Bab 11

"Alya!! Aku mau bicara sebentar, bisa kan?." Tanya Abimanyu.

"Bisa tuan."Jawabku.

Dia berjalan menuju ruang makan, dan duduk di kursi meja makan. Aku mengikutinya.

"Duduk."Titahnya.

Sebenarnya apa yang mau dia bicarakan?. Apa dia mau memarahiku, karena aku pulang malam?

"Ada apa tuan?." Tanyaku

"Aku mau tanya sama kamu, kenapa kamu tidak ambil uang yang aku simpan?."

"Uang?. Uang apa maksud anda?."

"Uang ini."Jawab Abimanyu, lalu menunjuk uang yang aku lihat tadi pagi. "Aku sengaja menyimpan uang ini untuk kamu, maksudku untuk membeli keperluan dapur."

"Ohh...maaf tuan, saya tidak tahu. Anda tidak mengatakannya. Saya pikir anda lupa menaruh uang itu."

"Sekarang kamu ambil uang ini, dan belanjakan." Titahnya sembari menggeser kan uang itu ke arahku.

"Maaf tuan, saya tidak bisa menerima uang ini."

"Kenapa tidak bisa?. Bagaimanapun juga aku ini suami kamu kan?. Maksudku...... statusku tetap suami kamu. Jadi sudah sepantasnya aku memberi kamu uang belanja."

Suami? Gak salah?.

"Apa anda lupa, kalau kita tidak pernah bersikap seperti suami istri?.Jadi anda tidak perlu memberi saya uang belanja. Lagipula anda tidak pernah makan dirumah."

"Kalau gitu, mulai sekarang aku akan makan di rumah. Besok kamu belanja, dan masak untukku. Sekarang kamu ambil uang itu."

"Baiklah." Jawabku pasrah, lalu segera mengambil uang itu, karena aku tidak ingin terlalu lama berada disana. "Apa masih ada yang ingin anda bicarakan tuan?"

"Tidak. Kamu boleh pergi."

Aku lalu beranjak dari sana.

"Oh ya tuan, anda ingin saya masak apa?."

"Apa saja, terserah kamu. Kamu juga tahu sendiri, aku bukan tipe pemilih makanan."

"Baiklah kalau begitu. Permisi." Ucapku. Baru saja aku melangkahkan kaki, dia memanggilku lagi.

"Alya."

"Iya tuan."

"Mulai sekarang jangan panggil aku tuan." Titahnya.

Aku mengerutkan dahi mendengar perintahnya. "Lalu saya harus memanggil apa?.Bapak?."

"Kamu pikir aku bapak kamu. Panggil mas, bisa kan?."

"Mas? Kenapa harus mas?."

"Turuti saja yang aku katakan atau kamu tahu akibatnya."Jawabnya dengan nada mengancam.

Tadinya aku pikir mungkin tuan Abimanyu sudah dapat hidayah, ternyata aku salah, dia masih saja mengancamku.Tapi aku akui, sejak kejadian malam itu, sikap Abimanyu sedikit melunak kepadaku. Mungkin dia merasa kalau aku telah menolongnya saat dia sakit perut malam itu.

..

Dikamar aku menghitung uang yang diberikan Abimanyu. Semuanya ada 20 lembar uang lembaran berwarna merah. Aku putuskan untuk membelanjakan uang itu 500 ribu setiap minggunya.

Aku tidak menganggap uang itu sebagai uang nafkah yang diberikan seorang suami kepada istrinya. Aku anggap uang itu hanya untuk membeli kebutuhan dapur. Jadi aku tidak akan menggunakan sepeser pun uang itu, selain untuk kebutuhan dapur.

***

Sabtu pagi setelah sarapan, aku bersiap-siap pergi membeli keperluan dapur. Aku memilih pergi ke pasar tradisional agar harganya jauh lebih murah. Setelah selesai dengan acara belanjaku, aku pulang menaiki ojek online.

Diperjalanan, tiba-tiba saja ojol yang aku tumpangi di serempet sebuah mobil, hingga kami terjatuh. Sang ojol segera bangun, dan langsung menghampiriku.

"Neng nggak apa-apa?." Tanya sang ojol, seraya membantuku berdiri. Orang-orang mulai berkerumun, dan menolong kami.

Sang pengemudi mobil turun dan menghampiri kami. "Kalian nggak apa-apa?." Tanyanya.

Aku seperti tidak asing dengan suara itu. Aku menoleh ke arahnya. Dan benar saja, seperti perkiraanku, suara itu milik Abimanyu. Aku dan dia sama-sama terkejut.

"Alya?. Kamu nggak apa-apa?." Tanyanya

Tak lama berselang, nona Tamara sang kekasih tercinta turun dari mobil menghampiri kami.

"Udahlah honey, kasih saja mereka uang. Bereskan?." Ucapnya lalu menoleh ke arahku. "Kamu!!.........Ooh jadi babu kamu ternyata yang jatuh. Ah aku yakin dia sengaja menjatuhkan dirinya, biar kita kasih dia uang." Tukasnya.

