Eps 14

Selamat membaca 🙏😍

Sore yang indah...Karin dan Danang sepakat untuk mengisi waktu luang akhir pekan mereka dengan berburu kuliner sambil memandang senja di kaki langit Tanjung Aru Beach.Pantai yang letaknya tidak jauh dari kediaman papa Haikal.

Usai mencicipi beberapa menu pilihan yang enak kedua anak muda itu memilih berjalan menyusuri pesisir pantai yang landai sambil bermain riak ombak menerpa lembut telapak kaki mereka yang telanjang bertembung dengan dinginnya pasiran putih.

Sesekali jemari mereka menyentuh ramah bebatuan kerikil, memungutnya lalu melempar ke permukaan laut dengan kekuatan penuh membentuk tarian kerikil di atas air.Terkadang langkah mereka dipercepat bermain kejar-kejaran sambil tertawa riang.

Tidak terlalu sulit bagi mereka untuk menjangkau ketenangan di sepanjang bibir pantai.

Mereka akhirnya sepakat beristirahat sejenak setelah puas menyisir bibir pantai.

"Apa kau menyukai menu seafood di Crab House tadi Karin?"Danang berdecit menggelegar membaur dengan deru ombak memecah batu karang.

Karin menoleh ke arah pemuda yang bertanya kepadanya namun perhatiannya tertumpu ke objek lain di seberang sana.

Danang masih mematung.Matanya mengedar menangkap sosok seseorang yang tidak asing dari pandangannya.

"Ehm..,aku suka,"jawab Karin mengangguk.

Jemarinya meraih potongan buah jambu batu yang ditaburi serbuk asam boi dari dalam bungkusannya,"Tapi lebih suka masakan Oma,"lanjutnya beropini.

Lalu kemudian memasukan manisan itu ke dalam mulutnya dengan beberapa kali gigitan.

"Artinya kau juga akan menyukai resep mamaku,"ucap Danang ikut menjemput manisan itu dari tangan Karin,

"jika kau telah mencobanya,"lanjutnya sambil menikmati gigitan sensasi asam manis yang mengecap nikmat di lidahnya.

"Kau benar,Aku juga sangat merindukan Tante Andin,"timpalnya seraya berbalik ke arah Danang.

Pemuda itu sedari tadi asyik menatap seorang gadis tipikal Asia yang juga akan menikmati sunset bersama dengan pengunjung yang lainnya.

Gadis itu tampil cantik dengan pakaian ringkasnya.Celana pendek dengan rambut hitam panjang yang dibiarkan tergerai indah. Hidung bangir,mata bulat dan bibir seksi kian menambah kesan menggoda pada tatapan seorang pria.

Karin mengernyit bingung memandang Danang yang seakan terpesona menatap keindahan itu.

"Apa kau mengenal dia Danang?"Karin membuat pertanyaan mengagetkan.

Danang mengangguk pelan,"Namanya Vania,dia tunangan adikku Dimas,"jawabnya sembari menyapu lembut rambutnya yang rapi.

Netra Karin ikut menyoroti gadis yang di maksud oleh Danang.

"Dia baru dari Indonesia,"lanjut pemuda itu memperjelas.

Karin manggut-manggut mengerti.

Danang menarik napas pelan lalu menghembuskannya seirama. Bola matanya masih menoleh ke arah gadis itu.

Vania terlihat datang bersama seorang pemuda yang tidak kalah tampan dengan Danang.Namun postur Danang masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan dirinya.Pemuda itulah yang bernama Dimas.Anak Tuan Amran adik dari ayah Danang bersama Nyonya Mira isterinya.

"Sebaiknya kau ajak mereka bergabung,"Karin memberi usul,

"biar ramai Danang,"lanjutnya sembari mencuit lengan pemuda itu.

"Biarkan saja,"sanggah Danang sembari tangannya membuka segel tutupan botol air mineral,"mereka itu dua insan _," menyodorkan botol tersebut kepada Karin,"yang sedang jatuh cinta,"lanjutnya sambil tersenyum misterius.

Karin tertawa lepas.

