Selamat membaca. 🙏😍
Karin menoleh ke arah datangnya suara.
Rupanya Hany duduk berselonjor di atas kursi dekat jendela sambil membaca sebuah buku.Dudukan ternyaman bagi seorang Karin ketika ia sedang dirundung masalah itu kini diduduki oleh Hany.Tempat itu juga menjadi tempat favorit bagi Karin karena jangkauannya bisa melihat pemandangan indah sejauh mata memandang.
"Hany..maafkan aku sayang,"ucap Karin menyatakan rasa bersalahnya yang mendalam karena telah membuatnya terlalu lama menunggu.
Namun Hany tetap tenang,"Tidak apa-apa Karin,aku tidak punya aktivitas apapun,jadi kau tenanglah,"balas Hany sambil tersenyum.
"Benarkah itu?"
Hany senyum mengangguk.
"Berati hari ini kita bisa bersama sampai malam?"tanya Karin girang.
Hany tetap mengangguk seperti anak kecil tanpa suara.
Karin melompat bahagia memeluk erat Hany yang masih dalam posisi duduk, pelukannya semakin erat dan dipererat.
"Karin,sudah cukup napasku sesak,"ucap Hany memohon.
Karin terkekeh.
"Aku lapar Karin."Hany mengelus perutnya yang rata.
Mata cokelat itu memandang Karin dengan tatapan memelas.
"Kau mau makan apa,akan kumasak untukmu,"ucap Karin sambil meraih lengan Hany bersiap mengajaknya turun ke dapur.
"Apa saja terserah kau.Aku ikut saja,"balas Hany sambil mengikuti dari belakang.
Di dapur bibi Ira sudah membersihkan semua belanjaan yang dibawa oleh Karin bersama Danang tadi.Karin hanya tinggal menjalankan tugasnya memasak.
"Bi Ira bilang kau pandai memasak Rin,"Ucap Hany memastikan kembali di sela kesibukannya membantu Karin mengupas bawang.Percikan bawangnya membuat mata cokelat itu mulai berair dan basah berkali-kali.
Karin yang sedang sibuk dengan panci dan wajan menjawab tanpa menoleh ke arah Hany."Iya sayang,Oma Hasnah yang mengajariku masak."Jelasnya.
Hany manggut- manggut mengerti.
Diam -diam Hany mengamati aktivitas Karin yang lihai memasak.
'Pantas saja Diego sangat suka dengan sesuatu buatannya.' batin Hany mengingat kembali ucapan adiknya melalui video call beberapa hari yang lalu.Hal itu yang membuat Hany bersikukuh untuk mencari tahu sendiri.
Alhasil ia terpaksa menunggu Karin sampai tiga jam dan berusaha mengusir rasa jenuhnya dengan membaca buku-buku koleksi Karin.Namun akhirnya semua kejenuhan itu terbayar juga dengan masakan enak buatan Karin.
"Jadi semua resep yang kau gunakan ini adalah resep omamu?"tanya Hany penasaran.
"Iya Han,ini resep dasar yang omaku gunakan di restoran hotel milik papaku itu," jawab Karin sembari menata hidangan seafood hasil olahannya di atas meja makan.
Tidak butuh waktu lama Karin menyediakan empat jenis menu makanan yang sederhana namun sangat enak untuk dinikmati.Hany sudah tidak sabar lagi dan langsung meraih piring dan sendok lalu siap mencoba mencicip semua jenis hidangan itu satu persatu.
"Wah! pantas saja sayang,aku merasa pernah mencicipinya,"ucap Hany mengingat-ingat kembali,"Rupanya keluarga besarku pernah dinner di hotel Adhytama."Jelas Hany manggut-manggut pasti.
Karin tersenyum riang."Kau boleh ke sana lagi jika kau menginginkannya,"ujar Karin tenang dan mempersilahkan.
"Ya Karin,bukan cuma itu,tapi aku juga akan meminta papaku untuk menggelar acara pernikahanku secara eksklusif di Adhytama Hotel,"ucap Hany penuh semangat.
"Benarkah itu Hany?"Karin kegirangan mendengar berita tersebut.
Hany mengangguk pasti.Mulutnya masih belum berhenti mengunyah daging loopster yang disambutnya dengan satu kali suapan.
"Oma Hasnah memang hebat,"puji Hany dengan perasaan kagum,"Ia bahkan melestarikan budayanya sendiri di kota ini Rin,"lanjutnya sambil mengangkat jempol.
Karin tersenyum kecil melihat gaya Hany, "Aku sangat menyayangi omaku Han,"jelas Karin mantap.
"Apa kau pernah pulang ke kampung omamu itu?"tanya Hany tiba-tiba.
Karin menggelengkan kepalanya,"Oma baru akan mengajakku ke sana setelah aku menikah nanti Han,"jelasnya melemah.
Hany menatap mata Karin,ada kebingungan di kelopak itu,"Itu tandanya omamu menginginkan agar kau segera menikah," ungkap Hany beropini,"agar bisa sekalian bulan madu bersama suamimu disana," lanjutnya sambil menahan tawa melihat ekspresi Karin yang menekuk lucu.
