Tak Ada Harapan
Hari ketiga di Jakarta,
Eric masih belum bisa menghubungi Edis. Dia semakin khawatir dengan keadaan Edis. Eric lalu meminta Richo untuk menyelidiki keberadaan Edis. Namun menurut Richo, Edis tidak masuk kantor sudah 3 hari ini semenjak hari setelah ia pergi dengan Eric.
Eric sudah menghubungi pihak rumah sakit tempat Daniel dirawat, namun ternyata Daniel sudah dipindahkan ke rumah sakit lain, dan mereka tidak memiliki informasi apapun dimana Daniel dirawat saat ini, begitu juga dengan dokter yang sebelumnya menjadi penanggung jawab Daniel.
Julia sudah bisa membaca kecemasan anaknya, dia tahu yang harus dia lakukan adalah menahan Eric agar tidak segera kembali ke Singapura. Dia harus membuat langkah efektif untuk mengikat Eric dan Nana, yaitu mendaftarkan pernikahan mereka sebelum Eric kembali ke Singapura.
Karena Nana masih berstatus warga negara Indonesia, jadi Julia secara diam-diam tanpa sepengetahuan Eric, mengupayakan melalui managernya untuk melengkapi semua dokumen dan persyaratan pernikahan antara dua warga negara.
Hari kelima di Jakarta,
Eric masih menunggu kabar dari Richo tentang perkembangan keberadaan Edis. Dia tahu Edis tidak akan pergi meninggalkannya, karena dia sudah meyakinkan Edis untuk tetap berada di sisinya. Bahkan dia pun yakin Edis mungkin akan hamil anaknya.
Eric ingin segera kembali ke Singapura untuk mencari Edis di setiap sudut Kota. Namun ia tidak bisa berbuat banyak.
Pada akhirnya ia terpaksa meminta bantuan teman-temannya yang lain untuk mencari Edis. Karena sepertinya ia tidak bisa mengandalkan Richo dalam hal ini, sebab Richo pun saat ini sedang menggantikan dirinya mengurus perusahaan.
Hari keenam,
Kali ini usaha Eric membuahkan sedikit hasil. Teman-temannya yang ia bersedia membantunya untuk mencari tahu keberadaan Edis mengatakan bahwa Edis dan keluarganya sudah tidak tinggal di apartemen yang mereka tinggali selama ini. Menurut informasinya, Edis 5 hari yang lalu telah menjual apartemen itu kepada developer.
Eric kemudian langsung menghubungi HRD di kantornya tanpa sepengetahuan Richo. Eric mendapatkan informasi juga bahwa Edis tidak lagi bekerja di kantornya, dia tercatat sudah melakukan pengunduran diri sejak 5 hari yang lalu.
Eric seperti tertampar keras, apa maksud semua ini?
Kenapa Edis tiba-tiba pergi meninggalkannya?
Apa mungkin dia kesal pada dirinya karena sudah mengingkari janjinya?
Apakah mungkin Edis tahu tentang perjodohan itu?
Semua pertanyaan yang ada dalam isi kepala Eric seolah akan meledak.
Dada Eric terasa sesak, entah perasaan apa ini....
Eric sangat ingin menemui Edis dan meminta penjelasan kenapa Edis meninggalkannya?
Edis adalah orang yang penuh kelembutan dan kehangatan, Edis tidak akan memiliki pemikiran setega itu....
Eric hanya bisa merebahkan tubuhnya di ranjang kamar hotelnya. Pikirannya saat ini sedang sangat kacau.
---------------------------
Hari Widjaya sudah disemayamkan beberapa hari yang lalu. Namun Nana setiap hari masih mengunjungi makam ayahnya. Sejujurnya Nana masih bimbang dengan wasiat yang dibebankan ayahnya kepada dirinya.
Apalagi kemarin Julia sudah memberikan dokumen untuk persiapan pendaftaran pernikahan Nana dan Eric.
Nana harus segera menandatangani surat perpindahan status warga negaranya, untuk ikut menjadi warga negara Singapura mengikuti status kewarganegaraan Eric. Karena di Indonesia seorang WNI tidak bisa memiliki status kewarganegaraan ganda.