Ia menyambut botol tersebut dari tangan pemuda itu,"Apa kau pernah jatuh cinta seperti mereka?"sambil meneguk isinya kemudian menatap lucu ke arah Danang.

"Setiap saat,"jawabnya singkat sembari mengedipkan matanya mengusik.

"Maka akan berapa banyak wanita yang siap kau curi hatinya?"usik gadis itu seraya mengerling menahan tawa.

Danang terkekeh.

Pemuda itu bangkit dan menghadapkan wajahnya ke laut yang membentang luas.Menghirup aroma laut yang menggelitik indera penciuman sembari merentang bebas kedua tangannya.

Wajahnya menengadah seraya merangkul datangnya semburat merah jingga di langit Negeri Bawah Bayu,"Seperti kehadiran senja yang selalu dinantikan,maka begitu juga kehadiran cinta yang senantiasa diharapkan.Kira-kira begitu Karin,"ucapnya tenang.

Karin tersenyum riang,tanpa sengaja mata Karin bertembung dengan seseorang yang sangat ia kenal.Seketika kelopak mata mereka saling beradu dari kejauhan.

"Ini sangat indah tuan puteri,ayo mendekatlah!"perintah Danang,"Aku akan mengambil gambarmu di sini,"sembari menarik lengan Karin agar segera mendekati bidikan kameranya.

Sementara Karin mendapati wajah Diego lamat-lamat semakin mendekat menatapnya datar lalu bersama-sama memandang senja yang kian meredup.Seketika membuat konsentrasinya membuyar.

"Lihat! Hasil jepretanku sangat bagus tuan puteri,"pekik Danang penuh semangat merangkul bahunya.

"Kau seperti sedang menggenggam bola api itu,"ungkapnya seraya memamerkan hasil bidikan tangan lihainya kepada Karin.

"Apalagi kau yang terlihat sangat menyatu dengan latar merah jingganya,"lanjutnya tersenyum mengangkat jempol.

Namun Karin terlanjur kehilangan fokus.

Danang baru menyadari manakala ia mendapati sekelebat tubuh calon direktur muda yang baru saja menjauh dengan tatapan acuh.Sementara mata sendu Karin tidak lepas memandangi punggung pemuda yang mulai beranjak meninggalkan tempat itu dengan kelopak redup yang berka-kaca.

'Ada apa ini?' batinnya rubu raba.

•••

Cafe ~ Gaya Street

Usai mengantar Karin ke rumah papa Haikal,Danang memilih untuk tidak langsung pulang.Entah apa yang membuat dirinya enggan pulang ke rumah.Ia memilih menghabiskan malam itu di cafe dekat Adhytama Hotel seraya memesan kopi hitam kesukaannya.

"Selamat datang tuan,apa perlu kusiapkan dua cangkir seperti biasa?"ucap kepala pelayan cafe yang sudah mengenal baik akan dirinya.

Biasanya Danang memang tidak pernah sendirian datang ke tempat tersebut. Dia selalu datang bersama kakak laki-laki Karin Adhytama Haikal.Cafe inilah yang menjadi tempat favorit mereka.

Tama dan Danang yang sama-sama penggila bola sangat cocok dalam hal berburu kopi sambil bercerita tentang bintang tim dunia favorit mereka.Apalagi pada saat pertandingan Liga ataupun Coppa sedang berlangsung.Bahkan terkadang mereka sampai lupa kalau sebenarnya mereka tengah sibuk.

"Tidak,terima kasih."jawabnya tersenyum.

"Baiklah tuan,tunggulah sedikit,akan segera kusiapkan,"ucapnya sembari berlalu.

Sesaat kemudian pelayan tersebut kembali dan menyuguhi segelas kopi di atas meja, "Selamat menikmati pelayanan kami,"lanjutnya kemudian berlalu dari sana.

"Terima kasih,"jawabnya singkat.

Sambil menatap layar ponsel miliknya,ia rela berlama-lama menikmati segelas kopi dalam kesendiriannya.

Banyak hal yang ingin ia renungkan saat itu sembari mengamati foto gadis cantik yang belakangan ini telah mengusik hatinya. Lamat ia menatap intens foto itu dalam durasi 'tiga puluh detik'.

