Selamat membaca 😍
Seusai bertemu dengan Danang dari kamar tamu, Karin segera menuju ke kamarnya dalam rangka membersihkan diri. Rasa gerah menyelimuti ruang geraknya setelah beberapa jam ia berada di pusat perbelanjaan, bergelut dengan sayu-sayuran dan seafood segar. Kini saatnya ia memanjakan diri di dalam bathub kesayangannya. Setelah setengah jam berkutat dengan ritual mandinya, gads itu siap mematutkan diri di depan cermin. Kesederhanaan terpancar nyata di wajah ovalnya yang cantik.
"Cantik!" lagi-lagi kata pamungkas itu keluar begitu saja dari bibir ranumnya.
Setelah merasa puas, gadis itu berlari kecil menuruni anak tangga setelah sebelumnya ia memastikan sendiri kalau Danang sudah keluar dari kamar tamu. Tidak lupa kebiasaan berdendang ria dengan suara paling merdu dan enak dipendengaran.
Sebelum menuju ke dapur, gads itu melangkah riang memastikan suara-suara ramai yang datang dari ruang keluarga, "Siapa gerangan, begitu banyak orang?" gumamnya penasaran.
"Wah! Hany sudah datang rupanya," gumamnya riang. Namun langkahnya mendadak dihentikan lantaran ada seseorang yang begitu cuek dan dingin ikut dalam perkumpulan bersama opa Jery dan juga Oma Hasnah yang sudah ikut bergabung. Tidak ketinggalan Danang juga berada di sana. Orang tersebut tidak lain adalah Diego, sahabat kecilnya.
"London membuat si kharismatik itu berubah menjadi kulkas," gumamnya nyinyir.
"Karin, sini!" seru Opa Jery dari kejauhan.
Tanpa membantah, Karin berjalan mendekati mereka sementara Hany sudah siap dengan aksi konyolnya menyerbu sang sahabat dengan pelukan erat tidak ketinggalan ritual cipika-cipiki nya.
"Kau membuatku rindu berat!" desis Hany mengusap punggung Karin.
"Sama, aku juga rindu berat. Tapi kau sudah curang padaku." bisik Karin pelan ke telinga Hany.
"Soal apa?" Hany memicingkan mata.
"Tuh! si dingin, kenapa tidak cerita padaku kalau dia sudah pulang?" cecar Karin kesal.
Hany tertawa renyah namun Karin sontak membekap mulutnya, "Bukan di sini ceritanya, tapi di dapur." cetusnya gemas. Sementara Hany hanya menggeleng-geleng pasrah mengikuti pergerakan Karin dengan senyum penuh arti masih mengembang di bibirnya.
"Opa, kita pamit ke belakang dulu." ucap Karin santun, namun Opa Jery keasyikan berbicara seru dengan Diego hingga ia tidak merespon ucapan sang cucu.
"Baik, silakan cu." timpal Danang dengan suara mengerang menyerupai suara opa Jery, membuat Karin mencebik kesal, "Yee..., emang lu opa gue apa?" Sementara Danang hanya terkikik geli.
"Maafkan aku, sayang." ucap Hany dengan tatapan memelas, "Buka. maksud menyembunyikan, hanya saja aku benar-benar sibuk mengurus kelengkapan nikahku itu. Makanya aku sampai lupa untuk mengabarimu."
"Lagipula aku pikir kau sudah bertemu langsung dengannya, jadi biarlah dia sendiri yang menjelaskan kepulangannya padamu, bukan?" tambah Hany tanpa dosa.
Karin melengos, "Boro-boro menjelaskan, saling sapa saja nggak pernah." batinnya kacau, "Baiklah, aku juga belum sempat ngobrol santai dengannya karena kemarin aku sibuk dengan laporan dua minggu ku itu, calon papa dari anakmu itu yang membuatku harus kejar waktu." jelas Karin tertawa renyah.
"Emm, maafkan dia, maklum lagi terkena sindrom pra nikah, hehe." balas Hany guyon, "Bibi, biar aku yang lanjut." ucapnya tersenyum, tangannya sibuk menyambut mixer dari tangan ART dan menggantikan posisinya mengaduk adonan telur putih, air lemon, dan gula pasir hingga kaku. Sang ART cepat berlalu setelah mengangguk setuju.
"Tidak masalah, sudah seharusnya orang baik seperti pak Fahri mendapatkan kebahagiaannya." timpal Karin ikut senang.
"Terima kasih, sayang." balas Hany.
"Aku akan menyiapkan menu hidangan yang lainnya," ucap Karin bersemangat, sementara Hany yang fokus pada adonan mixer hingga dua puluh menit kemudian, adonan chiffon cake telahpun siap dimasukkan ke oven.
