Bab 12. Mimpi dan Kenyataan

 

Mimpi dan Kenyataan

Eric berdiri di depan sebuah rumah yang sepertinya ia pernah melihat rumah itu namun entah kapan dan dimana.

Kemudian ada anak kecil perempuan berusia 5 tahun seusia Caesar sedang bermain semprotan air di taman depan rumahnya yang ditumbuhi rumput hijau yang terawat dengan rapi.

Kemudian ada suara seorang wanita dari dalam rumah yang memanggil,

"Sayang.... waktunya mandi, sebentar lagi les piano!"

Gadis kecil itu tetap bermain dengan senyumnya yang merekah. Lalu wanita itu datang dan mematikan kran air, gadis kecil itu tampak kecewa.

"Jangan dimatikan ma...."

Wanita tersebut lalu merebut selang air yang dipegang gadis kecil tersebut, namun dia tidak mau melepaskan selangnya.

Gadis kecil itu diseret dan dipukul hingga jatuh tersungkur. Dia meronta sambil menangis tidak mau masuk ke dalam rumah.

"Gak mau... aku mau main... Nana capek les piano... Nana pengen main disini...."

Eric baru menyadari gadis kecil itu adalah Nana saat masih berusia 5 tahun.

Lalu di sekitar Eric seperti memudar putih, kali ini dia berada di sebuah kelas Sekolah Dasar. Dia melihat seorang gadis sedang duduk di bangku dan dihampiri beberapa teman-temannya,

"Kamu sengaja gak denger kan, waktu kita panggil kamu tadi pas ulangan?"

"Dasar anak sombong! Kalau bukan karena kamu juara, apa bagusnya kamu!"

"Iya, kamu itu udah gak punya mainan, gak punya teman, belagu lagi!"

Gadis kecil itu hanya diam, sampai teman-temannya meninggalkan dia sendirian di kelas.

Saat pulang sekolah, gadis itu duduk di halte depan gerbang sekolah, dia terlihat sedih sambil terisak dengan memegang rambutnya yang terurai panjang kecoklatan. Ternyata dia sedang membersihkan permen karet yang menempel di beberapa helai rambutnya.

Seorang guru perempuan menghampirinya,

"Nana kenapa nangis disini? Belum dijemput?"

"Nggak apa-apa bu, Nana sebentar lagi dijemput kok...."

"Oh... baik, hati-hati ya...."

Lalu guru perempuan tersebut meninggalkan Nana duduk sendirian di halte. Lalu suasana kembali memudar dan berganti tempat. Kali ini ia berada di sebuah kolam renang indoor.

Seorang gadis remaja berusia sekitar 14 tahun yang sepertinya Eric mengenalnya. Hanya saja ia tidak terlalu yakin karena posturnya yang masih kecil. Gadis itu duduk melihat teman-temannya yang sedang olahraga renang. Kemudian beberapa anak laki-laki datang dan menggodanya.

"Nana, kamu kenapa gak ikut renang?"

"Dia kan gak bisa renang, ahahahaha"

Beberapa anak laki-laki itu tertawa lalu salah satunya berbisik pada temannya, kemudian mereka tiba-tiba menggendong Nana dan menceburkannya ke kolam.

Nana mengepak-ngepakkan tangannya karena dia tidak bisa berenang.

"Eh jo, dia beneran gak bisa renang!"

"Wah sial, kalau ketahuan pak guru kita bisa diskorsing!"

Salah satu anak laki-laki itu menarik Nana sampai ke tepi, sehingga Nana bisa meraih dinding pembatas kolam. Lalu mereka lari pergi meninggalkan Nana yang masih berada di kolam.

Nana menangis membodohkan dirinya sendiri yang lemah sambil memukul kepalanya sendiri dengan tangan.

Wajah Eric semakin sayu melihat pemandangan itu. Dia hanya bisa mengepalkan tangannya. Dia hendak berjalan menghampiri Nana, namun suasana kembali putih memudar.