"Anda pikir saya nggak waras apa?. Mana ada orang menjatuhkan dirinya sendiri."Jawabku kesal.

"Honey!! Lihat!! Babu kamu sudah berani kurang ajar sama aku." Ucap Tamara, dengan nada manjanya. Abimanyu hanya diam.

"Hey babu!! Jangan mentang-mentang kamu sudah menikah dengan Abimanyu, kamu pikir kamu sudah jadi seorang ratu. Jangan mimpi deh. Lihat diri kamu. Kamu nggak ada apa-apanya dibandingkan denganku. Kamu itu hanya babu miskin yang nggak tahu malu."

"Saya juga nggak sudi dibanding-bandingkan dengan ratu ular seperti anda. Saya juga tidak peduli pada tuan Abimanyu, atau apapun yang anda katakan. Saya tahu saya memang seorang babu, kenapa? Masalah buat anda.?."

"Ya jelas masalah. Kamu biang masalah. Kamu sudah menghasut mamanya Abimanyu, supaya dia membenciku?.Tapi sayang, usaha kamu nggak akan berhasil. Kamu harus tahu, aku akan segera merebut Abimanyu dan segera menikah dengannya."

"Maaf nona Tamara yang cantik dan terhormat, saya tidak pernah menghasut bu Monika untuk membenci anda. Mungkin saja memang beliau tahu wanita seperti apa sebenarnya anda. Dan anda tidak perlu repot-repot merebut tuan Abimanyu. Saya akan menyerahkan dia setulus hati. Silahkan ambil sepuasnya, saya justru berterimakasih."

"Munafik kamu?"

"Siapa? Saya? Nggak kebalik tuh?."

"Kamu....!!Honey, lihat babu kamu keterlaluan, dia udah berani sama aku."

"Sudah ......hentikan!! Kalian nggak malu apa?." Ucap Abimanyu.

"Ayo bang, kita pergi dari sini. Aku takut ratu ular dan pawangnya ngamuk, nanti kita dipatuk lagi." Ucapku pada sang ojol, lalu kami pergi dari sana.

Aku lihat wajah Tamara yang kesal, karena Abimanyu tidak membelanya. Aku juga heran kenapa Abimanyu tidak membelanya. Dia malah jadi penonton setia, yang menikmati pertengkaran kami. Mungkin dia pikir, aku dan Tamara sedang memperebutkannya. Hah....yang benar saja.

.............

Di Mobil Abimanyu.

"Honey, kamu kok diem aja tadi?."

"Lalu aku harus gimana?."

"Ya kamu harusnya belain aku. Kamu marahin tuh babu kamu."

"Aku nggak enak. Kita udah nyerempet mereka. Masa aku harus marahin dia. Lagi pula kamu lihat sendiri kan, banyak orang disana tadi."

"Aku nggak mau tahu. Pokoknya nanti kamu harus marahin dia."

"iya...iya, aku pasti marahin dia nanti."

....

Abimanyu POV.

Aku tidak tahu, kenapa tadi aku begitu menikmati pertengkaran Alya dan Tamara. Seharusnya aku melerai mereka. Aku juga tidak marah atau tersinggung, saat Alya menyebut Tamara, "Ratu Ular", aku malah ingin tertawa mendengarnya.

Aku sedikit heran melihat sikap yang ditunjukan Alya belakangan ini, apalagi hari ini. Pertama aku lihat dan mengenalnya, Alya adalah gadis yang lembut, polos dan lugu.

Tapi semenjak menikah denganku, dia berubah menjadi lebih berani dan sedikit keras. Dia juga suka melawan. Tapi aku sadar, semua itu mungkin karena aku sudah keterlaluan padanya. Sikapku yang kasar dan sering menyakitinya, membuat dia berontak, dan berani melawanku, bahkan melawan Tamara.

Aku merasakan sesuatu yang aneh, saat Alya mengatakan pada Tamara kalau dia tidak peduli padaku. Jujur saja semua itu sedikit menggangu pikiranku. Tapi yang lebih aku pikirkan sekarang adalah keadaanya. Aku lihat jari tangannya berdarah saat dia jatuh dari motor tadi.

Apa dia baik-baik saja? Ciih....kenapa aku harus mengkhawatirkannya? Dia juga tidak peduli padaku kan? Tapi aku benar-benar mengkhawatirkannya sekarang. Ah mungkin ini karena aku merasa bersalah karena tadi aku tidak sengaja menyerempet ojol yang ia tumpangi.

Terpopuler

Comments

fitriani

fitriani

laki2 dajjall😡😡😡😡😡

2023-07-30

1

Denni Siahaan

Denni Siahaan

buat Abimanyu mengetahui kebusukan Tamara Thor

2023-07-17

0

Jumadin Adin

Jumadin Adin

buka kedok tamara thooor,tunjukkan pada abimanyu

2022-04-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!