Putus Asa
Dua tahun kemudian,
Selama dua tahun ini, dari semenjak Nana menikah dengan Eric, dia hanya dua bulan tinggal di Singapura.
Setelah itu Eric memberinya proyek pembangunan Hotel di Phuket. Nana ditugaskan sebagai arsitek sekaligus direktur operasional sehingga Nana harus berada di Bangkok mulai dari perencanaan perijinan, pembukaan lahan, pembangunan, sampai Hotel tersebut resmi beroperasi hingga 3 bulan.
Dan dalam dua tahun ini di Phuket, Eric hanya mengunjungi Nana saat melakukan opening Hotel secara resmi.
Dan saat Nana kembali ke Singapura, kali ini Eric memberikan tugas lagi kepadanya untuk menjadi direktur operasional utama dalam proyek pembangunan resort di Bali.
Nana tahu Eric sengaja melakukan itu padanya agar dia jauh dari pandangan Eric.
Tapi Nana berusaha tidak peduli. Dia akan tetap memberikan jasa terbaiknya demi perusahaannya.
Bukan demi Eric, tapi demi ayahnya dan keluarganya.
Besok lusa Nana sudah harus pergi ke Bali untuk memulai operasionalnya.
Hari ini dia ingin memanfaatkan waktu untuk pergi ke tempat Kevin bekerja, di Singapore Hospital.
Dia sengaja tidak memberi kabar kepada kakaknya itu karena dia ingin memberi kejutan.
Namun sesampainya di rumah sakit, ternyata Kevin sedang berada di Kuala Lumpur menjalankan tugasnya sebagai dokter pribadi yang mendampingi pasien VVIP-nya yaitu seorang menteri yang sedang melakukan perjalanan dinas disaat beliau sedang masa rawat jalan terapi insulin.
Saat Nana akan pulang, dia bertemu dengan Brian.
Terakhir kali Nana bertemu dengan Brian saat Nana melangsungkan resepsi pernikahannya dengan Eric dua tahun lalu.
Dan kali ini Brian dengan ekspresi yang berbeda, dia terlihat lebih kalem kepada Nana.
"Sudah lama kita tidak ketemu, Nana..."
"Kak Brian, bagaimana kabarnya?"
"Baik, kamu bagaimana? Kevin bilang kamu selama ini di Phuket. Maaf aku belum sempat jalan-jalan kesana"
"Yaa, selama dua tahun ini aku disana. Tapi sekarang disana sudah ada pengganti direktur operasionalnya. Aku kembali kesini karena ada proyek baru yang harus aku tangani."
"Jaga kesehatan kamu Nana, kamu bahkan sekarang terlihat lebih kurus. Kamu sudah makan? Bagaimana kalau aku traktir makan?"
Entah kenapa Nana tidak bisa menolak ajakan Brian, dia justru merasa seperti orang yang baru mendapat tawaran kencan. Sejenak Nana seolah lupa dengan statusnya sebagai seorang wanita yang sudah menikah.
Brian mengajak Nana ke Chinese Town untuk menikmati beberapa makanan kaki lima. Brian tahu bahwa Kevin dan Nana sangat menyukai street food di daerah itu karena Kevin sering mengajaknya makan disitu dan banyak bercerita tentang Nana.
"Kak Brian juga suka makanan disini?"
"Ya, aku sering diajak Kevin kemari. Dia juga cerita kalau kamu juga suka makan disini."
Tiba-tiba Nana kembali ingat saat pertama kali Kevin mengajaknya makan disini disaat Nana masih menjaga ayahnya yang sakit saat itu.
Nana terdiam dan melamun sejenak.
"Ahh...!"
"Kak Brian kenapa?"
Saat Nana melihat Brian kesakitan, dia panik. Namun tiba-tiba Brian yang dari tadi merunduk, menunjukkan wajahnya yang aneh dengan melipat ke atas sebagian kelopak matanya.
Nana terkejut karena kebiasaan itu dulu sering dilakukan Brian saat sedang iseng menakuti Nana ketika mereka masih kecil.
"Kak Brian..... gak lucu!"
Nana terlihat cemberut dan kesal, namun Brian malah tertawa dan merasa berhasil membuyarkan lamunan Nana.
Brian tahu Nana selama ini memendam banyak sekali beban. Meski Brian bukan kakak Nana, namun ia justru lebih bisa membaca hati Nana meskipun mereka jarang bertemu.
Dan Brian pun sebenarnya tahu bahwa Nana juga tidak bahagia atas pernikahan yang ia jalani bersama Eric.
Namun Brian hanya bisa mendukungnya, tidak banyak yang bisa dia lakukan selama ini, karena Nana selalu menjaga jarak dengan Brian.
Sejujurnya Brian ingin semakin dekat dengan Nana. Entah sejak kapan tepatnya ia memiliki perasaan seperti itu kepada Nana.