Eric sekarang berpindah ke sebuah ruang keluarga. Disana dia melihat seorang gadis cantik kulit putih berambut lurus dengan postur kurus. Eric sudah sangat bisa mengenal sosok itu,

"Nana...." Eric berbisik hampir tak bersuara.

Saat itu Nana duduk menunggu seseorang. Kemudian Hari Widjaya datang, Nana berdiri dan berjalan mengikuti ayahnya.

"Papa..."

Hari Widjaya tampak tidak menghiraukan Nana dan membuka pintu kamarnya.

"Papa... tunggu Pa!"

"Ada apa?" Hari Widjaya hanya menoleh sedikit ke belakang.

"Papa... Nana Lulus dan masuk ranking 2 paralel di sekolah..."

"Baru ranking 2 di sekolah? Dulu kakakmu masuk ranking 10 besar se-Jakarta!"

"Tapi Nana sudah berusaha Pa...! Nana juga mendapat LoA dari Medical School di John Hopkins dan Architecture di New York University."

"Siapa yang akan membiayaimu kalau kamu sekolah kedokteran? Apalagi di luar negeri!Kevin saja kuliah di UI, kamu malah ambil di luar negeri. Apa kamu mampu bersaing dengan mereka?!"

"Baik pa, Nana gak akan ambil kedokteran..."

"Terserah kamu saja...!"

Hari Widjaya berlalu begitu saja meninggalkan Nana sebelum Nana menyelesaikan kalimatnya.

Nana menahan dan menggigit bibirnya, dan mengedipkan matanya beberapa kali sebelum air matanya menetes.

Nana berdiri menunduk dan menyeka air matanya sendiri sambil bergumam,

"Nana sudah mendapat beasiswa kok Pa..."

Eric terenyuh melihat Nana yang sejak dari tadi dia lihat tidak pernah mendapatkan perlakuan adil dari orang-orang di sekitarnya bahkan dari keluarganya. Eric melihat dengan jelas semua memori Nana saat berusia 5 tahun hingga dia dewasa.

"Nana...."

Eric berusaha mendekati Nana dan ingin memeluknya, Namun tiba-tiba tubuh Nana memudar putih hingga perlahan lenyap.

Eric membuka matanya, dia terbangun dari tidurnya. Seluruh tubuhnya berkeringat, dia seolah melihat semua mimpi itu nyata.

Eric baru menyadari saat ini dia sedang berada di atas ranjang Rumah Sakit.

Eric lalu ingat kejadian terakhir kali dia menyaksikan sebuah tragedi kecelakaan beruntun.

Ingatan Eric kembali memutar situasi kecelakaan tragis itu, dia melihat Nana terhimpit di bawah box petikemas dengan penuh darah yang mengalir dari kepala hingga ke seluruh tubuhnya sampai bercucuran ke aspal.

Dia ingat terakhir kali dia berusaha mendekat ke lokasi kejadian namun dicegah beberapa orang hingga akhirnya dia sudah tidak tahu apa-apa lagi.

Eric segera turun dari ranjang, dia melihat Joni tertidur di sofa dekat ranjang Eric. Dia membangunkan Joni.

"Joni... bangun!"

Joni terkejut dibangunkan Eric.

"Ah, Tuan sudah sadar! Tadi Tuan pingsan karena kelelahan melawan beberapa orang yang menahan Tuan."

"Dimana Nana sekarang?"

"Nona sudah dievakuasi oleh pihak kepolisian dan mereka merujuk Nona ke National University Hospital. Saya sudah menghubungi orang rumah, sepertinya mereka sudah perjalanan kesana."

"Antarkan aku kesana sekarang juga."

"Baik Tuan..."

Joni mengantarkan Eric ke rumah sakit tempat Nana dirujuk. Sepanjang perjalanan Eric hanya cemas dan membayangkan kondisi Nana. Entah saat ini Nana masih hidup atau bagaimana. Eric beberapa kali mulutnya bergumam seperti sedang berdoa dengan wajah yang tampak sangat tidak tenang.

Setelah sampai di NUH, Eric berlari ke IGD mencari Nana. Suasana rumah sakit saat itu juga sedang kacau karena korban-korban yang lain juga berada disana.

