Dia Kembali
Bias cahaya matahari pagi terburai masuk ke dalam kamar Eric melalui tirai jendela kamarnya.
Nana membuka mata dan melihat di depannya Caesar masih terlelap dengan memeluk guling membelakangi Nana. Dia mengelus kepala putranya yang berambut tebal kecoklatan.
Nana berusaha menggerakkan tubuhnya tapi terasa berat karena Eric memeluk tubuhnya dari belakang. Ia merasakan kram di lehernya karena posisi tidur miring selama berjam-jam sejak Eric terlelap dengan memeluknya setelah adegan semalam.
Tubuh Eric yang membidang dengan gumpalan otot di lengannya, namun rata di bagian perut hampir membalut seluruh tubuh Nana yang ramping.
Lelaki dengan tubuh sempurna ini memang pantas jika pernah menjadi idaman bagi banyak wanita, bahkan Nana terkadang juga hanyut dalam permainan Eric saat mereka berhubungan, dan selalu saja Nana yang mencapai *** lebih dulu.
Tapi dia adalah Eric, lelaki yang berusaha dipungkiri Nana untuk dicintai dengan sepenuh hati. Nana selalu mengingatkan pada hatinya bahwa pria yang saat ini ada di sampingnya bukanlah pria yang diciptakan untuknya. Pria ini masih memiliki separuh hati yang tidak pernah bisa Nana miliki.
Nana memejamkan matanya dan segera menyadarkan dirinya, untuk saat ini dia lebih baik fokus pada pertumbuhan dan perkembangan Caesar. Selama Eric menyayangi putranya, dia akan melakukan sebanyak dan sebesar apapun pengorbanan yang ia persembahkan untuk Eric. Meskipun dengan merelakan tubuhnya.
----------------------------------
Pagi itu Caesar merengek meminta Eric ikut menemaninya ke Welfare House.
Nana lalu membujuk Caesar,
"Caesar, kan disana sudah ada bu guru? Anak-anak di Welfare House mereka sebagian tidak memiliki orangtua, jadi kita juga harus menjaga perasaan mereka...."
"Tapi Caesar ingin sama daddy...."
"Disana teman-teman Caesar yang lainnya tidak didampingi orangtuanya, Kan? Dan biasanya Caesar juga berani ke sekolah tidak ditemani mommy dan daddy...."
Caesar memeluk paha Eric, sambil mengusap-ngusap wajahnya ke celana Eric. Tentu saja Eric tidak tega melihat pria kecil yang paling disayanginya itu merengek.
"Baiklah, Caesar berangkat sama daddy ya..."
"Tapi Eric? Bukankah nanti siang kamu ada meeting?"
"Nanti aku akan menyuruh Richo reschedule meeting-nya."
Akhirnya Caesar pergi bersama Eric. Caesar memang anak yang sulit beradaptasi di lingkungan baru. Dia selalu tidak percaya diri jika berkenalan dengan teman- teman baru.
Acara ulang tahun Caesar dilaksanakan di Welfare House atas usulan guru TK Caesar, karena memang setiap bulan sekolah Caesar yang merupakan sekolah anak-anak elit, memiliki program melakukan kunjungan ke Welfare House untuk berdonasi, melakukan berbagai aktivitas edukatif, dan bermain bersama dengan anak-anak yang kurang beruntung dan berkebutuhan khusus disana.
Karena pihak sekolah yang menyelenggarakan acara, maka segala persiapan untuk acara ulang tahun Caesar di Welfare House juga diatur oleh pihak sekolah.
Saat Eric dan Caesar datang, semua persiapan acara baik dekorasi, playground, maupun catering sudah disiapkan oleh pihak event organizer yang dipilih oleh sekolah.
Saat acara dimulai dan salah satu guru meminta Caesar dan Eric naik ke panggung.
Dari kejauhan tampak seorang wanita berambut hitam panjang, yang sejak tadi sebenarnya berada di sana untuk menata dekorasi. Dia terkejut melihat Eric yang sedang berada di panggung bersama anak kecil yang menyanyi dengan ceria.
Bibirnya dengan terbata mengucapkan satu kata yang bahkan hampir tidak terdengar suaranya,
"Eric......"
Matanya perlahan menguraikan air mata dan tangannya mengepal dengan kuat, hingga ia tidak merasakan tusukan duri dari mawar yang ia genggam.
Wanita itu lalu berlari menjauh entah kemana.
Acara sudah selesai, Caesar sudah tertidur di pundak Eric. Eric mengucapkan banyak terimakasih kepada para guru dan pengelola Welfare House kemudian mereka berpamitan.