Ya gadis itu tidak lain adalah Karin.Gadis yang pertama kali ia temui lima tahun lalu pada sebuah pertemuan keluarga besar Setiawan sebagai gadis SMA berwajah jutek dengan kelopak mata yang rawan sendu.

Flashback on.

"Hai,boleh kenalan?Namaku Danang.Kamu siapa?"ucapnya ramah namun disambut galak oleh gadis itu.

"Jangan sok ramah kamu!"serangnya ketus sembari berlalu dari sana.

Akan tetapi bukan Danang namanya jika tidak berhasil melunakkan hati gadis incarannya.

"Baiklah jika kau menolak,aku tinggal melaporkanmu kepada oma Hasnah biar kau dihukum,"celetuknya menggemaskan.

"Ja_jangan.Baiklah!Namaku Karin,"sanggahnya kesal.

Karin si gadis yang kerap menyembunyikan kesedihan di balik senyumnya yang manis.

Karin gadis labil yang pernah menutup dirinya dari hiruk-pikuk dunia remaja.Karin yang selalu tampil ringkas dan bersahaja di dalam setiap acara keluarga,temu sahabat,kampus maupun di tempat kerja.

Flashback off.

Namun semuanya berubah setelah kehadiran dirinya.Tidak butuh waktu lama untuk ia mengubah cara pandang Karin karena memang sebenarnya gadis itu adalah tipe periang,supel dan lincah.

Selain itu karena dirinya sendiri yang sangat pandai dalam urusan mengambil hati,membuatnya begitu cepat menyesuaikan diri. Belakangan ia baru ketahui bahwa gadis itu menjadi tertutup lantaran pernah ditinggal sahabat kecil yang begitu ia sayang.

Hanya satu alasan mengapa ia begitu dekat dengan gadis itu. Karena dia sangat berbeda dengan kebanyakan gadis seusianya yang selalu berlomba-lomba mendapatkan hati seorang pemuda tampan seperti dirinya.

Karin yang lihai tidak pernah menunjukkan rasa kagum ataupun terpesona terhadap dirinya meksipun ia mau menobatkan pemuda itu sebagai sang motivator yang membuat hari-harinya menjadi berseri.

Tepat sekali karena kehadiran dirinya telah mengembalikan senyum di wajah gadis yang periang dan lincah itu.

Lalu yang menjadi permasalahannya sekarang adalah,beberapa minggu belakangan ini kelopak mata bening gadis itu terlihat kembali sendu.Seakan sedang menahan kesedihan mendalam yang sengaja ia tutupi.

Senyum dan tawa lepas yang selalu menghiasi wajahnya itu kini seolah-olah dilakukan secara terpaksa.Ada beberapa momen kebersamaan yang diisi dengan kebungkaman.Padahal Karin tidak seperti itu.

Karin yang selalu berbagi,Karin yang selalu terbuka kini lebih memilih menyimpan sendiri bebannya.Apa karena ia menyatakan perasaannya pada waktu itu,ataukah ada hal lain yang tiba-tiba mengganjal di hati gadis itu.

Tiba-tiba sekelebat bayangan direktur muda yang menatap acuh terhadap dirinya dan Karin saat memandang senja di pantai tadi bergelayut lincah didalam pikirannya.

Tatapan acuh yang sukses membuat kelopak mata gadis pujaan hatinya menjadi berkaca-kaca.Sosok pemuda itulah yang berhasil membuat gadis impiannya kehilangan fokus.

'Siapa sebenarnya direktur muda itu?Apa hubungan dia dengan Karin?' batinnya bingung.

Satu persatu pertanyaan bertubi-tubi menghantam pikirannya yang tak satupun berhasil ia jawab.

Ya, memang sudah sepatutnya diakui oleh Danang, bahwa ia memang telah mengagumi Karin sejak pertama kali bertemu dengannya.Dan dengan sendirinya kebersamaan mereka telah menciptakan kedekatan yang membuat perasaan itu perlahan tumbuh dan bersemayam di lubuk hatinya yang paling dalam.

Namun ia takut mengakui karena khawatir bahwa Karin akan menolaknya dan tali persahabatan di antara mereka yang sudah terjalin selama ini akan putus begitu saja hanya karena masalah perasaannya.

