Cintai Aku Sahabat Kecilku
Selamat Membaca.Ini Karya pertamaku semoga suka. 🙏😍
Tepat pukul 07.00 pagi bel berbunyi menandakan jam pelajaran dimulai.Pagi itu ruang kelas III Anggrek Sekolah Dasar yang menjadi kelas Karin didatangi seorang anak laki-laki yang melangkah malu-malu,berjalan memasuki ruangan kelas.Memberi salam kepada penghuninya yang hanya dijawab oleh sang guru.
Semua mata tertuju kepada wajah polos yang tertunduk malu memperlihatkan rona merah di sana.Sejenak ia bergerak maju melaporkan diri kepada guru les.Sesaat kemudian sang gurupun mempersilahkannya untuk memperkenalkan diri di depan kelas.
"Perkenalkan nama saya Diego Hedy Dzul Fahmi.Panggil saja Diego.Saya berasal dari Pantai Barat negeri ini.Sekarang saya tinggal di Kompleks Kapayan Rice."
Seketika suasana kelas menjadi riuh.Entah apa yang dibahas. Yang jelas ada suara ejekan disertai tawa cekikikan dari beberapa orang anak nakal di sudut kelas sana.Di antaranya ada Danish tetangga Karin.Membuat anak baru itu seketika gugup!
Diego dipersilahkan duduk semeja dengan Danish si anak nakal itu.Dengan senyum menyeringai Danish melirik sinis ke arah Diego.Tangannya mengepal sempurna.Diego cemberut.Melihat pemandangan demikian,Karin yang duduk di samping berlawanan dengan Danish memberi peringatan kecil kepada tetangganya itu.
"Jangan ganggu dia!"wajah Karin ditekuk.
"Baik tuan Puteri,"balas Danish iseng.
••
Dentang bell berbunyi menandakan jam pelajaran usai.Satu per satu siswa berbaris keluar kelas.Masing-masing pulang dengan cara sendiri.Ada yang berjalan menelusuri gang,ada yang dijemput supir pribadi,bahkan ada yang menaiki bus khusus anak sekolah.Suasana lengang.Terik matahari seakan membakar tubuh.
Diego berlari kencang menelusuri ujung gang sekolah dengan nafas tersengal- sengal.Terlihat dari belakang empat orang anak sebayanya ikut berlari.Rupanya anak-anak nakal itu berhasil merampas tas milik Diego dan dijadikan sasaran empuk bulan-bulanan.Ada sosok yang Diego kenal di sana yaitu Danish teman semejanya.Dengan tampang sumringah keempat orang itu memaksa Diego agar pulang tanpa membawa tas miliknya.
"Pulanglah sana! Tas dan buku - bukumu kami tawan."
Diego yang ketakutan hanya bisa pasrah beranjak menuju depan gerbang dengan tangan kosong.Untuk melaporkan perbuatan anak-anak nakal kepada penjaga gerbang sekolah,Diego merasa kurang berani mengingat dirinya orang baru.
Diego menghempaskan duduknya sembarangan tempat dengan kasar.Tatapan matanya liar mencari-cari jalan pulang namun sialnya ia tidak tahu arah jalan pulang yang seharusnya.Apalagi ini hari pertama ia berada di tempat yang sungguh menyebalkan ini. Danish dan kawan-kawan terlihat berjalan mendekati Diego. Melihat mereka Diego bangkit menghindar.Tiba-tiba ada sentakan keras suara dari dalam gerbang.Sangat keras namun imut kedengarannya.
"Woii! pembuli! Kembalikan tas itu!" ketus,suara yang ternyata adalah milik Karin.
Danish sekawan termasuk Diego sendiri terkesiap menatap Karin yang kian mendekat.Melangkah cepat dengan sinis mengepalkan tinju mungilnya siap dilayangkan ke wajah Danish.
"Cepatlah!Kembalikan tasnya atau aku pastikan kau menikmati bogem mentah saat ini juga,"ancam Karin dengan nada meninggi.Namum tetap saja imut dan lucu.
Danish tahu betul akan kharakter Karin yang tidak pernah main-main dengan ucapannya sontak melepaskan tas milik Diego begitu saja.Mengisyaratkan kepada teman-temanya agar segera beranjak dari sana.
"Kabuurrr!"
"Awas kalau masih saja mengganggu sahabatku,"tegas Karin bernada ketus.
Teriakannya membuat Danish sekawan lari terbirit-birit.Gadis mungil itu kemudian tertawa terpingkal-pingkal sambil memandang tinjunya sendiri.Raut wajah lucunya tergambar jelas akan sesuatu yang tidak disangka-sangka.Sejenak iapun berbalik memandang Diego yang masih dikungkung keraguan,terlihat sedang memungut tas miliknya.
