SELAMAT MEMBACA!
***
Setelah menyiapkan segala macam keperluan suaminya, Delima pun kembali lagi ke dapur berniat untuk membantu mbok Tini.
"Sudah selesai mbok?" tanya Delima.
"Iya nya," jawab mbok Tini sembari menuangkan sup ayam pada mangkuk.
"Saya gpp kok mbok," ujar Delima kala mbok Tini menatapnya lekat-lekat.
"Yang sabar yah nya," tutur mbok Tini tersenyum hangat dan diangguki oleh Delima.
Mata wanita yang masih berusia dua puluh lima tahun itu sudah panas. Ingin sekali ia menangis dipelukan sang ibunda mengeluhkan segala kesahnya.
Semua yang terjadi padanya begitu menyakitkan untuk diterima oleh hatinya yang begitu lembut bagaikan kapas.
Namun, apalah daya semua hanyalah angan-angannya semata. Ibunya sudah senang duduk disamping sang ilahi.
"Nyonya kalau mau menangis, menangis saja! Saya siap menjadi teman curhat nyonya," tutur mbok Tini tulus.
Delima tersenyum. Dia memang butuh teman, namun ia masih ragu untuk mengatakannya pada mbok Tini.
"Makan dulu mas," kata Delima kala melihat Erwin hendak melewati meja makan.
Erwin menatap datar kearah makanan yang telah disaji dengan rapih oleh mbok Tini diatas meja makan tersebut.
"Yang masak semua itu mbok Tini kok mas," ujar Delima hati-hati.
Erwin lalu mengalihkan tatapannya pada mbok Tini yang menunduk disamping Delima.
"Iya betul tuan, itu semuanya saya yang masak," jujur mbok Tini.
Erwin lalu berjalan menuju meja makan dan duduk diujung tempat dimana kepala keluarga duduk.
"Biar mbok Tini yang melakukannya!" cegah Erwin saat Delima hendak menuangkan nasi kepiringnya.
Delima tersenyum kaku, lalu menatap mbok Tini dan mengangguk sebagai tanda agar mbok Tini melayani suaminya itu.
Mbok Tini dengan telatennya pun mulai mengisi piring Andra dengan nasi dan lauk pauk.
"Saya mau makan, sebaiknya kamu pergilah!" titah Erwin pada Delima yang masih setia berdiri disampingnya bersama mbok Tini.
"Baiklah," balas Delima lalu meninggalkan meja makan.
Mbok Tini hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan majikan laki-lakinya yang tidak menghargai istrinya sama sekali.
Mbok Tini hanya bisa diam karena ini adalah urusan kedua pasangan suami istri itu dan disini ia hanyalah sebagai pembantu tidak lebih.
***
Delima berjalan menuju taman belakang. Tempat dimana ia selalu menangis mengungkapkan semua isi hatinya.
Delima duduk dibangku taman, ia memandang kedepan yang ditumbuhi banyaknya jenis bunga yang tumbuh subur.
Dalam diam ia menangis tanpa suara. Air mata yang sedari tadi sekuat tenaga ia tahan kini mengalir derah membasahi pipinya.
"Mah, Delima gak kuat. Delima gak sekuat mama yang bisa menghadapi papa. Mah Delima capek selalu seperti ini. Selalu Delima yang tersakiti," keluh Delima mengadahkan kepalanya keatas seolah-olah dilangit dia melihat wajah sang ibunda tercintanya.
"Mah, apa mama mendengarkanku? Delima tidak sanggup seperti ini. Dia tidak mencintai Delima. Sekuat apapun Delima berusaha tidak bisa meluluhkan hatinya," ucap Delima menangis sejadi-jadinya.
Setelah kepergian ayahnya karena lebih memilih wanita selingkuhannya, Delima hanya hidup berdua dengan sang ibunda yang selalu sayang kepadanya.
Dan sekarang ibunya pun telah meninggalkannya berpulang ke hadapan sang pencipta alam semesta.
Delima buru-buru menghapus air matanya saat mendengar suara langkah kaki mendekat kearahnya.
"Mama, sejak kapan datang mah?" tanya Delima lalu menyalimi tangan mama mertuanya.
"Kamu kenapa disini sayang?" tanya balik mama Isnah.
"Gak-papa mah cuma mau menghirup udara segar saja," jawab Delima tersenyum.
Inilah keunikan seorang Delima. Walaupun habis menangis dia masih bisa tersenyum setelahnya. Dia memang tersenyum, namun tidak mudah melupakan.
"Suamimu baru saja berangkat, apa kalian bertengkar lagi?" tanya mama Isnah lembut lalu menuntun Delima untuk duduk kembali di bangku taman.
"Tidak mah," jawab Delima terpaksa berbohong.
"Mama tahu meluluhkan hati anak mama itu tidaklah muda. Jadi mama mohon tolong bersabarlah sayang," pinta mama Isnah menggenggam tangan Delima.
Delima tersenyum kaku lalu menganggukkan kepalanya. Kalau saja ia tidak memikirkan tuhan dan kasih sayang yang telah diberikan kedua orangtua suaminya kepadanya, mungkin sudah lama Delima meminta talak pada Erwin.
***
SLOW UP YAH😊
JANGAN LUPA LIKE, KOMEN DAN VOTENYA🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Jam'ah Sublie
selalu saja wanita yg tersakiti
2023-06-10
0
Lela Lela
Yang sabar semoga subur
2023-01-25
0
Yunerty Blessa
sungguh kasian sekali delima
2022-11-10
0