Yang jelas, sejak mereka mulai jarang bertemu karena Nana kuliah di New York, Brian mulai merasakan kerinduan dan kehilangan.
Tapi semuanya sudah tidak ada artinya sekarang. Karena Nana sudah menjadi milik orang lain.
Brian akan berdosa jika ia mempertahankan perasaannya untuk Nana. Dia lebih memilih menyimpan dan menguburnya dalam-dalam. Meskipun ia tahu Nana tidak bahagia, Brian hanya akan berada di belakang Nana sebagai bayangan yang tak terlihat.
----------------------------------
2 jam kemudian,
Nana pulang ke apartemennya. Dia memang tidak pulang ke rumah Eric sejak ia kembali dari Phuket karena ia lebih nyaman berada di apartemennya.
Saat Nana menyalakan lampu apartmentnya.
Tiba-tiba Nana terkejut melihat Eric yang sudah duduk di sofa.
"Tidak datang ke undangan staf kantor karena ijin menemui Kevin....?"
Eric berdiri dan berjalan mendekati Nana, dan mendekatkan wajahnya ke hadapan Nana.
"Sejak kapan Kevin bisa berubah wajah, Nana?"
Nana mendorong tubuh Eric dan menanggapi Eric dengan wajah datar seperti biasanya.
"Dia teman kakakku, juga teman masa kecilku. Apa yang salah? Kami tidak melakukan apapun, hanya makan bahkan di tempat yang ramai, tidak ada yang perlu dicurigai dari itu. Lagipula, sejak kapan kamu peduli dengan urusan pribadiku?"
"Apa kamu bodoh Nana?! Semua orang tahu kamu adalah istriku. Sekalipun itu hanya status, tidak bisakah setidaknya kamu menjaga nama baikku di depan orang-orang yang mengenalku?!"
"Apa maksudmu?"
"Kamu tidak tahu kan? Kalo tadi kami makan malam di restoran China di sekitar sana juga? Dan saat kami keluar, salah satu staf kantor yang melihat kamu duduk bersama pria lain dengan mengumbar ekspresi bahagiamu yang bahkan aku tidak pernah melihatmu seperti itu. Apakah sebahagia itu yang kamu rasakan dengan pria itu, Nana? Jalang!"
Nana menampar Eric secara spontan.
Dia tidak tahan lagi dengan sikap Eric yang terus menindasnya.
"Jaga sikap kamu Eric! Aku selama ini tidak pernah mencampuri urusan pribadi kamu, bahkan meski aku tahu selama ini kamu selalu mencari keberadaan kekasihmu yang bernama Edis! Tapi apa aku pernah membangkang? Meskipun kamu memintaku ke Phuket dengan tujuan membuangku, agar kamu bisa leluasa melakukan pencarian dan menyelidiki semua tentang Edis! Kalau kamu melihat aku semurahan itu, lalu apa kamu tidak pernah berpikir bagaimana caraku melihatmu? Kamu dan wanitamu itu! Tidak lebih baik dari binatang!!!"
Eric merasa terbakar mendengar ucapan Nana. Dia pertama kalinya mendengar Nana berani melawannya bahkan berani menjelekkan nama Edis di hadapannya.
Nana akan berjalan keluar dari apartemennya. Namun Eric mengejarnya dan menutup kembali pintu. Dia ingin benar-benar meluapkan emosinya dan menuntaskannya saat itu juga.
Eric merusak lock pintu agar Nana tidak bisa keluar.
"Eric, apa yang kamu lakukan! Apa kamu mau membunuhku?"
"Aku tidak akan membunuhmu, tapi aku hanya akan menunjukkan padamu sebajingan apa aku yang kamu sebut sebagai binatang!"
Nana baru sadar kalau Eric sedang mabuk.
Eric tidak bisa mengontrol emosinya sendiri. Nana berlari ke arah dapur untuk mengambil sesuatu yang bisa ia gunakan untuk mengancam Eric.
Namun belum sampai ke dapur, Eric meraih tangan Nana dan merobek lengan bajunya.
"Eric, cukup! Jangan berbuat lebih jauh lagi!"
Nana mulai ketakutan dan sepertinya Eric tidak main-main dengan ucapannya.
Nana mengambil kursi untuk menghalangi Eric, tapi Eric dengan tubuhnya yang sekuat itu malah membanting kursi-kursi itu.
Nana berlari melompati sofa, namun karena ia sedang memakai rok setinggi lutut, ia tidak bisa melompat jauh.
Eric meraih kaki Nana sampai rok Nana robek. Eric masih memegangi kaki Nana meski ia meronta hingga Nana terjungkal ke lantai.
Kaki Nana terkilir dan kali ini ia semakin tidak bisa melawan Eric.
Eric berjalan mendekati Nana yang sudah terlihat ketakutan.