Danang telah menaruh hati kepada Karin.Perasaan cinta itu telah membuatnya lupa bahwa sebenarnya begitu banyak wanita yang mengharapkan sesuatu yang begitu istimewa dari dirinya yaitu 'hatinya'.

Namun Danang bukanlah tipe pria yang blak-blakkan dan suka memaksakan keinginannya sendiri.Ia adalah tipe pria yang menerima sesuatu dengan lapang dada dan lebih banyak memberikan kesempatan berpikir kepada lawannya secara profesional sesuai dengan kharakter aslinya yang juga sangat profesional.

Dia adalah motivator terbesar yang rela terjungkal demi kebahagiaan orang-orang yang ia cintai.Dan sosok Karin pula sebagai motivator terbesar yang telah membuat dirinya menjadi seorang pria dewasa yang berani jatuh cinta secara elegan.

'Karin..'

'Ibarat semburat merah jingga yang mengubah cakrawala di lima menit terakhir menjelang malam.Ritme alam yang begitu mengagumkan diikuti oleh hembusan udara yang berangsur menjadi sejuk.Yang kehadirannya selalu dinantikan.Begitu juga kau kunantikan.' batinnya lirih.

Kediaman Tuan Haikal

Karin melangkah gontai memasuki kamarnya.Menggantikan pakaian lalu segera menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri.Hampir satu jam lamanya ia merendamkan tubuhnya dengan air hangat di bathup sekedar untuk menenangkan diri.Kepalanya terasa berat.

Mungkinkah lantaran terlalu semangat berjalan kaki menyusuri bibir pantai bersama Danang.Ataukah memikirkan Diego yang tiba-tiba muncul di tengah kerumunan para pengunjung, dengan tatapan datar yang membuat hatinya sedikit kacau.Tidak terasa iapun terlelap di dalam bathub.

Tok tok tok

Karin sayang!

Gema suara mama Nadine memecah keheningan.Memaksa Karin mengerjap.Manik matanya mengedar ke sekeliling menyesuaikan pandangan.Mendapati dirinya masih berendam dengan air hangat di dalam bathub.

'Aku ketiduran ' batinnya.

Karin buru-buru menyelesaikan mandinya lalu segera keluar menemui sang mama.Namun tidak mendapati mama Nadine di kamarnya.

Dengan sigap ia mengenakan piyama dan tidak lupa mengoleskan cream malam di wajahnya,dan rambutnya dibiarkan tergerai begitu saja,ia berencana akan segera pergi ke ruang keluarga.

Seperti biasanya Karin berlari kecil menyusuri ruang penghubung menuju tangga utama sambil bernyanyi kecil.Tepat di depan kamar mama Nadine,Karin segera mengetuk pintu.

Tok tok tok

Ceklek

Terlihat mama Nadine menampakkan wajahnya dari balik pintu yang setengah terbuka,

"Sayang,tunggulah di bawah bersama yang lain,"ucap mama Nadine sembari tersenyum ramah kepada puteri tercintanya,"Papamu masih mandi,"lanjutnya mengarahkan.

Karin mengangguk mengerti akan ucapan mama tercintanya,

"setelah itu kita makan malam bersama." Mama Nadine mengelus bahu puteri kesayangannya.

Karin melanjutkan langkahnya menuruni anak tangga sambil bernyanyi riang menuju ruang keluarga.Dari kejauhan didapatinya sosok seorang pemuda yang sedang duduk sendirian di sofa sambil fokus memainkan ponsel ditangannya.

Bukan Karin ya namanya jika tidak usil kepada setiap anggota keluarganya.Baginya siapa saja yang sudah masuk ke ruang keluarga otomatis telah menjadi keluarganya.Perlahan ia mengendap-endap sembari berjinjit ria tepat di belakang pemuda itu.

Tek!

Satu jentikan jemarinya sukses mendarat tepat di sisi kuping pemuda itu.

Dengan sigap ia mengambil posisi mendaratkan pinggulnya di lengan sofa yang diduduki oleh pemuda itu,"Sepertinya kau begitu merindukanku,"ucapnya sembari menopang lengannya ke bahu pemuda tersebut.