Saat hendak menuju gerbang pintu keluar, seorang wanita yang tadi, muncul kembali dan berjalan melewati koridor, dia sengaja mengambil jalan untuk berpapasan dengan Eric.
Eric sangat kaget melihat wanita yang berjalan mendekat di depannya dan jantungnya berdegub dengan sangat kencang.
"Edis....."
Wanita itu tersenyum dengan setengah hati, dia memandang anak laki-laki yang digendong oleh Eric.
"Hai Eric, kita sudah lama tidak bertemu. Bagaimana kabarmu?"
Eric masih belum percaya wanita di depannya adalah Edis, wanita yang selama ini ia cari dengan segala usahanya hingga dia hampir putus asa. Dan setelah bertahun-tahun berlalu, sekarang wanita itu datang kembali di hadapannya tanpa ada yang berubah sedikitpun darinya. Hanya saja, dia tampak terlihat lebih matang dan dewasa.
"Joni, bawa Caesar masuk dulu ke mobil, aku akan menyusul"
Eric menyerahkan Caesar pada Joni, sopirnya. Joni pun menggendong Caesar menuju mobil yang terparkir di halaman depan.
Saat digendong Joni, Caesar yang setengah bangun, sedikit membuka matanya dan melihat ayahnya sedang bersama dengan seorang wanita. Namun Caesar kembali memejamkan matanya karena dia sudah sangat mengantuk.
Edis memulai pembicaraan mereka setelah bertahun-tahun tidak bertemu dengan Eric.
"Eric, aku tahu kamu akan bahagia tanpa aku. Memang tidak seharusnya aku berharap untuk kembali. Padahal aku masih meyakinkan diriku bahwa kamu akan menunggu dan mencariku. Tapi ternyata itu semua hanya harapanku."
"Bukankah kamu yang meninggalkan aku Edis? Hari itu aku terus menghubungimu tapi kamu seolah melarikan diri dan akhirnya pergi menghilang."
"Aku punya alasan sendiri Eric... aku tidak punya pilihan..."
"Aku adalah orang yang selalu mencarimu Edis, selama bertahun-tahun aku mencarimu seperti orang bodoh, tapi kamu seolah sengaja menghilang dan menertawakanku di tempat lain melihat aku putus asa."
Eric melangkah pergi, namun Edis tiba-tiba memeluknya dari belakang.
"Jangan pergi lagi Eric... Aku juga tidak akan pernah pergi lagi darimu."
Eric diam mematung dan tidak bisa berkata apapun lagi. Hatinya sangat penuh dengan kebimbangan. Ia yang saat ini perlahan sudah melupakan memori bersama Edis dan berusaha mengukir nama Nana di hatinya, kini justru memori itu kembali menyeruak datang bersama pemiliknya.
"Eric... Apa kamu tidak membenciku?"
"Aku membencimu dengan separuh hatiku, Edis..."
"Dan separuhnya lagi, kamu masih mencintaiku kan? Aku yakin kamu tidak akan bisa membenciku. Kamu akan selalu mencintaiku."
"Aku tidak akan bisa kembali seperti Eric yang dulu, Edis."
"Ya.... aku tahu karena kamu sudah memiliki istri dan anak yang dipilih oleh ibumu. Aku hanya wanita yang tak diharapkan disini."
Eric melepaskan pelukan Edis lalu menatap wajah Edis.
"Bukan aku yang tidak mengharapkan kamu, tapi kamu yang meninggalkan aku."
"Jadi itu yang kamu pikirkan tentangku Eric? Seharusnya kamu tahu apa yang sudah dilakukan ibumu padaku."
Eric terbelalak mendengar ucapan Edis. Apa hubungannya Edis dengan ibunya?
"Aku harus pergi Eric, kalau kamu mau tahu kenapa aku meninggalkanmu, datanglah ke tempat yang dulu biasa kita datangi."
Edis meninggalkan Eric yang masih berdiri di koridor.
----------------------------------------
Malam itu Eric datang ke hotel tempat biasa dia dan Edis dulu sering menginap.
Namun Eric memilih menunggu Edis di restoran, tidak berapa lama Edis datang dengan membawa tas.
Tas tersebut berisi folder dokumen, lalu Edis menyerahkan pada Eric.
"Aku tidak berharap kamu percaya padaku Eric, tapi dokumen ini adalah bukti bahwa aku punya alasan kenapa aku pergi saat itu."
Eric membuka folder tersebut dan mengambil semua kertas di dalamnya.