Eric tampak tergesa-gesa memeriksa setiap sekat tirai untuk memastikan dimana Nana.

Eric tiba-tiba sekilas melihat Kevin yang sedang turut membantu beberapa perawat disana menangani seorang pasien, padahal Kevin bukan dokter di NUH.

Eric yakin pasien yang sedang ditangani Kevin adalah Nana. Lalu Eric mendekat perlahan ke ranjang pasien tersebut. Dia masih belum jelas melihat tubuh pasien tersebut karena terhalangi tirai. Eric tiba-tiba takut membuka tirai dan tidak siap melihat kenyataannya nanti, dia hanya mengintip di separuh tirai.

"Ggruuukkk"

Eric melihat darah muncrat ke wajah Kevin dari mulut pasien yang terbaring tersebut. Raut wajah Kevin terlihat cemas dan seperti menahan tangis. Eric semakin yakin bahwa tubuh yang sedang berbaring itu adalah Nana.

Beberapa detik kemudian, pasien itu seperti akan memuntahkan sesuatu,

"Hooowwwk"

Kali ini darah kental berwarna gelap keluar dari mulutnya, Kevin dengan cepat menyumpal mulut pasien itu dengan kain,

"Cepat ambil baskom!"

Perawat segera meraih baskom sesuai perintah Kevin dan menengadahkan baskom ke bawah mulut pasien, darah segar yang menyembur dari mulut pasien itu sebanyak hampir setengah baskom.

Kaki Eric seolah tak bisa bergerak lagi seperti tak bertulang. Dia sudah tidak sanggup lagi menyaksikan keadaan itu. Kemudian Joni mengajak Eric yang sudah lemas keluar dari ruang IGD.

Eric keluar IGD dipapah Joni, dia sudah tampak seperti orang yang tidak berdaya.

Joni melihat Julia dan Erica dari kejauhan berjalan menuju ke arah mereka dan tiba-tiba,

"Plaaakkkk!"

Julia menampar Eric. Eric menatap Julia bingung, dia melihat wajah ibunya yang sudah merona merah karena banyak menangis.

"Apa kamu baru akan berhenti setelah Nana mati? Puas kamu sekarang Eric?!"

Erica menahan ibunya,

"Mama, kita dengarkan penjelasan kak Eric. Ini kecelakaan Ma..."

"Kecelakaan? Tentu saja ada penyebabnya! Bagaimana bisa Nana keluar tengah malam dengan wajah cemas. Dia bilang pada Niken mau menjemput Eric. Katakan Eric, dimana kamu saat itu?!"

Eric tidak menjawab pertanyaan ibunya, Julia semakin tidak sabar dan kali ini Joni yang menjadi sasaran kemarahannya,

"Joni, katakan!!! Kemana kamu mengantar Nana tadi? Lalu kenapa hanya Nana yang kecelakaan? Kenapa kamu tidak ikut kecelakaan?!"

Eric dan Joni hanya terdiam. Lalu Erica berusaha membujuk Joni.

"Joni, kami sudah bertanya pada polisi barusan. Mereka sudah memberi tahu kami kronologisnya, bahwa pada saat itu Nana mengemudi sendirian. Sekarang katakan kenapa kamu yang saat berangkat satu mobil dengan Nana, lalu bisa menjadi satu mobil dengan kak Eric saat kejadian?"

"Anu.... itu...."

"Katakan Joni!!!" Julia membentak Joni.

"Itu bukan salah Joni, ma!!!" Eric berusaha melindungi Joni yang sudah pucat pasi.

"Sekarang kamu bilang Eric, kenapa kalian bisa ada di jalur tol malam itu, dengan mobil berbeda! Mama tahu jam segitu Nana tidak akan keluar meninggalkan anaknya jika tidak ada hal yang sangat mendesak."

"Nana pergi mencariku ma...ke hotel Marina, setelah dia...."

Eric tidak berani melanjutkan kata-katanya, dia masih terngiang ucapan Edis,

(flashback)

"Eric, seharusnya kamu tahu apa yang sudah dilakukan ibumu padaku."