Di sisi lain, hati Nana juga masih tertambat kepada Brian, ada banyak hal yang ingin ia katakan kepada Brian, ada banyak waktu yang ingin ia habiskan bersama Brian, ada banyak tempat yang ingin dia kunjungi bersama Brian, ada banyak hal-hal lain yang semestinya ingin ia lakukan bersama Brian.
Sebelumnya Nana mengira dia masih punya banyak waktu melakukan semua itu, namun ternyata kali ini kenyataan tidak memberikan kesempatan baginya.
Sepulang dari makam ayahnya, Nana bermaksud menemui Julia di hotel. Namun di lounge dia berpapasan dengan Eric.
Nana memberi salam pada Eric, tetapi Eric hanya membalas dengan senyum hambar.
Eric tidak bisa menyembunyikan perasaannya yang sedang kacau saat ini.
Nana hanya diam tanpa berkata apapun, lalu ia pun hendak berlalu meninggalkan Eric, namun saat itu Eric mulai berbicara.
"Sebenarnya ada banyak hal yang ingin aku bicarakan secara pribadi terkait rencana akuisisi ini denganmu, Nana"
Nana menoleh dengan wajah datar,
"Bukankah rencana yang dijelaskan oleh ibumu sudah jelas? Seharusnya kamu sudah lebih paham dariku."
"Jadi kamu bermaksud meneruskan rencana ibuku juga menyetujui perjodohan itu?"
"Kalau memang itu yang dihendaki atas keputusan bersama, apa yang bisa aku lakukan selain menjalankannya."
"Lunatic! Apa kamu masih layak menyebut dirimu seorang lulusan terbaik di salah satu universitas terbaik di dunia jika kamu hanya berakhir menjadi sebuah boneka."
Nana terkejut dengan ucapan Eric yang menyudutkannya. Dia awalnya berprasangka mungkin Eric tidak menyukai dirinya, tapi ucapan Eric barusan menyadarkan Nana bahwa itu bukan sekedar prasangka. Tapi Eric memang benar-benar tidak menyukai dirinya.
"Eric, aku memang samasekali belum memahamimu orang semacam apa dirimu. Tapi siapapun yang mendengar ucapanmu tadi pasti akan setuju bahwa itu sangat kasar."
Eric tersenyum mencemooh, sambil berjalan melewati Nana dan berhenti di dekat telinga Nana, lalu dia berbisik.
"Kamu bisa lebih sering mendengarnya jika kamu mau."
Lalu Eric meninggalkan Nana yang masih berdiri tertegun.
Sejauh ini dia tidak pernah mendapat penghinaan dari siapapun sebelumnya.
Dia tidak menyangka justru penghinaan itu malah didapat dari seseorang yang akan menjadi calon suaminya.
Saat itu juga Julia datang bersama Erica lalu mengajak Eric dan Nana masuk ke salah satu ruangan meeting di hotel tersebut.
Di ruangan meeting, sudah ada beberapa lawyer dari Shine Grup dan Jaya Grup. Karena meja meeting tersebut berbentuk circle, Nana yang duduk di samping beberapa lawyernya berada di posisi tepat di depan Eric.
Saat dimulai meeting hingga keputusan dibacakan, Nana hanya diam sembari membaca dokumen yang ada di depannya.
Eric yang sedari tadi terus menatap Nana samasekali tidak melihat ekspresi seperti layaknya manusia yang hidup.
Wajah seperti itu yang membuat Eric semakin kesal, karena seolah Nana bersikap baik-baik saja dan kuat, padahal hatinya sebenarnya penuh kembimbangan.
Dalam hati Eric ingin mengumpat di depan wajah Nana,
Dasar wanita Munafik!
Meeting sudah selesai.
Pada akhirnya keputusan akuisisi sudah disepakati dan ditandangani oleh Nana.
Kini Nana sudah resmi menjadi Direktur Utama Shine Land yang bergerak di bidang arsitektur dan real estate yang kini menjadi bagian dari Shine Grup.
Selain itu Nana sudah memutuskan bahwa dia bersedia pindah status kewarganegaraan mengikuti Eric.