"Lagi masak apa nih? Serius amat?" gema suara maskulin yang baru muncu membuat jantung Karin mendadak spot, "Huh! Kenapa dia kemari?" batinnya gemas.
"Apa saja, asalkan kau bahagia." balas Hany cengar-cengir.
"Wah! Menu seafood yang menarik, seperti tuannya. Pasti enak." seru Diego sembari mendekati Karin yang tengah asyik mengaduk menu lobster di atas perapian.
"Hmm, kurasa ini biasa saja, kawan. Pasti lebih enak menu luar negeri, bukan?" balas Karin di sela gelak tawanya membuat Diego ikut tertawa, "Masakan lokal lebih enak," jelasnya yakin, "Apalagi yang masak itu gadis cantik yang satu ini," bisiknya gombal seketika membuat Karin ikut meremang.
"Adik sayang, kau mengganggu pekerjaan kami saja." cecar Hany yang merasa tidak enak hati dengan para ART yang saling menatap saat Diego menggoda Karin.
"Ah, kakak, kau macam baru melihat aku dan Karin saling menggoda saja." protes Diego tak mau kalah.
"Bukan saatnya, lihatlah para ART itu, mereka risih dengan sikapmu," celetuk Hany pelan di telinga sang adik, "Apalagi pemuda yang berdiri di balik mini bar sana."
"Memangnya dia siapa?" sewot Diego tidak terima manakala ia berbalik dan mendapati Danang tengah memperhatikan dirinya dan Karin dengan saksama.
"Ya, mungkin saja, teman spesial, atau mungkin pacar?" balas Hany kesal.
"No, no, no! Karin itu milikku. Just for me." tegasnya masih bernada pelan.
"Ingat, ini rumah orang, dek! Jangan berulah." pinta sang kakak memelas.
"Hmm, baiklah." ujarnya pasrah.
"Bro! Kemarilah, kuyakin kopi ini cocok untuk kita." seru Danang dari kejauhan.
"Boleh juga, tuh!" sambut Diego hangat.
Baru beberapa jam yang lalu mereka saling bertukar informasi, sudah tampak kedekatan di antara kedua pemuda tampan tersebut. Hal ini tidak luput dari pantauan Karin yang sejak tadi sibuk memasak. Bahkan hingga acara makan bersama berjalan pun, Diego dan Danang sama-sama kompak menikmati makanan dan mereka ternyata memiliki selera yang sama, yakni memuji setiap masakan yang mereka cicipi.
"Kalau cewe cantik yang masak, enak ya bro!" pancing Danang.
"Pastinya, aku suka ini. Kau pasti sering menambah porsi makanmu, bukan?" timpal Diego rusuh.
"Ya pastinya begitu. Kan ditemani juga tuh! Jadi seru." tambahnya kacau. Keduanya tampak serius memuji Karin, dan itu membuat Hany merasa perlu untuk tertawa lebar. Merasa kedua saingan ini benar sportif, dan tidak saling menjatuhkan.
"Kau lihat, Rin. Mereka berdua sangat kompak dan cocok menjadi sahabat." desis Hany tergelak ria. Karin ikut tertawa setelah mengamati beberapa saat.
Bahkan hingga akhir acara pertemuan hari inipun semuanya berjalan dengan baik.
"Terima kasih untuk hari ini." ucap Karin tersenyum kepada Hany. Kebiasaannya berterima kasih setelah pertemuan mereka sudah menjadi hal biasa bagi Hany.
"Sama-sama, Rin. Apa yang tidak untukmu." balas Hany puas. Tangannya sibuk meraih chiffon cake yang ternyata rapi di piring hidangan. Ditemani secangkir teh hangat, kedua sahabat itu duduk berselonjor di taman belakang rumah sembari menikmati udara sore ditemani dua anak manusia yang asyik bercengkrama ria bersama ikan-ikan gurami di kolam sana. Danang dan Diego tengah asyik memberi makan ikan peliharaan tukang kebun milik opa Jery. Dua pemuda tampan itu tampak kompak saling tukar pengalaman, berbagi kemampuan dan juga sharing hobi sembari bercanda ria.
Bukankah sebuah pemandangan yang cukup menyejukkan mata? Baru kali ini Karin merasa senyum tulus itu kembali kepadanya, meski masih dalam taraf setengah hati. Karena pada dasarnya Diego hanya ramah padanya di saat ini, sedangkan selanjutnya pemud itu kembali cuek dan dingin.
"Kapan semuanya kembali seperti dulu?" batinnya galau.
••••
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
jejak hadir
2021-03-19
1
zien
aku hadir disini dan memberimu like 👍
mampir juga di novelku JODOHKU YANG LUAR BIASA 😊😘
mari kita saling mendukung karya kita 👍😘❤️
2021-03-04
1
BELVA
melengkapi kembali jempol ku
2021-02-28
1