Bab 18

Alya membuka lemari pakaiannya, kelihatannya ia mengambil pakaian dalamnya. Dan tiba-tiba saja ia berteriak, saat melihat bayanganku di cermin. Dia berjongkok dan mengambil baju dari travel bag yang ada di lantai. Dia menutupkan baju itu ke dadanya.

"Mas Abi kenapa ada disini? Mengapa masuk kamarku tanpa ijin?." Ucapnya dengan nada terkejut. Aku lihat wajahnya memerah. Entah dia malu atau marah padaku.

"Kenapa aku harus minta ijin? Kamu lupa ini rumahku?." Jawabku membuatnya terdiam.

Aku sudah memanggilmu dari tadi, tapi kamu tidak menjawab ku, jadi ku putuskan untuk masuk."

"Tapi bagaimana mas Abi bisa masuk?. Saya sudah mengunci pintunya."

"Jangan bohong kamu Alya. Pintu kamarmu tidak dikunci sama sekali." Jawabku berbohong.

"Saya tahu ini rumah mas Abi. Mas bisa melakukan apapun dirumah ini.Tapi tolong keluar sebentar, saya mau ganti baju." Pinta Alya.

"Kalau aku tidak mau, kamu mau apa?"Jawabku menggodanya. Aku lihat dia semakin kesal. "Kalau kamu mau ganti baju, ganti saja disini. Aku sudah bilang kan, aku tidak akan tertarik sedikitpun melihat tubuh kecil kamu."

"Baiklah, terserah mas Abi kalau mau disini. Mas Abi berhak melakukan apapun dirumah ini." Ucap Alya. Dia berlari membawa baju gantinya ke kamar mandi, dan memakainya disana. Aku pun keluar dari kamar Alya, dan pergi ke kamarku.

Bohong kalau aku mengatakan aku tidak tertarik dengan tubuh mulus Alya yang baru pertama kali aku lihat. Selama ini Alya selalu memakai pakaian tertutup dan memakai kerudung, sekalipun saat dirumah.

Aku lihat kulitnya yang putih mulus, bahkan lebih mulus dari kulit Tamara. Mungkin karena selama ini Alya selalu menutupnya, hingga kulitnya tidak pernah terkena sinar matahari. Berbeda dengan Tamara, yang sudah terbiasa terbuka.

Apalagi saat Alya mengelap rambutnya yang basah, sungguh terlihat sangat seksi menurutku, membuat naluriku sebagai seorang lelaki terpancing. Bagaimana pun juga aku lelaki normal.

...

Tak lama kemudian, Alya keluar dari kamarnya memakai dress rumahan yang dibelinya dari Jogja. Kali ini dia tidak memakai kerudungnya. Karena dia pikir, tadi Abimanyu sudah melihatnya tanpa memakai kerudung.

Alya pergi ke dapur, berniat untuk memasak, karena dia pikir mungkin tadi Abimanyu mencarinya karena dia ingin Alya memasak untuknya.

Baru saja ia akan memulai untuk memasak, Abimanyu keluar dari kamarnya, menghampiri Alya.

Cantik sekali dia. Kata Abimanyu seraya menatap Alya.

"Maaf mas!! Saya baru mau masak." Kata Alya

"Kamu nggak usah masak, kita makan diluar saja."

"Apa mas, makan diluar? Kita?."

"Iya kita. Kenapa?"

"Apa mas yakin mau mengajak saya?" Tanya Alya.

"Tentu saja. Mana mungkin aku makan sendirian."

"Tapi kalau nanti kita ketemu mbak Karin atau pak Rama gimana?. Apa sebaiknya kita pesen aja?."

"Enggak akan, aku jamin."

"Kalau kita ketemu nona Tamara gimana?."

"Nggak bakalan. Mending kamu siap-siap, sebentar lagi kita berangkat."

"Baiklah kalau begitu." Jawab Alya. Kebetulan dia memang sedikit malas untuk memasak, karena masih merasa capek.

Mereka pun berangkat setelah Alya sholat maghrib. Diperjalanan, Abimanyu fokus pada kemudinya. Dan Alya fokus pada ponselnya. Dia tersenyum sendiri melihat fotonya saat di Jogja.

Abimanyu menoleh ke arahnya, melihat Alya yang sedang tersenyum sendiri sambil memandang ponselnya.

Kenapa dia senyum sendiri? Sedang apa dia?Apa dia sedang chating dengan kekasihnya?. Batin Abimanyu.

Abimanyu merasa terganggu dengan apa yang dilakukan Alya. Dia merasa tidak suka membayangkan Alya berkirim pesan dengan kekasihnya, padahal Abimanyu merasa tidak mencintainya.

"Alya."

"Iya mas."

"Bisa kan kamu tidak main hp disini?" Tanya Abimanyu.

