Tapi mereka sudah pulang, aku yang diminta menjagamu disini untuk menggantikannya."

Nana berusaha bangun dan duduk. Namun tubuhnya masih lemah.

"Nana, kamu jangan bangun dulu! Aku akan membantumu, kamu mau apa?"

"Aku cuma mau pulang, aku tidak suka berada di rumah sakit."

"Tunggu sampai dokter nanti mengijinkanmu pulang. Karena tubuh kamu sekarang masih lemah."

Pintu kamar Nana tiba-tiba terbuka, ternyata Eric yang masuk.

Kini dia sudah berpakaian rapi dengan memakai setelan jas seperti biasanya yang ia kenakan ke kantor.

Eric memang selalu tampil sempurna dengan postur tubuhnya yang tinggi ideal. Namun setampan apapun Eric, Nana tidak tertarik.

Nana memalingkan wajahnya, ia melihat ke arah luar jendela.

Dia bahkan enggan melihat ke arah kaca jendela yang memantulkan bayangan Eric.

"Erica, kamu keluar dulu..."

"Nana, aku keluar sebentar ya.... aku hanya di depan sini, nanti aku kesini lagi."

Nana mengangguk dan tersenyum pada Erica. Lalu dia kembali memalingkan wajahnya lagi ke luar jendela saat Erica sudah keluar.

Eric memahami dengan sikap Nana saat ini yang pasti marah terhadapnya tentang kejadian semalam.

Eric berusaha membunuh gengsinya untuk menjelaskan kepada Nana bahwa kejadian semalam adalah sebuah ketidaksengajaan, Eric ingin memberikan penjelasan dan meminta maaf atas kekhilafan dirinya agar Nana tidak salah paham terhadapnya.

"Aku lega kamu sudah sadar, Nana.... Dan tentang semalam--"

"Jangan dibahas!"

Nana memotong kalimat Eric.

"Aku sudah tidak ingat, Eric. Aku cuma mau melupakannya selamanya. Jadi tolong anggap saja kejadian semalam tidak pernah terjadi."

Eric menghela nafas panjang,

Dia tahu Nana akan sulit memaafkannya, namun ia berusaha mengikuti saja kehendak Nana.

"Baiklah, aku anggap kamu memaafkanku."

"Eric, aku akan menganggap semuanya tidak pernah terjadi, asal kamu segera memproses segala dokumen untukku ke Bali besok. Aku mau segera pergi dari sini. Tolong segera kamu siapkan semua dokumen perijinannya. Sekaligus, aku mau tinggal disana lebih lama. Mungkin itu lebih baik bagi kita untuk tidak saling ketemu. Dan nanti, aku akan berkoordinasi dengan Richo tentang semua perkembangan proyeknya."

"Oke, aku akan segera atur sesuai keinginan kamu, Nana."

"Terimakasih, sekarang kamu silahkan pergi. Aku butuh waktu istirahat. Besok aku harus membuat draft."

Mendengar sikap dingin Nana yang kini seperti semakin menusuk tulang, Eric yang tadinya ingin meminta maaf akhirnya memilih untuk menarik kembali keinginannya.

Sebelumnya Nana memang selalu dingin terhadap Eric. Dan setelah kejadian semalam, Nana kini seolah justru semakin membangun dinding es diantara mereka berdua.

Eric memilih diam dan pergi. Tapi dia sebenarnya masih memendam sedikit rasa bersalah. Hanya saja ia tidak mau menunjukkannya, karena melihat respon Nana barusan. Sepertinya Nana saat ini sudah membenci dirinya.

"Baiklah, Aku usahakan besok aku sudah menyiapkan semua dokumennya dan lusa kamu bisa segera berangkat. Selamat beristirahat. Aku pergi dulu."

Eric keluar dari ruangan Nana.

Nana tidak menoleh sedikitpun kepada Eric. Di mata Nana, Eric memang sudah seperti monster.

Setiap kali Eric mendekat, yang dirasakan Nana hanyalah trauma, ketakutan dan kebencian.

Nana sebenarnya tidak pernah lupa kejadian menyakitkan semalam yang merenggut harga dirinya.

Dia tahu Eric tidak dalam keadaan sadar melakukan hal itu terhadap dirinya.