Lembaran kertas pertama yang dilihat Eric adalah catatan riwayat perawatan Daniel yang semua tunjangan pengobatannya dicabut. Padahal sebelumnya Eric sudah mendaftarkan nama Daniel ke dalam jaminan asuransi di perusahaannya.
Lembaran kertas kedua adalah penolakan Daniel sebagai pasien untuk mendapat rujukan ke Rumah Sakit lain sebelum dia melunasi semua biaya yang ditangguhkan di Rumah Sakit sebelumnya.
Lembaran kertas berikutnya berisi cek yang berjumlah 10 juta dollar Singapura. Yang ditandangani oleh Julia Lim, ibunya Eric.
"Apa maksudnya ini Edis?"
"Ibumu mencabut semua tunjangan asuransiku yang ditanggung oleh perusahaan, dia juga melakukan sabotase di semua Rumah Sakit agar tidak menerima Daniel. Padahal saat itu Daniel butuh operasi 2 kali lagi. Aku tidak punya pilihan selain mengikuti perintah ibumu bahwa dia akan membiayai seluruh pengobatan Daniel asalkan aku mau meninggalkan kamu."
Eric sungguh hancur mendengar semua yang dikatakan Edis.
"Kamu serius dengan yang kamu katakan, Edis?"
"Dan satu lagi, Eric...."
Edis mengeluarkan selembar kertas dari tasnya, lembar kertas itu adalah hasil pemeriksaan kesehatan Edis yang menyatakan bahwa dirinya hamil.
Eric gemetar memegang kertas itu, ternyata dugaan dia benar bahwa Edis memang kemungkinan mengandung anaknya saat Edis meninggalkannya.
"Sekarang dimana anak ini.....?"
Edis menggeleng,
"Dia sudah tidak ada Eric, setelah aku meninggalkan Singapore dan tinggal di Melbourne atas saran ibumu, dia diam-diam mengirim orang untuk mengawasiku di Melbourne selama beberapa minggu. Dan orang itu selalu membuntutiku sehingga ia tahu aku hamil saat aku memeriksakan kehamilanku. Besoknya ibumu datang padaku dan menyuruhku untuk menggugurkan kandunganku...."
Edis menceritakan dengan suara yang terbata-bata, ia sempat melihat wajah Eric yang penuh dengan kepedihan dan penyesalan.
Eric berdiri dan menarik tangan Edis.
"Kita mau kemana Eric?"
"Aku akan membuat ibuku bersujud di kakimu!"
"Jangan Eric.... Ibumu pasti tidak akan melepaskanku, dia tidak tahu kalau aku kembali ke Singapur. Kalau dia sampai tahu, bukan hanya aku, tapi ibuku dan Daniel juga akan terancam...."
Edis sudah tidak bisa lagi membendung air matanya. Dia menutupi seluruh wajahnya yang sudah penuh dengan linangan air mata.
Eric tidak sanggup membiarkan wanita yang pernah ia cintai itu menangis, apalagi dengan kisah menyedihkan yang ia lalui selama ini.
Eric memeluk Edis dan berjanji bahwa dia akan membuat ibunya meminta maaf kepada Edis.
"Eric, bisakah kita kembali seperti dulu?"
Eric terdiam tanpa bisa menjawab pertanyaan yang baru saja ia dengar dari Edis.
"Eric, kalau aku ingin kembali padamu, apakah kamu akan menerimaku?"
"Edis, aku tidak mau menyakiti Nana...."
"Jadi kamu sudah mencintainya?"
"Aku hanya berusaha untuk tidak menyakitinya...."
Edis berlari mendorong Eric, dia keluar dari restoran. Eric mengeluarkan beberapa lembar uang di meja yang jumlahnya mungkin lebih dari bill, lalu mengejar Edis.
Edis berlari di tengah hujan deras dengan berderai air mata. Dia tidak menyangka akan mendapat penolakan dari Eric yang selama ini ia yakini mau menerimanya kembali.
"Edis...!"
"Tinggalkan aku sendiri Eric, aku sudah tidak ada gunanya lagi disini. Kamu adalah satu-satunya harapan yang aku pikir masih bisa menerimaku lagi."
"Edis, aku tidak kembali padamu karena itu akan menyakiti dirimu sendiri!"
"Aku tidak peduli walaupun menjadi simpananmu, asalkan aku bisa terus hidup mencintai kamu!"
"Edis.... aku...."
Tanpa banyak kata Edis langsung menyerang Eric dengan ciumannya. Edis merapatkan tubuhnya dalam balutan air hujan yang membasahi tubuh mereka.
Edis memang orang yang paling ahli dalam melayani Eric. Dia mencoba segala cara dengan belaian tubuhnya untuk membuat Eric terangsang.