Karin cekikikan sambil membetulkan posisi duduknya di kursi."Apa kau tahu, sampai-sampai omaku menjodohkan aku dengan anak keponakannya dari sana Han,"lugasnya,"sepupu jauhku,"lanjut Karin giliran menahan tawanya.
"Oh ya? aku jadi penasaran,seperti apa rupanya anak keponakan omamu itu,"sahut Hany tertawa riang,"Apa kau menerimanya Karin?"tanyanya penasaran.
"Haha..Yang jelasnya dia manusia Hany," ucap Karin dengan gaya sarkastik, "Namanya Danang,baru saja dia mengantarku kemari,"jelas Karin masih dengan tertawa kecilnya dan matanya ikut menyipit menahan geli.
Hany membelalak lebar,tiba-tiba saja ada perasaan berdebar di relung hatinya.
"Oh ya?Dia ada di kota ini juga?"Hany berdecit.
Karin mengangguk,"Entahlah Han,aku bingung dengan perasaanku sendiri," ucapnya lirih sembari membenamkan wajah se dalam-dalamnya ke permukaan bumi.
Hany tersenyum kecut.
•••
Karin dan Hany memutuskan mandi di kolam renang setelah membantu bibi Ira membersihkan peralatan makan di dapur.
Jarak rumah yang tidak begitu jauh membuat keduanya memilih berjalan kaki menuju ke rumah Hany.
"Masakanmu enak Rin,"puji Hany sambil mengunyah potongan rujak buah di tengah jalan santai mereka.
Karin tersenyum,"Itu karena kau baru pertama kali mencicipinya saja Han,"balas Karin merendah.
"Rin,aku senang bisa bersahabat denganmu,"ucap Hany sambil melangkah santai diikuti oleh Karin,"terimakasih sudah mau menerimaku,"lanjutnya sambil menggenggam tangan Karin.
Mereka berjalan beriringan.
"Terimakasih juga kepadamu Han,kau mau menerima kekuranganku,"balas Karin sambil tersenyum,"Kalau saja bukan kau yang memulainya,aku juga tidak akan sedekat ini denganmu,"lanjut Karin menundukkan wajahnya.
Hany membuang pandangan ke sembarang arah.Menarik napas dalam kemudian membuangnya,"Itulah hidup Rin,dulu kau bersahabat dengan adikku,"ujarnya mengalihkan pandangan tepat di wajah Karin.
Mata Karin yang tiba-tiba sendu sengaja ia elakkan dari sorot mata Hany yang sedang mengawasinya.Namun Karin kalah gesit. Hany terlanjur menangkap gurat sedih sekaligus rindu di wajah gadis cantik berambut pirang itu.
"Dan sekarang kau bersahabat denganku,"lanjutnya bersemangat,"Kau tenang saja,jika adikku pulang dari London, aku sendiri yang akan mengadilinya."Hany memberi semangat kepada Karin.
Karin tersenyum datar sambil susah payah menelan ludahnya."Aku sudah melupakannya Han,"ikut tertawa kecil,"jadi tidak usah kau adili dia,"lanjut Karin meyakinkan.
Masih tetap berusaha menelan saliva yang serasa kering di tenggorokan.Berat namun dipaksakan.
"Tapi Karin,adikku itu bersalah pada sahabatku ini,"protes Hany tidak terima.
"Tidak Hany,karena sekarang kau telah menggantikan posisi adikmu itu sayang," jelas Karin tertawa kecil.
Hany ikut tersenyum.Kecut!
"Sudah satu tahun kita bersahabat, akan tetapi kau belum pernah main kerumahku," ujar Hany mencoba untuk mengalihkan pembicaraan."Apa kau tidak penasaran dengan isi rumahku?"lanjutnya memastikan.
"Kau tenang saja kawan,dulu aku sudah sering main ke sana bersama Diego,"jelas Karin meyakinkan sambil tertawa lebar.
Hany ikut tertawa senang mendengar nama adiknya disebut.
'Baru sekali ini kudengar dia menyebutkan nama adikku.' batin Hany.
Ada kebahagiaan tersendiri yang terpancar dari binar matanya.
Kedua gadis itu akhirnya sampai di depan pintu gerbang rumah pemilik TF.Electro Group yang bergaya modern klasik.Rumah yang dijaga ketat oleh dua orang sekuriti serupa bodyguard.Berwajah teduh tapi punya tatapan setajam elang.
"Selamat datang di rumah kami Karin,"ucap Hany sembari menggandeng ramah tangan Karin,"Ayolah tidak perlu sungkan sayang," lanjutnya sambil tersenyum riang disertai anggukan Karin yang ikut tersenyum manis.
Bersambung.....
*****
🤗🤗🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Mommy Gyo
6 like hadir thor
2021-08-19
0
Fira Ummu Arfi
pembaca setiaaa hadirrr 💃💃💃💃
tinggalin jejak jg di Novel ku ya ASIYAH AKHIR ZAMAN
2021-04-30
1
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
like dan jejak lagi😘
2021-01-22
3