"Sampai-sampai kau tidak ingin melewatkan makan malam bersamaku,"celetuknya masih fokus berbicara tanpa memandang wajah pemuda yang ia usik.

"Apa menu seafood di 'Crab House'tadi belum cukup untuk kebersamaan hari ini?"lanjutnya sembari mencuit lengan si pemuda jangkung itu,"Wahai tuan muda Danang!"ketusnya sembari tertawa usil memandang wajah yang diusik.

"Ehm..,menjauhlah dariku!"ketusnya.

Satu deheman membuatnya terkesima.Urat gendang telinganya yang masih normal menangkap jelas bahwa itu bukan pita suara orang yang ia maksud.

"Ohhh!"serunya kaget bukan kepalang.

Ia baru menyadari kalau pemuda yang diusiknya bukanlah Danang sahabatnya.Melainkan orang lain.

'Mampus kau Karin!Senjata makan tuan.' gumamya pelan namun masih terdengar oleh orang yang ia usik.

Susah payah gadis itu menelan salivanya yang terasa berat.

Karin mematung tidak percaya akan berhadapan dengan siapa saat ini.

'Diego!' batinnya bergidik ngilu.

Bulu kuduknya serasa meremang.Wajah ovalnya lagi-lagi menyembul rona merah mengumbar malu yang tidak berhasil ia sembunyikan.

"Jangan menyentuhku sembarangan,"ucapnya ketus sembari menepis pelan tangan gadis yang tidak sengaja sudah menyentuh bahunya yang atletis sesaat setelah jemari lentik itu berhasil digenggamnya erat penuh makna.

Karin mendadak bangkit dan menjauh selangkah ke belakang menghindari orang tersebut dengan wajah comot merah padam seperti menu utama di Crab house tadi.

"Kau?!"serunya dengan suara yang tercekat di tenggorokan.

"Hhhh...,"seringai tipis menyembul di bibir pemuda yang berada di hadapannya,"Lalu siapa lagi?"seraya menarik tubuhnya menjauh dari Karin.

"Aku bukan kekasihmu yang predator itu!" Serunya sembari mengerling sinis.Membuat gadis itu tidak tahan untuk tidak membela diri.

"Hey!Jangan menghina orang sembarangan,"serunya tidak terima

"Apa kau_"ucapannya tertahan karena Diego tiba-tiba bangkit.

Mata elangnya liar meneliti sekujur tubuh gadis itu dari ujung kaki hingga ke ujung rambutnya lalu berhenti tepat di kelopak mata bening pemiliknya yang masih berdiri mematung menahan jengkel dan rasa malu yang bercampur aduk.

Sesaat tatapan mereka saling mengunci.Lalu Diego mengukirkan satu senyum sinis menyeringai di bibir keringnya tanpa sebarang ucapan sembari berlalu menuju ke meja makan yang terletak di dapur.

Perlahan Karin menyusul ke meja makan dengan wajah yang tertunduk dalam.Tidak berani mendongakkan kepalanya tinggi-tinggi apalagi menantang tatapan elang pemuda yang baru muncul di hadapannya setelah pergi menghilang selama satu dasawarsa.

Tenggorokannya serasa kering manakala mendapati Diego sudah sangat akrab dengan para pembantu mama Nadine.Itu terbukti dari kehadirannya membuat tiga pembantu itu tertawa senang sambil bercengkrama ria bersama dengannya.Seolah tidak ada jarak di antara mereka meskipun Diego telah pergi selama sepuluh tahun dan baru kembali lagi.

'Ehm,'satu deheman yang gagal ia lakukan lantaran kehilangan suara.

Napasnya memburu kembang kempis tidak karuan.

"Bibi masak apa untuk malam ini?"tanya Diego sambil tersenyum senang memandang kesibukan bibi Ira,bibi Mina dan bibi Irna dalam menghidangkan menu makan malam di atas meja.

"Kebanyakan menu seafood tuan muda," jawab bibi Ira sang kepala pembantu.

"Ini semua menu favorit keluarga tuan muda,"timpal bibi Mina pembantu yang paling kocak di antara mereka bertiga.