Namun justru itulah yang membuatnya merasa sangat sakit.

Nana seharusnya memberikan kesuciannya kepada orang yang ia cintai dan yang juga mencintainya. Melakukannya dengan penuh cinta dan saling menyatukan jiwa.

Tidak dengan kebrutalan yang tak berperasaan dan membuatnya seperti seekor ayam yang sedang dikuliti lalu di makan mentah kemudian dibuang saat dia sudah tak lagi bisa dinikmati.

Nana menangis sesenggukan dengan menekuk dan memeluk lututnya, kepalanya bersandar di lengannya sambil melihat bias bayangannya di kaca jendela.

Dia merasa dirinya saat ini adalah orang yang paling hina dan kotor.

"Aku tidak akan pernah bisa memaafkanmu Eric, selamanya....."

---------------------------------

Changi Airport,

Julia mengantar Nana di Bandara, dia memeluk Nana yang akan berangkat pagi itu juga.

"Nanti jangan lupa telepon kalau sudah sampai Jakarta. Salam buat mama kamu ya..."

"Iya mami... Nana pasti akan sampaikan."

"Nanti mami akan sering mengunjungi kamu kalau proyeknya sudah berjalan di Bali. Mungkin nanti Erica juga akan membantumu."

"Iya mam... Nana pergi dulu. Mami jaga kesehatan ya..."

Julia lalu mencium pipi Nana seperti anaknya sendiri. Meski Nana tidak pergi jauh, tapi Julia merasa berat pada Nana. Sebenarnya ia tidak ingin membebani Nana dengan tugas berat seperti itu. Tapi Julia tahu, sejak Eric memberikan proyek di Phuket kepada Nana, itu hanyalah trik Eric untuk menjauhkan Nana.

Namun Julia tidak akan gentar, dia akan terus membesarkan hati Nana agar Nana terus bertahan dan tidak menyerah dengan trik yang dibuat Eric.

Nana berangkat bersama beberapa orang timnya ke perusahaan cabang yang dipegang oleh ibunya di Jakarta, disana mereka mempersiapkan draft dokumen perijinan pembangunan resort selama beberapa minggu sebelum mereka melakukan observasi dan konstruksi di Nusa Dua, Bali.

Nana di Jakarta selama kurang lebih 3 minggu. Selanjutnya dia dan tim operasionalnya akan memulai kegiatan di Bali. Nana didampingi ibunya selama beberapa pekan di Nusa Dua. Karena Lisa memiliki banyak kenalan pejabat pemerintah daerah dan tokoh masyarakat di kota Nusa Dua, sehingga rencana pembangunan proyek resort, mulai dari perijinan, pembukaan lahan, hingga negosiasi dengan penduduk sekitar, berjalan dengan lancar.

Selama ini Nana melakukan koordinasi dengan Richo, kemudian Richo menyampaikannya kepada Eric. Nana sama sekali tidak berkomunikasi dengan Eric selama hampir 2 bulan ini.

Eric pun juga tidak mau lagi mengusik kehidupan Nana. Karena terakhir kali ia berjanji pada Nana bahwa ia tidak akan mengganggu Nana dan sebisa mungkin membatasi kontak dengan Nana.

Pekan ini akan dilakukan pembukaan kegiataan konstruksi resort. Pejabat dan para tetua masyarakat setempat menyarankan kepada Nana untuk melakukan upacara Ngeruak Bhuwana dan Peletakan Batu Pertama sebelum melakukan kegiatan pembangunan.

Karena masyarakat Bali percaya bahwa upacara tersebut dapat memberikan kelancaran dan menghindarkan dari segala musibah.

Meski Nana tidak memahami budaya mereka, tapi ia tetap akan menyelenggarakan upacara tersebut.

Nana meminta Richo untuk datang sebagai perwakilan dari Shine Grup, namun ternyata Richo harus menggantikan Erica untuk mendampingi Julia melakukan kunjungan ke perusahaan cabang di Taiwan. Karena Erica harus menghadiri ceremonial wisuda Magister-nya.

Maka terpaksa satu-satunya perwakilan dari Shine Grup yang harus hadir ke Nusa Dua adalah Eric.