"Jangan Eric.... Ibumu pasti tidak akan melepaskanku, dia tidak tahu kalau aku kembali ke Singapur. Kalau dia sampai tahu, bukan hanya aku, tapi ibuku dan Daniel juga akan terancam...."

(flashback berakhir)

Eric menghela napas panjang lalu melanjutkan kalimatnya,

"ini semua salahku, ma... Jangan salahkan siapapun. Kalau mama ingin memberi hukuman, hukum saja aku."

"Kalau kamu tidak mau jujur pada mama, silahkan... mama akan melakukan investigasi sendiri pada kasus ini! Dan mama sangat mengenal kamu, Eric."

Erica melihat wajah Eric yang penuh kebimbangan, dia yakin ada sesuatu yang berusaha disembunyikan dan ada seseorang yang sedang dilindungi oleh Eric.

--------------------------

Hampir 5 jam Nana berada di ICU.

Eric, Julia dan Erica masih berada di depan ruang ICU, mereka sedang menantikan kabar baik dan berharap Nana bisa diselamatkan.

Kevin keluar dari ICU lalu disambut oleh Eric dengan penuh kecemasan,

"Kevin bagaimana dengan Nana?"

"Nana masih belum sadar, tapi jantungnya sudah stabil. Darah yang masuk ke paru-parunya juga sudah dikeluarkan semua, begitu juga dengan material yang masuk ke organ tubuhnya sudah dikeluarkan semua. Hanya saja, cidera di kepalanya terlalu parah, tengkorak bagian depannya retak sepanjang 7cm, sehingga sampai sekarang pendarahan di kepalanya masih belum bisa dihentikan. Aku keluar karena sudah tidak kuat lagi, karena melihat kondisi Nana seperti itu. Bagian kakinya mungkin terjepit cukup parah, sehingga kedua tulang betisnya patah. Masih ada kemungkinan dia bisa hidup, tapi untuk kondisi tingkat keparahan kecacatannya, kita hanya bisa memastikan saat dia sudah sadar."

Eric terduduk lesu mendengar penjelasan dari Kevin. Dia sudah tidak tahu lagi apa yang harus dia lakukan saat ini, dia merasa semua yang terjadi malam ini adalah berawal dari kecerobohannya.

Andai saja dia tidak menemui Edis malam itu....

Andai saja dia tidak meletakkan ponselnya di meja saat itu....

Andai saja dia bisa mengejar Nana tepat waktu....

"Untuk saat ini, lebih baik Aunty Julia, Erica dan Eric pulang saja. Aku akan selalu berjaga disini, aku akan selalu mengabari kalian jika ada perkembangan dengan kondisi Nana."

Eric pulang bersama Joni, sedangkan Julia dan Erica berada di mobil yang berbeda dengan Eric. Pikiran Eric sangat kacau, dia saat ini memiliki dua kepentingan yang harus diselesaikan. Pertama adalah masalah Nana. Dan yang kedua masalah Edis yang harus dia selidiki kebenaran atas pengakuan dia saat di restoran bahwa ibunya Eric yang berada di belakang penyebab Edis menghilang selama beberapa tahun ini.

Sementara itu, Edis masih berada di hotel Marina. Dia pagi itu baru bangun tidur, namun tiba-tiba merasakan nyeri di lututnya karena luka lecet semalam saat dia jatuh mengejar Eric. Dia mengambil air hangat lalu duduk di atas kasur sambil mengompres luka di lututnya karena terjatuh di lorong kamar hotel saat mengejar Eric. Edis melamun mengingat ekspresi wajah dingin Eric saat masuk lift, yang dulu tidak pernah ditunjukkan padanya. Perlahan air mata Edis mengalir meratapi perasaannya terhadap Eric, meski dia saat ini belum jelas melihat sosok Nana, tapi ia bertekad harus segera mengetahuinya.

Edis beranjak dari tempat tidur dan menyalakan televisi, dia tidak sengaja melihat sebuah tayangan berita tentang kecelakaan yang terjadi di persimpangan jalan keluar tol semalam.