"Iya tuan muda, keluarga ini pecinta kuliner Indonesia,"tambah bibi Irna penuh semangat.

"Oh ya? Kalau begitu aku juga bakal jadi pecinta kuliner Indonesia bi." Ucap Diego bersahaja.

"Itu bagus tuan muda,semua menu istimewa ini ada di kampung bibi,"jawab bi Mina tersenyum,"Kapan-kapan tuan muda ikut bibi ke sana ya,"lanjutnya mengangkat jempol membuat Diego mengangguk sambil tertawa kecil.

"Boleh bibi,kita semua akan jalan-jalan ke sana,"ucapnya sembari merangkul bahu pembantu itu.

Karin hanya bisa menyaksikan panorama yang menurutnya asing dan tidak seperti biasanya.Hanya ada kerutan kening yang mengundang tanya.

Diego manggut-manggut mendengar ucapan demi ucapan yang keluar dari mulut ketiga pembantu yang seakan tidak menyadari kehadiran Karin di sana sejak tadi.

"Apa ada menu kepiting rebus bi?"tanya Diego yang tiba-tiba melirik sinis penuh ledekan ke arah Karin yang hanya mampu menelan saliva sembari memandangnya dari ujung meja.

'Dia meledekku,' batinnya kesal dengan hidung yang kembang kempis.

Diego yang berhasil membaca mimiknya malah semakin menyeringai penuh kemenangan.

"Ada tuan muda,"jawab bi Mina tanpa menyadari apa yang sedang terjadi.

Karin berdiri mematung mengamati kedekatan para pembantu sang mama dengan pemuda itu.

'Mengapa aku yang jadi terasing di rumahku sendiri?' batinnya tidak percaya.

Langkah kaki mama Nadine dan papa Haikal terdengar berirama membentur lantai marmer membuat semua mata beralih menuju kepada mereka.

"Selamat malam semuanya,mari silahkan duduk nak!"ucap papa Haikal sambil tersenyum,"Kita mulai makan malam nak,"ucapnya sembari mempersilahkan Diego untuk duduk di sampingnya.

Diego mengangguk sopan,"Baik paman."jawabnya singkat.

Karin ikut makan malam bersama dalam keheningan yang panjang.Malam itu ia baru mengetahui bahwa Diego sudah beberapa kali ikut makan malam bersama papa dan mamanya di rumah.

Ya,pemandangan serupa sudah terjadi beberapa kali namun Karin baru mengetahuinya di sela pembicaraan antara kedua orangtua dan juga para pembantu dengan pemuda itu.

Karin lebih banyak diam sembari menyimak dan mencermati arah pembicaraan mereka.Banyak hal yang mereka bahas termasuk keberadaan Diego selama kuliah di London.

Namun Karin lebih memilih menonton Film Box Office Indonesia favoritnya ketimbang mendengar cerita Diego dari London.Dalam hatinya mengumpat panjang pendek mengapa harus ada malam yang menyebalkan seperti malam ini.Ingin rasanya ia kabur ke kamar dan tenggelam dalam lelap yang panjang.Namun terpaksa ia urungkan karena khawatir ditegur oleh mama papanya.

•••••

Bersambung................