Hari ini mereka akan mengkonfirmasikan kembali di kantor sipil dan kantor kedutaan Singapura untuk melengkapi dokumen-dokumen terakhirnya sebelum besok mereka berangkat ke Singapura untuk mendaftarkan pernikahan mereka.
---------------------
Keesokan harinya,
Eric, Nana, beserta keluarga sudah sampai di Singapura.
Selama perjalanan menuju ke kantor Registry of Marriage (ROM), Nana hanya duduk diam memandang arah jendela sedangkan Eric memilih duduk di samping sopir.
Eric sempat melirik kaca spion dan melihat wajah dingin Nana.
Dalam hati Eric,
Bagaimana mungkin ada wanita berwajah dingin seperti Nana? Sama sekali tidak ada kehangatan yang terpancar dari dalam dirinya, tidak seperti Edis yang penuh kelembutan dan kehangatan.
Di mata Eric, hanya Edis satu-satunya wanita yang bisa menghangatkannya.
Meski dia sebelumnya juga pernah mengenal beberapa wanita, namun hanya Edis yang paling bisa membuat hatinya tenang dan merasa damai.
Dan di mata Eric juga, hanya Nana wanita yang paling dingin dan hampa yang pernah ia temui.
Saat pikirannya kembali mengingat Edis, hati Eric kembali sakit dengan memori masa-masa bahagianya bersama Edis.
Dia masih berharap untuk menemukan keberadaan Edis.
Setelah urusan ini selesai, Eric bertekad akan mencari Edis kemanapun dia harus pergi.
Saat ini di hatinya hanya ada Edis, dan akan tetap untuk Edis.
Beberapa jam kemudian,
Nana dan Eric sudah mendaftarkan pernikahan mereka di kantor ROM.
Saat keluar dari kantor ROM, Eric menarik tangan Nana dan memasukkan Nana ke dalam mobil.
Nana hanya menuruti Eric masuk mobil tanpa perlawanan.
"Ma, aku mau jalan-jalan dulu dengan Nana. Kalian pulang dulu saja, nanti aku akan mengantar Nana."
"Eric kamu mau kemana? Eric!"
Eric sudah memacu mobilnya yang didalamnya hanya ada mereka berdua.
Sebenarnya hati Nana sangat takut dengan sikap Eric saat ini yang mungkin saja akan berbuat nekat terhadapnya.
Namun Nana berusaha untuk tidak menunjukkan ekspresi takutnya di depan Eric. Dia tahu memang itu yang diharapkan Eric untuk menakutinya.
30 menit kemudian Eric membawa Nana ke sebuah dermaga pinggiran Singapore River.
Eric kemudian keluar dari mobil tanpa membukakan pintu untuk Nana, lalu Nana juga keluar dari mobil.
"Kenapa kamu membawaku kesini?"
"Aku cuma ingin punya waktu untuk berbicara denganmu secara pribadi, tanpa intervensi dari mama."
"Kita bisa bicara di tempat yang lebih baik, tidak harus di tempat sepi seperti ini."
"Apa kamu takut?"
"Aku tidak takut, aku hanya menjaga diri. Bagaimanapun juga kita belum saling mengenal karakter satu sama lain, jadi aku hanya waspada. Siapa yang tahu kamu akan berbuat nekat padaku. "
Eric kemudian tertawa dengan ucapan Nana, tawa Eric justru membuat Nana merasa aneh. Seolah Eric sengaja menertawakan dirinya.
"Hahahaha.... Nana, apa kamu pikir dirimu semenarik itu? Hal nekat apa yang terlintas dalam pikiran kamu yang akan aku lakukan padamu?"
Nana masih menunjukkan wajah datarnya,
"Langsung saja katakan kenapa kamu membawaku kemari."
"Ini adalah tempat favoritku saat melepas penat. Aku tidak pernah mengajak siapapun kecuali dua orang. Dan kamu adalah orang yang kedua. Tapi sayangnya, responmu sangat jauh berbeda dengan orang pertama yang aku ajak kemari. Dia sangat menikmati suasana disini, merasa tenang dan sangat damai, sama seperti yang aku rasakan. Itu semakin menunjukkan bahwa aku dan dia memang memiliki banyak kecocokan. Sedangkan aku dan kamu, sama sekali tidak ada kecocokan."