Nana tidak tahu kalau Eric yang akan datang ke Nusa Dua. Begitupun juga Eric yang tidak tahu kalau Richo belum mengkonfirmasi kepada Nana bahwa dirinya yang akan datang ke Nusa Dua sebagai perwakilan Shine Grup.

Keesokan harinya Eric tiba di Bandara Ngurah Rai dan langsung dijemput managernya Nana menuju Villa ibunya Nana di Nusa Dua. Sedangkan Nana sedang melakukan rapat bersama para pejabat stakeholder dan tetua adat, lalu melakukan gladi bersih dengan tim event organizer untuk persiapan acara besok.

Nana baru pulang sekitar jam 9 malam, ia dalam keadaan yang sangat lelah, akhir-akhir ini Nana memang sering mengalami pusing dan cepat lelah, serta tidak nafsu makan.

Sesampainya di Villa ibunya, Nana mendapati Eric sedang berbincang minum teh bersama ibunya.

Nana terkejut bukan main, kenapa Eric ada disini? Bukankah seharusnya Richo yang datang?

Melihat Eric tiba-tiba Nana merasa mual dan ingin muntah.

Nana langsung lari ke kamarnya dan tidak menghiraukan Lisa dan Eric.

Lisa membuntuti Nana ke kamarnya,

"Nana... kamu nggak apa-apa? Kamu nggak enak badan ya? Mama suruh bibi Niken membuatkan kamu teh jahe gula batu ya?"

"Nggak usah ma... Nana mau tidur aja..."

"Kamu belum ketemu Eric, dia siang tadi baru datang."

"Nana mau tidur dulu aja ma, Nana pusing. Nana besok harus berangkat pagi. Ada janji dengan tim EO, tadi ada properti yang masih belum diselesaikan."

"Ya sudah kalau begitu, mama yang akan temani Eric ngobrol. kamu istirahat aja ya..."

Lisa keluar dari kamar Nana dan melanjutkan mengobrol dengan Eric.

Nana langsung menelpon Richo dan marah. Kenapa harus Eric yang datang, kenapa bukan manager lain yang menggantikan Richo jika memang ia berhalangan hadir.

Tengah malam, Nana terbangun dan ke dapur mengambil air putih dan beberapa makanan.

"Kamu sengaja menghindariku?"

Nana kaget mendengar suara yang tiba-tiba ada di belakangnya saat dia membalikkan tubuhnya. Dia sampai tersedak dan menyemburkan air dari mulutnya ke wajah Eric.

Eric hanya diam dan mengusap air di wajahnya dengan tangannya.

"uhuk..uhuk... kamu kenapa tiba-tiba disini?"

"Kamu sendiri sedang apa tengah malam?

"Aku lapar, mau cari makanan."

"Bukannya di kamar kamu ada kulkas?"

"Kamu tahu darimana? Kamu memang lancang, suka masuk kamar orang tanpa ijin."

"Mama yang tadi meletakkan koperku disana. Wajarlah, karena dia pikir kita suami istri, justru aneh kalau tidak satu kamar."

"Jadi karena itu kamu belum tidur? Kamu mau ambil kopermu? Atau mau tidur di kamarku? Pakai saja. Aku bisa tidur di sofa."

"Kamu bodoh atau memang tidak peka, Nana?"

"Apalagi?"

"Bagaimana penilaian ibumu kalau kita tidur terpisah?"

Nana terdiam sejenak dan ia merasa bodoh kenapa tidak terpikirkan olehnya. Selama ini ibunya tidak tahu kalau Nana dan Eric hanya pura-pura menjadi suami istri.

"Hmm, mungkin kali ini aku bisa mencari alasan. Tapi lain kali kamu harus menyewa hotel sendiri."

Nana berlalu meninggalkan Eric sambil membawa beberapa apel ke ruang tengah.

Eric masuk ke kamar Nana dan bersiap tidur.

Namun sudah 1 jam Eric disana, Nana tidak kembali ke kamarnya.

Eric keluar lagi dari kamar dan melihat Nana tidur di sofa dengan sisa 3 buah apel yang sudah habis dimakan.

Eric masuk ke kamar Nana dan membawakan bed cover lalu diselimutkan ke tubuh Nana.

Eric sejenak memandang Nana,

"Hal yang paling aku benci darimu adalah sikap dinginmu Nana..., andai saja kamu bisa menjadi orang yang lebih hangat..."