(suara reporter)

"Sebuah kecelakaan terjadi di persimpangan jalur exit tol East Coast Parkway tadi malam. Berikut ini adalah sebuah video amatir dari netizen yang merekam kecelakaan pada saat kejadian."

Edis awalnya tidak begitu menghiraukan tayangan berita itu sambil berbaring di tempat tidur. Tapi kemudian dia terkejut saat berita tersebut menampilkan seseorang yang wajahnya mirip Eric sedang meronta ditahan beberapa orang saat hendak mendekati mobil yang posisinya terjepit di bawah box petikemas.

(suara reporter)

"Dalam kecelakaan tersebut hingga saat ini masih belum dilaporkan adanya korban meninggal, namun dua orang korban yang masih kritis, yaitu pengemudi mobil Mercedes yang terjepit di bawah box petikemas dan sopir mobil box yang terguling. Sedangkan masih ada 2 korban lainnya mengalami luka berat dan 9 orang dengan luka ringan. Sulitnya evakuasi kendaraan yang mengalami kecelakaan menyebabkan kemacetan di jalur exit tol hingga saat ini."

Edis hanya bisa tertegun dan tidak bisa berkata apapun, dia tidak percaya dengan yang dia lihat. Edis segera menelpon Eric namun tidak diangkat oleh Eric. Edis harus menemui Eric hari ini, namun ia ragu karena pasti Julia akan tahu bahwa dirinya sudah berada di Singapore.

------------------------------------

Spoiler:

Nana divonis koma karena cidera parah di kepalanya. Saat Kevin mengetahui fakta penyebab kecelakaan Nana, Kevin memohon kepada Eric untuk menceraikan Nana demi kebaikan Nana dan Eric sendiri.

Namun Eric meminta waktu kepada Kevin untuk memberinya kesempatan meyakinkan hatinya, disamping itu Eric juga mulai menyelidiki semua yang diungkapkan Edis kepadanya.

Saat itu pula Kevin meminta Brian yang selama 3 tahun ini ada di Belanda untuk kembali ke Singapore sebagai dokter penanggung jawab Nana. Kevin mengungkapkan semua perasaan Nana dulu kepada Brian. Pada akhirnya Brian tahu bagaimana perasaan Nana terhadapnya.

Lalu bagaimana dengan perasaan Brian saat ini terhadap Nana?

Silahkan tinggalkan pendapat kalian di kolom komen di bawah ini ya....

Tetap setia membaca Novel ini,

Jangan lupa dukung author dengan klik: "Like"👍 "Love"❤️ dan berikan rating "Bintang 5"⭐⭐⭐⭐⭐ya....

Terpopuler

Comments

Yuli Rafa

Yuli Rafa

suka alur cerita nya

2021-11-16

0

👸🏻🌹🎆Nana ConLey💫

👸🏻🌹🎆Nana ConLey💫

kerennnnn dgn ceritamu thor
utk eric helloooooo bukan kamu sj yg menderita krn perjodohanmu itu anjing
nn jg menderita hdp dgnmu sdgkn dia mencintai brian

2021-05-16

0

maura shi

maura shi

kasian nana,kasian brian cinta yg tk pernah terungkap terpisah karena perjodohan membawa petaka