*****

Terima kasih sudah mampir ke karyaku ini..makasih buat jempolnya juga...🤗🤗🤗

Terpopuler

Comments

zien

zien

aku hadir disini ❤❤❤

2021-03-26

2

@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ

@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ

yuhuuuuu

asisten dadakan hadir lagi kk

mampir juga yuk😉

semangat 💪

2021-03-19

2

zien

zien

aku hadir disini 😊

jangan lupa mampir juga di novelku JODOHKU YANG LUAR BIASA 😊

semoga sukses selalu buat kamu ❤️

2021-03-03

2

lihat semua
Episodes
1 Zaman BOCAH yang Lucu dan Menggemaskan
2 Eps 2
3 Eps 3
4 Eps 4
5 Eps 5
6 Eps 6
7 Eps 7
8 Eps 8
9 Eps 9
10 Eps 10
11 Eps 11
12 Eps 12
13 Eps 13
14 Eps 14
15 Eps 15
16 Eps 16
17 Eps 17
18 Eps 18
19 Eps 19
20 Eps 20
21 Eps 21
22 Eps 22
23 Eps 23
24 Eps 24
25 Eps 25
26 Eps 26
27 Eps 27
28 Eps 28
29 Eps 29
30 Eps 30
31 Eps 31
32 Rindu Keluarga dan Sahabat
33 Awal Yang Bagus
34 Berjalan Semestinya
35 Ruang Utama
36 Kebenaran
37 Kesempatan Kedua
38 Kebaikan
39 Kembali Pulang
40 Menjadi Bagian Keluarga Tulus
41 Keramahan
42 Strategi
43 Keluarga Peduli
44 Rahasia Masa Lalu
45 Masa Lalu (Bertemu Sahabat)
46 Nazar Terlaksana
47 Melangkah Canggung
48 Kebahagiaan
49 Rasa yang Berbeda
50 Selamat Datang
51 Salah Paham
52 Puteri Carnelian Sanjaya
53 Bersahabat
54 Pertemuan
55 Mencari Solusi
56 Terjawab
57 Momen Penting
58 Hari H
59 Special Performance
60 Peka
61 Puding Enak
62 Kalah?
63 Pelindung yang Tegas
64 Kabar Duka dari Seberang
65 Sosok Tangguh
66 Selamat Jalan Oma
67 Suasana Baru
68 Kekhawatiran Terkuak
69 Faktor Bawaan
70 Terpana
71 Aku Ingin Semuanya
72 Jangan Gegabah
73 Selidik
74 Rencana di Luar Rencana
75 Tempat Asing
76 Tim Gerakan Satu Malam
77 Detik Penantian
78 Welcome Sang Penakluk
79 Adieka William Jesper
80 Cinta dan Pengorbanan
81 PENGUMUMAN
82 Pengumuman visual
83 Pengumuman Karya Baru
Episodes

Updated 83 Episodes

1
Zaman BOCAH yang Lucu dan Menggemaskan
2
Eps 2
3
Eps 3
4
Eps 4
5
Eps 5
6
Eps 6
7
Eps 7
8
Eps 8
9
Eps 9
10
Eps 10
11
Eps 11
12
Eps 12
13
Eps 13
14
Eps 14
15
Eps 15
16
Eps 16
17
Eps 17
18
Eps 18
19
Eps 19
20
Eps 20
21
Eps 21
22
Eps 22
23
Eps 23
24
Eps 24
25
Eps 25
26
Eps 26
27
Eps 27
28
Eps 28
29
Eps 29
30
Eps 30
31
Eps 31
32
Rindu Keluarga dan Sahabat
33
Awal Yang Bagus
34
Berjalan Semestinya
35
Ruang Utama
36
Kebenaran
37
Kesempatan Kedua
38
Kebaikan
39
Kembali Pulang
40
Menjadi Bagian Keluarga Tulus
41
Keramahan
42
Strategi
43
Keluarga Peduli
44
Rahasia Masa Lalu
45
Masa Lalu (Bertemu Sahabat)
46
Nazar Terlaksana
47
Melangkah Canggung
48
Kebahagiaan
49
Rasa yang Berbeda
50
Selamat Datang
51
Salah Paham
52
Puteri Carnelian Sanjaya
53
Bersahabat
54
Pertemuan
55
Mencari Solusi
56
Terjawab
57
Momen Penting
58
Hari H
59
Special Performance
60
Peka
61
Puding Enak
62
Kalah?
63
Pelindung yang Tegas
64
Kabar Duka dari Seberang
65
Sosok Tangguh
66
Selamat Jalan Oma
67
Suasana Baru
68
Kekhawatiran Terkuak
69
Faktor Bawaan
70
Terpana
71
Aku Ingin Semuanya
72
Jangan Gegabah
73
Selidik
74
Rencana di Luar Rencana
75
Tempat Asing
76
Tim Gerakan Satu Malam
77
Detik Penantian
78
Welcome Sang Penakluk
79
Adieka William Jesper
80
Cinta dan Pengorbanan
81
PENGUMUMAN
82
Pengumuman visual
83
Pengumuman Karya Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!