Tentu saja Eric yang sudah lama tidak merasakan sentuhan Edis, membiarkan tubuhnya mengikuti irama dari bahasa tubuh Edis.
Mereka berdua masuk ke mobil Eric, Edis langsung menciumi tubuh Eric dengan penuh gairah yang seolah menyiratkan bahwa ia memang sudah sangat lama merindukan tubuh lelaki yang saat ini ada di hadapannya.
Eric tidak berdaya karena ia tahu tidak ada wanita yang lebih agresif yang pernah berhubungan dengannya selain Edis. Edis selalu menjadi main lead disaat adegan percintaan mereka.
Namun tiba-tiba pikiran Eric terbayang wajah Nana saat dia berhubungan dengan Nana.
Pikiran Eric dengan jelas menggambarkan wajah Nana dan bahkan ia seolah melihat wanita yang ada di hadapannya adalah Nana, bukan Edis.
Eric tiba-tiba menyingkirkan tubuh Edis saat Edis hendak menaiki tubuh Eric.
Edis sangat terkejut dan kecewa dengan perubahan sikap Eric yang mendadak menolaknya,
"Kenapa Eric?"
"Aku tidak bisa, Edis...."
"Bukankah kamu yang dulu bilang bahwa hanya aku yang akan melahirkan anakmu? Dan sekarang kamu mengijinkan wanita lain melahirkan anakmu, lalu kamu tidak mau melakukannya padaku?"
"Maaf Edis, maafkan aku...."
"Baiklah, tidak apa-apa... mungkin ini terlalu cepat untukmu, dan aku yang terlalu terburu-buru menginginkan kamu. Sekarang kita harus berganti baju dan membasuh diri."
Eric dan Edis kembali ke hotel yang tadi dan melakukan check in setelah mereka mendapatkan baju ganti yang baru.
Mereka tidak melakukan apa-apa, hanya mandi membersihkan diri.
Setelah Edis selesai mandi, kemudian giliran Eric.
Dan saat Eric sedang mandi, ada telepon masuk ke ponsel Eric. Ponsel Eric tergeletak di meja dekat cermin, yang saat itu Edis berada di depan cermin tersebut sedang mengeringkan rambutnya dengan hair dryer.
Edis awalnya tidak menghiraukan panggilan telepon itu, dia memanggil Eric namun Eric tidak mendengarnya.
Dan disaat kesekian kalinya telepon itu berdering, Edis melihat ke layar ponsel Eric,
"My Wife, calling...."
Edis memanggil Eric lagi,
"Eric, istrimu telepon!"
Edis memastikan apakah Eric mendengarnya atau tidak. Tapi rupanya Eric tidak mendengar karena suara shower yang terlalu berisik dari dalam kamar mandi.
KemudianEdis mengangkat telepon dari Nana,
"Haloooo?"
Nana kaget mendengar suara wanita yang mengangkat ponsel Eric.
Dia sangat mengenal suara sekretarisnya Eric tidak seperti itu. Dan tidak mungkin sekretarisnya berani mengangkat telepon dari ponselnya Eric, apalagi ini sudah jam 11 malam.
"Siapa ini? Eric dimana?"
Suara Nana terdengar parau.
"Eric.... sedang mandi. Dan.... ini Edis."
Nana mendengar suara itu untuk pertama kalinya, kepala dan tubuhnya seolah terbelah.
Suara itu adalah suara dari wanita yang selama ini tanpa ia sadari membuatnya dihantui ketakutan dan kecemasan.
Suara itu adalah suara wanita yang membuat Eric sulit membuka hati untuknya.
Dan suara itu adalah suara wanita yang nanti akan membuat Eric meninggalkan Nana dan anaknya.
Tuttt....Tuttt...Tuttt...
Nana menutup teleponnya tanpa berkata apapun.
-------------------------------------
Edis sebenarnya jahat atau baik sih?
Apakah benar jika Edis hanya ingin Eric kembali padanya?
Silahkan tinggalkan pendapat kalian di kolom komen di bawah ini ya....
Tetap setia membaca Novel ini,
Jangan lupa dukung author dengan klik: "Like"👍 "Love"❤️ dan berikan rating "Bintang 5"⭐⭐⭐⭐⭐ya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Ezha 88
pelakor tetap pelakor!!!apalgi edis yg terang2an mrengek dan myerang eric,diih,,dasar menjijikan!!!😠😠😠
2021-06-18
1
deandra zana maheswara
kasihan nana thor😭😭
2020-09-30
3
Fatma ismail
misteri.. sesak sakit ..
2020-08-04
2