----------------------------

Pagi-pagi Eric sudah bersiap menghadiri acara adat yang sudah diagendakan, namun Eric sudah tidak melihat Nana semenjak ia bangun tidur.

"Ma, Nana kemana?"

"Nana, sudah berangkat jam 4 pagi tadi. Dia ada janji dengan kru event organizer untuk menyiapkan beberapa properti khusus."

Eric hanya terdiam, dalam hatinya sebenarnya ia sangat mengakui kerja keras dan dedikasi Nana.

Nana memang bukan anak yang manja meski dia memiliki keluarga yang harmonis.

Namun Eric merasa dirinya dan Nana seperti es dan api. Tidak bisa menyatu.

Eric berangkat bersama dengan Lisa dan beberapa managernya.

Sedangkan disana Nana tampak sedang berbincang dengan para pejabat stakeholder.

Kemudian Nana memperkenalkan Eric kepada para pejabat tersebut sebagai CEO Shine Grup, tidak ada yang tahu bahwa Eric sebenarnya juga adalah suami Nana.

Eric berbisik di telinga Nana,

"Kenapa kamu tidak bilang kepada mereka kalau kamu adalah istri dari CEO?"

"Untuk apa? Bukankah kamu juga tidak menganggapku sebagai istrimu? Jadi itu sama sekali tidak ada untungnya bagi kita."

"Apa aku perlu memperkenalkan diriku kepada mereka sebagai suamimu?"

"Kamu memang selalu merusak mood-ku, Eric."

Nana kemudian berjalan meninggalkan Eric.

Eric tersenyum puas melihat Nana kesal.

Puncak upacara Peletakan Batu Pertama pun dilaksanakan, Nana dan Eric beserta pejabat dan para tetua adat menuju titik lokasi peletakan batu pondasi dan mengubur batu di titik tersebut sebagai formalitas.

Siang itu memang cuacanya sangat terik.

Nana yang sejak beberapa minggu lalu sudah sangat sibuk dan kurang istirahat, tiba-tiba merasakan pening dan matanya berkunang-kunang.

Namun ia tetap memaksakan diri berdiri dan berjalan.

Baru beberapa langkah ia berjalan, tubuhnya seolah tak dapat dipaksakan lagi.

Nana jatuh pingsan tepat disamping Eric.

Eric menggendong Nana dan segera membawanya masuk ambulan yang memang sudah disiapkan disana oleh tim EO.

Nana setengah sadar namun tubuhnya sudah lemas tidak berdaya, meskipun dia merasakan ada pelukan hangat yang sedang merengkuh tubuhnya.

Tubuh Eric yang tinggi dan kekar memang terasa seperti sofa yang kokoh bagi tubuh kurus Nana.

Namun lagi-lagi dia harus berusaha menetapkan hatinya bahwa Eric bukanlah pria yang baik untuk dicintai.

Eric adalah pria yang seharusnya ia benci.

---------------------------

Tetap setia membaca Novel ini,

Jangan lupa dukung author dengan klik: "Like"👍 "Love"❤️ dan berikan rating "Bintang 5"⭐⭐⭐⭐⭐ya....

Terpopuler

Comments

lovely

lovely

herannn baru diperkosa sekali c nana langsung hamil giliran ma jalang pacar nya yang berkali2 gak hamil gakk masuk akal alurnya

2022-06-15

0

pena cantik putri

pena cantik putri

kenapa kalau cewek yang berwatak dingin lebih mengerikan yaa

2021-06-22

1

maura shi

maura shi

sikap dingin nana itu yg ciptain km,eric
km sendiri yg sudah mengklaim tk akan ada wanita lain selain kekasihmu,apa nana salah dia mencoba membentengi diri untuk tk mengusik teritorialmu
dasar cowok gaje,pen q jedotin pala lu ke aspal biar nyahok