"Kenapa? Ini kan di mobil, bukan di pom bensin mas."

"Jangan banyak tanya. Pokoknya aku nggak suka ada yang main hp di mobilku."

Dasar otoriter, sok berkuasa. Aturan dari mana itu,? Main hp di mobil aja gak boleh.Tahu gini mending aku nggak usah ikut dia. Mending aku masak aja tadi dirumah. Batin Alya, lalu menyimpan hpnya kedalam tas.

Sudah setengah jam perjalanan, tapi mereka belum sampai juga ke tempat tujuannya, membuat Alya heran. Padahal dari tadi mereka sudah melewati banyak rumah makan dan restoran.

"Mas Abi, sebenarnya kita mau makan dimana?.Kok nggak nyampe-nyampe."

"Aku sudah bilang, jangan banyak tanya."Jawab Abimanyu.

Huhh dasar sombong. Aku pikir dia tadi ngajak aku makan karena dia bener-bener udah berubah, taunya tetep aja menyebalkan. Jangan-jangan dia akan bawa aku ke restoran mahal. Mending aku makan dirumah. Kata Alya dalam hati

Mereka pun sampai disebuah restoran perancis mewah di Jakarta. Ini restoran termewah, yang pernah dilihat Alya. Mereka pun masuk, dan duduk. Pelayan menghampiri mereka dan memberikan daftar menu.

Alya membuka buku menu itu. Ia shock melihat daftar harga makanan yang sangat mahal menurutnya. Harga per porsi makanan disana rata-rata hampir seperempat dari gajinya. Adapun harga paling murah, dimulai dari 200 ribuan, dan itu pun dengan porsi yang sangat kecil. Alya rasa dia tidak mungkin akan merasa kenyang.

Tuh kan bener, mas Abimanyu mau ngerjain aku. Dia tahu aku tidak akan mampu bayar makanan disini. Makanya dia bawa aku kesini.

"Kamu boleh pesen apapun yang kamu mau Alya." Ucap Abimanyu.

Ya tentu saja boleh. Masa nggak boleh. Mereka kan disini jualan. Duh mending aku beli nasi Padang aja tadi. Udah kenyang, murah lagi. Daripada ini, 200 ribu kayaknya aku nggak bakalan kenyang.

"Alya, kok malah bengong? Kenapa? Ahh... aku tahu, pasti kamu tidak ngerti kan nama-nama makanan disini?" Goda Abimanyu.

Itu mulut kenapa asal jeplak aja? Aku juga nggak bodo-bodo amat kali. Gini-gini aku juga kan pernah kerja di restoran. Jadi aku tahu lah.

"Iya mas Abi. Saya nggak ngerti makanan disini. Kayaknya lidah saya nggak akan cocok deh sama makanan disini. Saya makan ditempat lain aja ya." Sahut Alya.

"Enak saja. Kamu nggak boleh kemana-mana. Kamu pesen apa aja, aku yakin pasti kamu akan suka. Kamu kan pemakan segala" Canda Abimanyu.

Emang dia pikir aku tikus apa.

"Baiklah mas, saya pesen nasi liwet aja, sama lalap sambel dan ikan asin ya." Kata Alya pada sang pelayan yang sudah lama berdiri disana

"Alya, kamu jangan malu-maluin aku. Mana ada makanan seperti itu disini. Kamu tahu kan ini restoran perancis?"

"Iya tahu."Perancis"...peranakan Ciamis, iya kan mas?" Tanya Alya pada sang pelayan. Pelayan itu tersenyum mendengar ucapan Alya.

Abimanyu terlihat kesal pada Alya.

"Mas Abi, saya makan ditempat lain aja. Nanti saya tunggu mas Abi diluar."

"Sembarangan kamu. Udah mas samain aja pesanannya biar cepet." Titah Abimanyu.

"Baik tuan." Jawab Sang pelayan, lalu pergi dari sana.

"Mas Abi saya akan makan di....." Alya menggantung kalimatnya, saat dia melihat mata elang Abimanyu menatapnya dengan tajam. Dia menunduk sebentar, lalu melirik kembali ke arah Abimanyu. Ia kemudian menunduk lagi. Karena Abimanyu masih menatapnya tajam seperti tadi.

Biasa aja kali matanya. Ngerusak selera makanku aja. Kata Alya dalam hati.

Terpopuler

Comments

💝GULOJOWO💝

💝GULOJOWO💝

heleh... lambe mu gk sinkron ma anu mu 🤬🤬

2022-02-28

1

Hasrie Bakrie

Hasrie Bakrie

Dikit lgi Abi bucin ma si Alya

2022-02-25

1

Qorie Izraini

Qorie Izraini

mau ny keremu sama temara dan selimgkuhan ny
kan seru 😁😁😁😊

2022-02-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!