2021-02-19

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog: Tentang Dua Keluarga
2 Bab 1: Awal Perjodohan #1
3 Bab 2. Awal Perjodohan #2
4 Bab 3. Cinta dan Kehilangan
5 Bab 4. Janji
6 Bab 5. Tak Ada Harapan
7 Bab 6. Putus Asa
8 Bab 7. Membencimu
9 Bab 8. Menghindarimu
10 Bab 9. Sebuah Jawaban
11 Bab 10. Dia Kembali
12 Bab 11. Malam Terakhir
13 Bab 12. Mimpi dan Kenyataan
14 Bab 13. Permohonan
15 Bab 14. Keputusan
16 Bab 15. Penyesalan
17 Bab 16. Kehancuran Kedua
18 Bab 17. Anda Siapa?
19 Bab 18. Bertemu Kembali
20 Bab 19. Menerima Kenyataan
21 Bab 20. Perceraian
22 Bab 21. Skandal
23 Bab 22. Berpisah
24 Bab 23. Memory
25 Bab 24. Fragment
26 Bab 25. Pertemuan
27 Bab 26. Pengakuan
28 Bab 27. Pelukan
29 Bab 28. What Do You Want
30 Bab 29. Kebimbangan
31 Bab 30. Sebuah Akhir Cerita
32 EPILOG
33 Extra Part 1: Love is Wife
34 SAPA AUTHOR
35 PROLOG [SEASON 2]
36 [SEASON 2] HATI CAESAR Bagian 1
37 [SEASON 2] HATI CAESAR Bagian 2
38 [SEASON 2] RAHASIA
39 [SEASON 2] SIBLING
40 [SEASON 2] STUDY GROUP
41 [SEASON 2] MUSUH LAMA
42 [SEASON 2] TAK TERDUGA
43 [SEASON 2] HUBUNGAN CAESAR & REGAL
44 [SEASON 2] JUST MINE
45 [SEASON 2] KENYATAAN SEBENARNYA
46 [SEASON 2] RENCANA
47 [SEASON 2] KASUS GIE KWAN
48 [SEASON 2] MENJADI SASARAN
49 [SEASON 2] ENAM TAHUN
50 [SEASON 2] RECALLING
51 [SEASON 2] ALIVE
52 [SEASON 2] FIND YOU
53 [SEASON] FOUND YOU
54 [SEASON 2] MEET YOU
55 [SEASON 2] PENJELASAN
56 [SEASON 2] BERSAMA CAESAR
57 [SEASON 2] MASA LALU SHAILA (1)
58 [SEASON 2] MASA LALU SHAILA (2)
59 [SEASON 2] MASA LALU SHAILA (3)
60 [SEASON 2] MASA DEPAN
61 [SEASON 2] KEBOHONGAN
62 [SEASON 2] PERTEMUAN TERAKHIR
63 [SEASON 2] PATAH HATI
64 [SEASON 2] MEMBIASAKAN DIRI
65 [SEASON 2] KETAKUTAN ROSIE
66 [SEASON 2] OPERASI TERAKHIR
67 [SEASON 2] KABAR DARI REGAL
68 [SEASON 2] ANTARA KAKAK BERADIK
69 [SEASON 2] ANNIVERSARY PARTY
70 [SEASON 2] TERJEBAK PERANGKAP
71 [SEASON 2] MENYANGKAL TUDUHAN
72 [SEASON 2] RENCANA YURI
73 [SEASON 2] RENCANA PERNIKAHAN
74 [SEASON 2] MEMBATALKAN PERJODOHAN
75 [SEASON 2] KEKESALAN REGAL
76 [SEASONS 2] BAGAIMANA MUNGKIN?
77 [SEASON 2] KENYATAAN BARU
78 [SEASON 2] MEMBELA CAESAR
79 [SEASON 2] BERUSAHA MENCARI TAHU
80 [SEASON 2] MEMANCING SHAILA
81 [SEASON 2] ASUMSI REGAL
82 [SEASON 2] RENCANA PERGI
83 [SEASON 2] INFORMASI TENTANG RAYNE
84 [SEASON 2] RENCANA PERGI
85 [SEASON 2] BERITA DARI JONI
86 [SEASON 2] SEBAGAI PELAMPIASAN
87 [SEASON 2] SKIZOFRENIA
88 [SEASON 2] PARANOID
89 [SEASON 2] PAIN
90 [SEASON 2] SALAM AUTHOR