Entah kenapa Eric malah justru menyukai ekspresi Nana yang seperti itu.
Selama ini ia selalu melihat Nana sebagai wanita dingin yang sama sekali tak ada ekspresi di wajahnya.
Nana berlari dengan pincang, dan ia pun masuk ke dalam kamar lalu menutup pintu. Eric berkali-kali mendobrak pintu kamar dan berhasil merusaknya, disana terlihat ekspresi Nana yang semakin ketakutan dan putus asa.
Eric menarik pinggang Nana dan merobek baju Nana hingga hampir setengah telanjang, terlihat sebagian payudara Nana yang putih mulus dengan guratan tipis urat pembuluh darah kehijauan.
Kali ini Eric untuk pertama kalinya melihat sebagian tubuh Nana.
Jiwa Eric semakin terdorong ingin melakukannya lebih jauh.
Nana menutupi bagian dadanya yang kini hanya tersisa bra dan rok yang sebagian sudah robek.
Nana berjalan mundur hingga terbentur tembok.
"Eric, kamu jangan gila! Kamu harus ingat perjanjian kita! Kamu tidak akan menyentuhku!"
"Kamu sendiri yang memulainya, Nana! Kamu yang memancingku untuk berbuat seperti ini, apakah aku sudah mirip seperti binatang?!!!"
"Eric hentikan!!!"
Nana semakin terpojok dan kakinya sudah mulai memar. Nana berteriak. Tapi Eric malah semakin beringas.
Dia meraih Nana dan merobek bra-nya.
Nana mulai menangis, memohon pada Eric.
Tapi Eric malah mengoyak rok Nana hingga terlepas dan melempar Nana ke tempat tidur.
Nana merangkak di tempat tidur untuk menghindari Eric, tapi Eric malah semakin tergoda dan entah godaan apa yang dirasakan Eric.
Nana yang kini hanya menggunakan celana dalam terlihat seperti anak ayam siap saji di mata Eric yang ingin ia lahap mentah-mentah.
Eric meraih tubuh Nana dan kali ini terlihat jelas bagian tubuh Nana.
Lekuk tubuh khas wanita 24 tahun yang masih baru berkembang dan terlihat ranum.
Eric mengikat kedua tangan Nana dengan ikat pinggangnya di kabinet ranjang.
Nana menangis semakin histeris.
Tubuh kurus Nana tak bisa melawan tubuh Eric yang berotot.
Eric menyumpal bibir Nana dengan bibirnya.
Nana memejamkan matanya dengan air mata yang mengalir deras.
Hati Nana sangat sakit, teramat sangat sakit.
Kebencian Nana terhadap Eric semakin mendalam.
Eric tidak hanya menjadi orang pertama yang melakukan penghinaan kepadanya, tapi juga menyiksa batinnya selama ini, dan sekarang menjadi orang yang menodai dirinya.
Eric terus melahap tubuh Nana.
Nana tidak henti-hentinya berteriak untuk menyuruh Eric menghentikannya.
Sampai Eric merobek celana dalam Nana dan mencumbu bagian tubuh Nana yang paling sensitif.
Nana menangis sejadi-jadinya bahkan sampai membenturkan kepalanya sendiri di kabinet tempat tidur.
Eric malah semakin menyukai keputus asaan Nana.
Meski tak seindah tubuh Edis yang sangat berisi, tapi Nana memiliki tubuh ramping yang sangat ideal.
Dan disaat Eric ingin memasukkan miliknya, ia terkejut dengan apa yang ia rasakan untuk pertama kalinya.
Nana berteriak kesakitan dan merasakan pedih di seluruh tubuh dan hatinya.
Nana sudah lelah, tenaganya sudah habis, penglihatannya mulai memudar.
Rasa sakit yang ia rasakan semakin perih dan membuatnya perlahan memejamkan mata dan tidak merasakan apapun.
Eric seperti merasakan heroin dalam tubuhnya. Ia seolah tak bisa mengendalikan tubuhnya untuk terus merasakan candu kenikmatan dari sensasi yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.
Nana memiliki sesuatu yang tak pernah didapatkan Eric dari wanita-wanita yang sebelumnya berkencan dengannya bahkan dia pun tidak mendapatkannya dari Edis.
Nana masih perawan!
Tetap setia membaca Novel ini,
Jangan lupa dukung author dengan klik: "Like"👍 "Love"❤️ dan berikan rating "Bintang 5"⭐⭐⭐⭐⭐ya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Chantika putri borpas(mukhbita
Hadir lagi untuk kesekian kalinya thorr
2024-03-16
0
lovely
mnjijikan si penjahat kelamin dapat perawan ga adill, 😡😠
2022-06-15
2
👸🏻🌹🎆Nana ConLey💫
namaku thor hihi😁😁
2021-05-16
0