2021-02-19

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog: Tentang Dua Keluarga
2 Bab 1: Awal Perjodohan #1
3 Bab 2. Awal Perjodohan #2
4 Bab 3. Cinta dan Kehilangan
5 Bab 4. Janji
6 Bab 5. Tak Ada Harapan
7 Bab 6. Putus Asa
8 Bab 7. Membencimu
9 Bab 8. Menghindarimu
10 Bab 9. Sebuah Jawaban
11 Bab 10. Dia Kembali
12 Bab 11. Malam Terakhir
13 Bab 12. Mimpi dan Kenyataan
14 Bab 13. Permohonan
15 Bab 14. Keputusan
16 Bab 15. Penyesalan
17 Bab 16. Kehancuran Kedua
18 Bab 17. Anda Siapa?
19 Bab 18. Bertemu Kembali
20 Bab 19. Menerima Kenyataan
21 Bab 20. Perceraian
22 Bab 21. Skandal
23 Bab 22. Berpisah
24 Bab 23. Memory
25 Bab 24. Fragment
26 Bab 25. Pertemuan
27 Bab 26. Pengakuan
28 Bab 27. Pelukan
29 Bab 28. What Do You Want
30 Bab 29. Kebimbangan
31 Bab 30. Sebuah Akhir Cerita
32 EPILOG
33 Extra Part 1: Love is Wife
34 SAPA AUTHOR
35 PROLOG [SEASON 2]
36 [SEASON 2] HATI CAESAR Bagian 1
37 [SEASON 2] HATI CAESAR Bagian 2
38 [SEASON 2] RAHASIA
39 [SEASON 2] SIBLING
40 [SEASON 2] STUDY GROUP
41 [SEASON 2] MUSUH LAMA
42 [SEASON 2] TAK TERDUGA
43 [SEASON 2] HUBUNGAN CAESAR & REGAL
44 [SEASON 2] JUST MINE
45 [SEASON 2] KENYATAAN SEBENARNYA
46 [SEASON 2] RENCANA
47 [SEASON 2] KASUS GIE KWAN
48 [SEASON 2] MENJADI SASARAN
49 [SEASON 2] ENAM TAHUN
50 [SEASON 2] RECALLING
51 [SEASON 2] ALIVE
52 [SEASON 2] FIND YOU
53 [SEASON] FOUND YOU
54 [SEASON 2] MEET YOU
55 [SEASON 2] PENJELASAN
56 [SEASON 2] BERSAMA CAESAR
57 [SEASON 2] MASA LALU SHAILA (1)
58 [SEASON 2] MASA LALU SHAILA (2)
59 [SEASON 2] MASA LALU SHAILA (3)
60 [SEASON 2] MASA DEPAN
61 [SEASON 2] KEBOHONGAN
62 [SEASON 2] PERTEMUAN TERAKHIR
63 [SEASON 2] PATAH HATI
64 [SEASON 2] MEMBIASAKAN DIRI
65 [SEASON 2] KETAKUTAN ROSIE
66 [SEASON 2] OPERASI TERAKHIR
67 [SEASON 2] KABAR DARI REGAL
68 [SEASON 2] ANTARA KAKAK BERADIK
69 [SEASON 2] ANNIVERSARY PARTY
70 [SEASON 2] TERJEBAK PERANGKAP
71 [SEASON 2] MENYANGKAL TUDUHAN
72 [SEASON 2] RENCANA YURI
73 [SEASON 2] RENCANA PERNIKAHAN
74 [SEASON 2] MEMBATALKAN PERJODOHAN
75 [SEASON 2] KEKESALAN REGAL
76 [SEASONS 2] BAGAIMANA MUNGKIN?
77 [SEASON 2] KENYATAAN BARU
78 [SEASON 2] MEMBELA CAESAR
79 [SEASON 2] BERUSAHA MENCARI TAHU
80 [SEASON 2] MEMANCING SHAILA
81 [SEASON 2] ASUMSI REGAL
82 [SEASON 2] RENCANA PERGI
83 [SEASON 2] INFORMASI TENTANG RAYNE
84 [SEASON 2] RENCANA PERGI
85 [SEASON 2] BERITA DARI JONI
86 [SEASON 2] SEBAGAI PELAMPIASAN
87 [SEASON 2] SKIZOFRENIA
88 [SEASON 2] PARANOID
89 [SEASON 2] PAIN
90 [SEASON 2] SALAM AUTHOR