"Terima kasih kawan.Kau baik sekali."ujar Diego mengulurkan tangan bersahabat membentuk jabatan tangan.Karin memandang Diego dengan tatapan sinis.Seringai tipis menyertai bibir cherry miliknya itu.Ia malah memilih bersedekap ria tanpa mempedulikan uluran tangan Diego yang sama-sama mungil. Keduanya sama-sama menggemaskan.
Karin membuang pandangan ke sisi lain,"Hai sahabat.Namaku Karin Dhiyana Haikal Jolly.Panggil aku Karin.Kau Diego kan.Anak baru di kelasku.Jadi kau menurutlah denganku."sewot gadis kecil itu jutek menggemaskan.
Diego tertunduk pucat.Kepalanya diangguk lemah.Entah sial apa yang tega membawanya kemari untuk melewati hari ini.Ingin rasanya ia mengumpat habis, meratap nasibnya yang selalu sial.
Mungkinkah penyebab kesialannya itu tidak lain lantaran efek daripada orangtuanya yang sering berpindah kota membuatnya juga harus berpindah sekolah sesuai dengan kehendak orangtuanya,ataukah memang pada dasarnya Diego yang tidak siap menerima takdirnya.Diego lelah.Ia benar-benar pasrah akan jalan hidup yang ia sendiri tidak menginginkannya.
Wajah gemas Karin berbalik melotot tajam.Diego tidak berani menatapnya.
"Aku rasa kau sebagai anak laki-laki sudah seharusnya tugasmu menjaga mama dan papamu."ujar Karin sedikit mereda.
Namun belum dengan senyum sinisnya. Diego paham akan sindiran itu namun mulut mungilnya tidak bisa membela.Hati kecilnya tidak bisa membantah akan ketidakberdayaannya sendiri.Ia benci akan dirinya yang lemah.
"Rumah kita searah.Ayo,ikutlah denganku. Apa kau masih mau menunggu supirmu di sini?"sela Karin mengajaknya pulang bersama.
Diego bungkam.Hatinya dilanda keraguan. Bagaimana mungkin ia berani mengikuti anak kecil seusianya yang ia sendiri belum mengenalnya dengan jelas.Bagaimana jika terjadi sesuatu ketika mereka di tengah jalan?Lalu siapa yang bakal menyelamatkan siapa di antara mereka? Namun dirinya tidak bisa mengelak.Ia tidak ingin berlama-lama di tempat ini.Tempat yang menurutnya terkutuk.
"Cepatlah!Jangan terlalu bergantung pada supirmu itu.Dan aku juga tidak mungkin melepaskanmu di tengah jalan."ketus Karin seolah memahami keraguan hati Diego.
Tangannya menarik lengan bocah lelaki itu sambil melangkah terlebih dahulu.Ia memposisikan dirinya sebagai kompas. Sontak ia pun mengubah posisi tangannya bergelayut ria di bahu Diego dan mengajaknya berjalan beriringan.
"Apa kau tahu,kita satu kompleks.Rumah kita berdekatan.Kau bisa bermain ke rumahku jika kau menginginkannya."ujar Karin panjang lebar membuat Diego merasa kali ini bukanlah sabotase.Dia pun mulai berani menatap sahabat barunya itu.
"Benarkah,baiklah aku akan bermain ke rumahmu setiap hari.Aku akan menyuruh mamaku membelikan boneka untukmu sebagai ucapan terima kasihku padamu.Kau telah menolongku wahai sahabat kecilku." balas Diego penuh semangat.
"Sayang sekali aku tidak menyukai bonekamu.Kau beli saja robot dan semua mobil-mobilan biar bisa menemaniku bermain."ucap Karin polos menyebalkan.
Diego cemberut,"Baiklah,kalau kau tidak menginginkannya,biarkan saja.Aku akan memberikanmu sesuatu yang lebih berharga."sahut Diego percaya diri sambil merogoh saku celananya. Mengambil sesuatu dari sana.
"Ambillah!"Diego menyodorkan sesuatu ke arahnya.Karin menatapnya ragu seakan ingin menolak namun dia mengurungkan niatnya.Hati-hati tangan mungil itu menerima pemberian Diego tanpa melihat bentuknya langsung ia masukkan ke dalam saku bajunya.
"Itu pemberian papaku.Kata papa suatu saat akan menjadi milikku dan aku sangat menghargainya."ujar Diego meyakinkan.
"Benarkah,lantas anak se kecil dirimu dan se pe na kut dirimu bisa apa?!"ledek Karin dengan senyuman ditahan.Mata cantik itu mengernyit usil sembari menjulurkan lidah.Sontak berlari meninggalkan Diego yang masih mencernakan ucapan Karin.
"Hey! Kau mengejekku! Aku pasti akan membalasmu,"sergah Diego tidak terima.
Bocah itu mempercepatkan langkah kakinya mengejar Karin yang telah lebih dulu berlari menghindar.
