SELAMAT MEMBACA!
***
"Mau makan es krim?" tawar Delima pada Dara saat mereka sudah sampai ditaman.
"Mmm... Dara mau sih kak, tapi gak dibolehin sama tante dokter dan kakak suster," ucap Dara menampilkan senyum manisnya, namun dimatanya tersirat luka yang mendalam disana.
"Sebaiknya Dara main gih sama anak-anak itu," kata Delima menunjuk segerombolan anak-anak yang dengan gembiranya memainkan gelembung balon.
"Apa mereka mau main sama Dara kak?" tanya Dara menatap Delima ragu-ragu.
"Dek... adek!" panggil Delima pada salah satu anak-anak yang bergerombolan itu.
Anak yang dipanggil pun berlari mendekat kearah Delima dan yang lainnya.
"Iya kak, ada apa?" tanya anak itu memerkan gigi depannya yang ompong.
Delima merasa gemas dan langsung saja mencubit pipi gembul anak cewek itu.
"Mau main sama Dara gak?" tanya Delima menunjuk Dara yang tersenyum manis pada anak cewek itu.
"Tentu," balas anak itu lalu mengajak Dara untuk berkenalan. " Aku Rani," ucap anak yang bernama Rani itu.
"Aku Dara," balas Dara.
"Mari bermain," seru anak itu lalu suster Tiara pun membantu mendorong kursi roda Dara untuk bergabung dengan segerombolan anak-anak itu.
"Dara anak yang manis," imbuh Delima memandang Dara yang begitu bahagia bermain bersama anak-anak itu dari bangku taman.
Delima dan suster Tiara duduk bersebelahan.
"Dara anak yang kuat, baik dan juga murah senyum," jelas suster Tiara. " Dia mengidap leukimia saat usianya masuk lima tahun dan sekarang sudah masuk ke stadium akhir. Rambutnya rontak itu dikarenakan obat dari kemo yang ia lakukan," tambah suster Tiara.
"Orang tuanya?" tanya Delima.
"Orang tuanya sibuk. Kedua-duanya lebih memilih pekerjaan mereka dibandingkan anak mereka yang sedang berjuang demi hidup. Mereka memilih aku untuk selalu berada disamping putri tunggal mereka itu. Gak kebayangkan Del betapa kejamnya mereka menjadi orangtua?" pungkas suster Tiara kesal sendiri saat mengingat betapa tidak berperasaannya kedua orangtua Dara.
"Mungkin mereka punya alasan untuk itu," balas Delima tersenyum lalu kembali mengarahkan pandangannya pada Dara yang tertawa lepas disana.
Anak itu sedang sakit, namun dia terlihat baik-baik saja. Memang pintar anak sekecil Dara menyembunyikan sakit luar biasa yang sedang dideritanya.
Anak seusianya sibuk belajar, bermain-main, berbanding terbalik dengan Dara yang sibuk melakukan kemo dan perawatan agar cepat sembuh.
"Orang tuanya selalu berkata jika mereka juga melakukan ini untuk perawatan Dara, tapi bagiku itu tetap saja. Salah satu diantara mereka seharusnya menemani Dara dan yang lainnya bekerja. Begitu lebih baik bukan?" ujar suster Tiara memandang kasihan pada Dara.
"Setiap manusia memiliki pikiran mereka masing-masing dan tentunya berbeda-beda," timpal Delima. Dia jadi teringat pengorbanan ibunya dulu yang rela kepanasan demi membiayai sekolahnya dan memberikan semua apa yang dibutuhkannya.
"Del, katanya kamu udah nikah yah? Kok gak ngundang aku sih?" desak suster Tiara.
"Maafkan aku Ra, itu dadakan dan tidak banyak orang yang diundang, maafkan aku yah," sesal Delima merasa tidak enak karena tidak mengundang suster Tiara yang merupakan teman seperjuangannya.
"Tidak apa-apa aku ngerti," balas suster Tiara tersenyum.
"Dan yah, kenapa kamu sering sekali datang ke rumah sakit ini, apa kamu sakit?" tanya Tiara menerka-nerka semua kemungkinan.
"Cuma sakit biasa," jawab Delima lalu mengalihkan pembicaraan mereka yang takut suster Tiara terlalu kepo.
***
Jam empat sore barulah Delima sampai di rumah. Bukan karena lupa waktu, tapi dijalan tadi Delima sempat terjebak macet karena suatu insiden kecelakaan.
Dengan perasaan gelisah Delima pun berjalan masuk kedalam rumah. Rumah yang baru dua mingguan ini ia tinggali bersama suaminya setelah menyandang status sebagai istri dari Erwin Pratama.
"Nyonya," sapa mbok Tini dengan nada pelannya.
"Eh, mbok!" sapa balik Delima menghentikkan langkahnya yang hendak naik keatas.
Mbok Tini nampak menggeleng samar dan raut wajahnya berubah takut. Delima tahu apa maksud gelengan tersebut.
"Dia sudah pulang mbok?" tanya Delima dan dijawab anggukan kepala oleh mbok Tini.
"Tenang mbok gak akan terjadi apa-apa," ujar Delima sambil tersenyum meyakinkan.
Delima berusaha meyakinkam mbok Tini meskipun sekarang jantungnya sudah berdebar begitu kencang karena takut dengan apa yang akan dilakukan suaminya nanti.
***
SLOW UP YAH😊
JANGAN LUPA LIKE, KOMEN DAN VOTENYA🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Lela Lela
semoga penyakit ny delima menghilang .
2023-01-25
0
Queen Azura
kok jadi deg deg an bacanya yaa
2021-11-04
0
YuliaBilqis
Marah lagi dah tu 😭😭😭
2021-06-06
0