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Prolog: Tentang Dua Keluarga
2
Bab 1: Awal Perjodohan #1
3
Bab 2. Awal Perjodohan #2
4
Bab 3. Cinta dan Kehilangan
5
Bab 4. Janji
6
Bab 5. Tak Ada Harapan
7
Bab 6. Putus Asa
8
Bab 7. Membencimu
9
Bab 8. Menghindarimu
10
Bab 9. Sebuah Jawaban
11
Bab 10. Dia Kembali
12
Bab 11. Malam Terakhir
13
Bab 12. Mimpi dan Kenyataan
14
Bab 13. Permohonan
15
Bab 14. Keputusan
16
Bab 15. Penyesalan
17
Bab 16. Kehancuran Kedua
18
Bab 17. Anda Siapa?
19
Bab 18. Bertemu Kembali
20
Bab 19. Menerima Kenyataan
21
Bab 20. Perceraian
22
Bab 21. Skandal
23
Bab 22. Berpisah
24
Bab 23. Memory
25
Bab 24. Fragment
26
Bab 25. Pertemuan
27
Bab 26. Pengakuan
28
Bab 27. Pelukan
29
Bab 28. What Do You Want
30
Bab 29. Kebimbangan
31
Bab 30. Sebuah Akhir Cerita
32
EPILOG
33
Extra Part 1: Love is Wife
34
SAPA AUTHOR
35
PROLOG [SEASON 2]
36
[SEASON 2] HATI CAESAR Bagian 1
37
[SEASON 2] HATI CAESAR Bagian 2
38
[SEASON 2] RAHASIA
39
[SEASON 2] SIBLING
40
[SEASON 2] STUDY GROUP
41
[SEASON 2] MUSUH LAMA
42
[SEASON 2] TAK TERDUGA
43
[SEASON 2] HUBUNGAN CAESAR & REGAL
44
[SEASON 2] JUST MINE
45
[SEASON 2] KENYATAAN SEBENARNYA
46
[SEASON 2] RENCANA
47
[SEASON 2] KASUS GIE KWAN
48
[SEASON 2] MENJADI SASARAN
49
[SEASON 2] ENAM TAHUN
50
[SEASON 2] RECALLING
51
[SEASON 2] ALIVE
52
[SEASON 2] FIND YOU
53
[SEASON] FOUND YOU
54
[SEASON 2] MEET YOU
55
[SEASON 2] PENJELASAN
56
[SEASON 2] BERSAMA CAESAR
57
[SEASON 2] MASA LALU SHAILA (1)
58
[SEASON 2] MASA LALU SHAILA (2)
59
[SEASON 2] MASA LALU SHAILA (3)
60
[SEASON 2] MASA DEPAN
61
[SEASON 2] KEBOHONGAN
62
[SEASON 2] PERTEMUAN TERAKHIR
63
[SEASON 2] PATAH HATI
64
[SEASON 2] MEMBIASAKAN DIRI
65
[SEASON 2] KETAKUTAN ROSIE
66
[SEASON 2] OPERASI TERAKHIR
67
[SEASON 2] KABAR DARI REGAL
68
[SEASON 2] ANTARA KAKAK BERADIK
69
[SEASON 2] ANNIVERSARY PARTY
70
[SEASON 2] TERJEBAK PERANGKAP
71
[SEASON 2] MENYANGKAL TUDUHAN
72
[SEASON 2] RENCANA YURI
73
[SEASON 2] RENCANA PERNIKAHAN
74
[SEASON 2] MEMBATALKAN PERJODOHAN
75
[SEASON 2] KEKESALAN REGAL
76
[SEASONS 2] BAGAIMANA MUNGKIN?
77
[SEASON 2] KENYATAAN BARU
78
[SEASON 2] MEMBELA CAESAR
79
[SEASON 2] BERUSAHA MENCARI TAHU
80
[SEASON 2] MEMANCING SHAILA
81
[SEASON 2] ASUMSI REGAL
82
[SEASON 2] RENCANA PERGI
83
[SEASON 2] INFORMASI TENTANG RAYNE
84
[SEASON 2] RENCANA PERGI
85
[SEASON 2] BERITA DARI JONI
86
[SEASON 2] SEBAGAI PELAMPIASAN
87
[SEASON 2] SKIZOFRENIA
88
[SEASON 2] PARANOID
89
[SEASON 2] PAIN
90
[SEASON 2] SALAM AUTHOR

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!