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Prolog: Tentang Dua Keluarga
2
Bab 1: Awal Perjodohan #1
3
Bab 2. Awal Perjodohan #2
4
Bab 3. Cinta dan Kehilangan
5
Bab 4. Janji
6
Bab 5. Tak Ada Harapan
7
Bab 6. Putus Asa
8
Bab 7. Membencimu
9
Bab 8. Menghindarimu
10
Bab 9. Sebuah Jawaban
11
Bab 10. Dia Kembali
12
Bab 11. Malam Terakhir
13
Bab 12. Mimpi dan Kenyataan
14
Bab 13. Permohonan
15
Bab 14. Keputusan
16
Bab 15. Penyesalan
17
Bab 16. Kehancuran Kedua
18
Bab 17. Anda Siapa?
19
Bab 18. Bertemu Kembali
20
Bab 19. Menerima Kenyataan
21
Bab 20. Perceraian
22
Bab 21. Skandal
23
Bab 22. Berpisah
24
Bab 23. Memory
25
Bab 24. Fragment
26
Bab 25. Pertemuan
27
Bab 26. Pengakuan
28
Bab 27. Pelukan
29
Bab 28. What Do You Want
30
Bab 29. Kebimbangan
31
Bab 30. Sebuah Akhir Cerita
32
EPILOG
33
Extra Part 1: Love is Wife
34
SAPA AUTHOR
35
PROLOG [SEASON 2]
36
[SEASON 2] HATI CAESAR Bagian 1
37
[SEASON 2] HATI CAESAR Bagian 2
38
[SEASON 2] RAHASIA
39
[SEASON 2] SIBLING
40
[SEASON 2] STUDY GROUP
41
[SEASON 2] MUSUH LAMA
42
[SEASON 2] TAK TERDUGA
43
[SEASON 2] HUBUNGAN CAESAR & REGAL
44
[SEASON 2] JUST MINE
45
[SEASON 2] KENYATAAN SEBENARNYA
46
[SEASON 2] RENCANA
47
[SEASON 2] KASUS GIE KWAN
48
[SEASON 2] MENJADI SASARAN
49
[SEASON 2] ENAM TAHUN
50
[SEASON 2] RECALLING
51
[SEASON 2] ALIVE
52
[SEASON 2] FIND YOU
53
[SEASON] FOUND YOU
54
[SEASON 2] MEET YOU
55
[SEASON 2] PENJELASAN
56
[SEASON 2] BERSAMA CAESAR
57
[SEASON 2] MASA LALU SHAILA (1)
58
[SEASON 2] MASA LALU SHAILA (2)
59
[SEASON 2] MASA LALU SHAILA (3)
60
[SEASON 2] MASA DEPAN
61
[SEASON 2] KEBOHONGAN
62
[SEASON 2] PERTEMUAN TERAKHIR
63
[SEASON 2] PATAH HATI
64
[SEASON 2] MEMBIASAKAN DIRI
65
[SEASON 2] KETAKUTAN ROSIE
66
[SEASON 2] OPERASI TERAKHIR
67
[SEASON 2] KABAR DARI REGAL
68
[SEASON 2] ANTARA KAKAK BERADIK
69
[SEASON 2] ANNIVERSARY PARTY
70
[SEASON 2] TERJEBAK PERANGKAP
71
[SEASON 2] MENYANGKAL TUDUHAN
72
[SEASON 2] RENCANA YURI
73
[SEASON 2] RENCANA PERNIKAHAN
74
[SEASON 2] MEMBATALKAN PERJODOHAN
75
[SEASON 2] KEKESALAN REGAL
76
[SEASONS 2] BAGAIMANA MUNGKIN?
77
[SEASON 2] KENYATAAN BARU
78
[SEASON 2] MEMBELA CAESAR
79
[SEASON 2] BERUSAHA MENCARI TAHU
80
[SEASON 2] MEMANCING SHAILA
81
[SEASON 2] ASUMSI REGAL
82
[SEASON 2] RENCANA PERGI
83
[SEASON 2] INFORMASI TENTANG RAYNE
84
[SEASON 2] RENCANA PERGI
85
[SEASON 2] BERITA DARI JONI
86
[SEASON 2] SEBAGAI PELAMPIASAN
87
[SEASON 2] SKIZOFRENIA
88
[SEASON 2] PARANOID
89
[SEASON 2] PAIN
90
[SEASON 2] SALAM AUTHOR

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!