"Aku tidak berminat siapa orang yang pertama yang kamu bandingkan denganku. Aku adalah aku, tentu akan berbeda dengan orang lain. Aku memang tidak terbiasa berada sendirian di tempat sepi dan asing seperti ini."
"Tapi aku akan bilang padamu, siapa orang pertamanya. Dan sampai kapanpun dia akan menjadi orang yang pertama. Kamu bukanlah orang penggantinya, karena dia tidak pernah terganti. Aku akan memastikan tetap bersamanya meski aku sudah menikah denganmu. Aku tidak bisa orang yang Munafik dan berpura-pura kuat menjalani pernikahan ini."
"Eric, setiap orang punya perasaan. Namun untuk menghadapi orang sepertimu, aku rasa aku tidak akan menggunakan perasaanku. Aku tahu mungkin kamu menilaiku sebagai orang ketiga yang merusak hubunganmu dengan kekasihmu. Tapi setidaknya aku minta tolong padamu untuk bertahan sedikit saja."
Eric menoleh pada Nana,
"Nana, pernahkah kamu membayangkan hidup bersama dengan orang yang tidak kita kenal? Dan bagaimana Kita bisa hidup dengan orang yang berbeda dengan yang ada di hatimu? Mungkin aku bisa memberikan semua hasil keringat dan kerja kerasku sebagai suamimu. Tapi aku tidak akan bisa memberimu perhatian dan hatiku, jangan pernah berharap."
"Eric... Di dunia ini, bukan hanya kita pasangan yang menikah tanpa cinta. Ada banyak orang yang menikah karena kepentingan agama, keluarga, politik, suku, dan lain sebagainya. Namun diantara mereka, banyak yang justru bertahan hingga akhir hidup mereka. Aku tidak berharap kamu akan bertahan sampai akhir, tapi bertahanlah sampai ada waktu yang tepat. Saat ini aku tahu kamu dalam kendali ibumu, dan akupun juga begitu. Yang bisa kita lakukan hanya bertahan dan menjalankannya. Sampai kamu memiliki hak feto atas Shine Grup, dan jika saat itu tiba, kita bisa bercerai..."
Eric tidak percaya dengan apa yang dia dengar, Nana memang wanita yang cerdas. Ternyata Nana memiliki pemikiran yang sama dengan dirinya.
"Apa aku bisa memegang ucapanmu?"
"Eric, aku bukan orang mudah mengingkari janji. Aku menyetujui pernikahan ini pun juga karena aku sudah berjanji pada ayahku demi menyelamatkan Jaya Grup."
"Baiklah, aku percaya padamu. Mulai sekarang kita akan berperan sesuai diri kita masing-masing."
Nana tahu inilah yang diharapkan Eric.
Mereka hanya akan menjalankan perannya sebagai status suami istri, hanya sebagai status. Tidak sebagai belahan jiwa.
Nana tahu tidak ada harapan baginya untuk mendapat tempat di mata Eric, apalagi di dalam hati dan jiwanya.
Maka ia pun akan berjalan di alirannya sendiri, begitu juga dengan Eric.
Mereka akan menjalani hidup sebagai dua sungai yang memiliki aliran yang berbeda.
Tidak saling mencampuri dan mencemari kehidupan di dalamnya...
Tetap setia membaca Novel ini,
Jangan lupa dukung author dengan klik: "Like"👍 "Love"❤️ dan berikan rating "Bintang 5"⭐⭐⭐⭐⭐ya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Efan Zega
suka deh sm karekter ana,,,,pintar bgt
2021-04-21
0
maura shi
suka dgn nana,jan main ati dgn eric,biar dia yg jungkir balik mengejar cinta edis yg entah smpai kpn dpt restu emak julia
nana km santuy aja nunggu waktu,nunggu bang brian
2021-02-19
0
juvi laziale
sejauh ni bagus,alur,cerita,penulisan ok...jd AQ like n akn bc smpe akhir..good job Thor..
2021-02-13
0