Kedua bocah itu tertawa bebas baku dorong,bermain kejar- kejaran,berlari kecil sembari memeluk angin menelusuri jalan pintas menuju pelataran rumah mereka.
Tingkah mereka yang lucu dan menggemaskan membuat Diego seketika melupakan peristiwa apes yang baru saja menimpa dirinya.Ia punya sahabat baru.Dia tidak perlu takut.Tidak perlu khawatir apalagi bersedih akan nasibnya menjadi anak konglomerat yang hobinya suka berpindah-pindah tempat.Ya mereka adalah manusia nomaden masa kini.
•••
"Mamaaaa....Karin pulang..."
Lenting suara imut Karin menggema di setiap sudut ruangan. Begitu manja menyapa gendang telinga.Menghentikan sementara aktivitas mama Nadine yang sedang sibuk membereskan beberapa buku bacaan milik papa Haikal yang tercecer di meja sudut.
"Eh! anak mama sudah pulang sekolah."
Bocah berusia delapan tahun itu berlari kedalam dekapan sang mama. Menenggelamkan kepalanya di balik dada mama Nadine kemudian mendongakkan kepala menghadiahkan ciuman berkali-kali ke pipi wanita yang melahirkannya itu.
"Lihatlah! Apa yang Karin bawa ma."Karin menyodorkan sebuah pernak-pernik kristal bening kepada mama Nadine.Meneliti dengan saksama souvenir unik berbentuk piramid berlambang TF.Electro Group.
Sang mama menarik senyum misterius. Menatap puteri kecilnya seakan menghujani berbagai macam pertanyaan di sana.
"Itu hadiah spesial dari sahabat baru Karin ma,"ujar Karin penuh semangat seakan memahami maksud tatapan mama Nadine.
"Benarkah,seperti apa sahabat kecilmu itu,sampai ia bisa memberikan anak kesayangan mama kenang-kenangan sebagus ini,"goda mama Nadine tersenyum menatap anaknya.
Karin yang lucu dan banyak akal seakan paham betul dengan usikkan mama Nadine.Tangan mungilnya cepat meraih kacamata sang papa yang terletak di tepi tumpukan buku yang tersusun rapi.Sontak mengenakannya kemudian ia pun bersedekap lalu menaikkan salah satu ujung jari telunjuknya ke atas.
Dengan ekspresi menggemaskan ia meniru gaya bicara salah seorang guru favorit di sekolahnya.
"Dia hebat,sangat hebat! sama seperti tokoh Aang di film Avatar,"balas Karin penuh sarkas tidak mau kalah.Mama Nadine terkekeh manggut-manggut ceria.Menatap gemas puteri kecilnya yang sangat lincah.Tidak heran akan perilaku puteri kecilnya itu.
"Tadi sahabat baruku itu memperkenalkan diri di depan kelas. Namanya Diego. Ternyata dia tetangga kita.Ya Karin ajak pulang jalan kaki saja lewat jalan pintas," jelas Karin tanpa dosa.Mama Nadine berdecak kecil.Menarik napas sejenak.
"Sayang,lain kali jika kau ingin mengajak seseorang pulang bersama, maka lihat dulu keadaannya.Kasihan kalau sampai dia dicari orangtuanya.Apa kau tega melihat orangtuanya khawatir nak?"
"Tidak mama.Diego bilang papa mamanya super sibuk dan supir pribadinya juga datang terlambat.Itulah alasan Karin mengajaknya pulang bersama.Tapi ma, sepertinya dia itu...." kalimatnya terhenti.Gadis kecil itu terlihat berpikir sejenak.Mama Nadine percaya akan penjelasan puteri kecilnya itu.Dia tahu betul akan pribadi anak kecil sepolos Karin mana mungkin pandai berbohong.
"Dia kenapa sayang?tanya mama Nadine hati-hati.
Karin berhambur.Wajahnya menempel ke telinga mama Nadine sembari berbisik lirih,"pe na kut !"mengedipkan sebelah mata kemudian mengangguk dengan pasti, "Sedikit."lanjutnya dipertegas.Sambil mengatup ujung ibu jari dengan jari telunjuk dan kembali tersenyum.Gemas!
"Husyh! jangan berburuk sangka nak.Dosa!"tegur mama Nadine mengingatkan,"Cepat sana ganti baju,bibi Ira akan menemanimu makan siang.Setelah itu mama akan mengantarmu ke kelas privat."
Karin mengiakan permintaan mama Nadine sembari berlari mendekati bibi Ira yang muncul dari arah dapur menyambut gadis kecil itu.
••
Bersambung..........
*****
🤗🤗🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
ALIKA🥰🥰CHEN ZHE YUAN.LIN YI
🥰
2024-04-11
0
Indah Nihayati
aku mampir thor
2022-03-01
0
🌸 andariya❤️💚
mampir kak👍
2022-02-12
0