Bab 4

"Alyaaa.!!" Teriak Abimanyu.

"Iya tuan."

"Kenapa kamarku masih berantakan. Apa saja yang kamu lakukan dirumah hah?"

"Maaf tuan. Bukannya anda sendiri yang melarang saya masuk ke kamar anda?."

"Dasar pembantu bodoh. Aku melarang kamu masuk ke kamarku, bukan melarang kamu membersihkannya. Sekarang cepat bersihkan."

"Iya tuan."

Abimanyu memang sengaja mencari-cari kesalahan Alya. Semenjak kejadian hari itu, Alya memang tidak pernah masuk lagi ke kamar Abimanyu. Dia sendiri yang melarangnya..Tapi hari ini, Abimanyu tidak punya alasan untuk memarahi Alya. Makanya ia menanyakan kepada Alya kenapa Alya tidak membersihkan kamarnya, walau dia tahu alasannya.

....

Alya pov.

Hari itu awan hitam yang menyelimuti langit kehidupanku semakin terasa gelap. Petir menyambar tepat di jantungku, saat bu Monika memberi tahukan kabar duka yang sangat menyakitkan.

Ibuku, satu-satunya orang yang aku punya, pergi untuk selama-lamanya. Kakiku langsung lemas, langit seakan runtuh, dadaku sesak, kepalaku terasa berat. Aku terpaku dengan lelehan air mata di pipiku.

Suara petir menggelegar tepat di telingaku. Dan akhirnya hujan badai pun datang. Semua sakit dan penderitaanku selama ini semakin sempurna, saat kepergian ibu. Aku menangis sejadinya saat mendengar kabar itu, hingga acara pemakaman selesai. Ibu Monika, mbak Nisa dan bi Sari menenangkan ku. Pengorbananku ternyata sia-sia. Ibu tetap saja pergi meninggalkanku. Kalau aku tahu, ibu akan pergi, aku tidak akan mungkin menerima tawaran konyol bu Monika, yang mengantarkan ku pada sandiwara pernikahan yang penuh penderitaan. Aku merutuki kebodohanku.

Sesaat kemudian aku sadar, semua adalah kehendak Tuhan. Aku tidak bisa menyalahkan siapapun. Aku mengorbankan masa depanku, sebagai usaha terakhir untuk menyelamatkan ibuku. Walaupun akhirnya ibu tetap harus pergi, setidaknya aku sudah berusaha menyembuhkannya semampuku.

Hari ini aku menginap dirumah mertuaku, karena disana diadakan tahlilan untuk mendoakan ibu. Kami terpaksa tidur sekamar malam itu, tapi aku tidur di sofa. Aku masih terisak karena masih terpukul dengan kepergian ibu.

"Kamu bisa berhenti nangis? Aku mau tidur. Lebay banget sih." Kata Abimanyu. "Sudahlah kamu jangan pura-pura pasang muka sedih kayak gitu, aku muak melihatnya. Kepergian ibu kamu itu karma untuk kamu. Gara-gara kelakuan kamu yang bejat, ibu kamu yang harus menanggungnya. Kalian berdua memang pantas mendapatkannya."

Ucapannya kali ini sungguh keterlaluan dan sangat menyakitkan. "Cukup tuan. Hentikan bicaramu."

"Kenapa? Apa kamu tersinggung?"

"Anda boleh menghina saya sesuka anda, tapi anda jangan pernah mencoba menghina almarhum ibu saya."

"Apa aku salah bicara gadis matre? Kamu memang matre kan?."

"Atas dasar apa anda mengatakan saya matre?."

"Kamu jelas matre. Kalau tidak, kenapa kamu menghasut mamaku, agar aku mau menikahi mu? Aku tahu kamu hanya mengincar hartaku kan?."

"Anda jangan sok tau tuan. Saya tidak pernah menghasut bu Monika. Justru dia sendiri yang memaksa saya. Dan saya melakukan semua itu karena terpaksa. Saya melakukanya demi ibu saya. Sekarang ibu saya sudah pergi. Tidak ada alasan lagi bagi saya bertahan dengan pernikahan ini.

Anda bilang saya matre? Saya tanya, berapa uang yang sudah anda keluarkan untuk saya selama kita menikah?. Atau apa saya pernah meminta uang kepada anda tuan Abimanyu yang terhormat?.Saya tidak pernah meminta uang sepeser pun kepada anda, atau ibu Monika. Saya membeli makanan saya sendiri."

Abimanyu terdiam saat mendengar ucapan Alya. Dia baru sadar, kalau selama ini dia memang tidak pernah memberi uang pada Alya untuk membeli kebutuhan dapur. Dia tahu dia salah, tapi Abimanyu tetap membela dirinya.

"Untuk apa aku memberimu uang. Aku tidak pernah makan dirumah selama ini?."

"Saya tahu itu. Makanya saya tidak pernah meminta uang pada anda. Kalau hanya sekedar untuk makan, saya bisa menghidupi diri sendiri, saya tidak perlu uang anda."

"Jangan sombong kamu."

"Saya tidak sombong, itu kenyataan."

"Lalu apa mau kamu sekarang? Kamu mau aku ngasih uang ke kamu, gitu?."

"Tidak. Saya mau kita bercerai . Saya mau mengakhiri sandiwara pernikahan ini." Abimanyu nampak terkejut, mendengar permintaanku.

"Tidak semudah itu. Enak saja."

"Kenapa? Bukankah anda tidak menginginkan pernikahan ini dan anda juga sangat membenci saya?"

'Kamu benar Alya. Aku memang sangat membenci kamu. Maka dari itu aku tidak akan pernah melepaskan mu begitu saja, sebelum aku lihat kamu menderita. Asal kamu tahu, aku senang saat melihat kamu menangis seperti tadi, saat kamu kehilangan ibumu."

Dadaku sesak mendengar ucapan tuan Abimanyu. Aku tidak menyangka dia mampu mengatakan hal yang menyakitkan itu.Tuan Abimanyu yang baik dan sopan, menjelma menjadi iblis yang menakutkan. Rasa kagum yang aku rasakan, berubah menjadi kebencian yang begitu besar.

"Jika anda pikir hanya anda yang bisa membenci, saya juga bisa jauh lebih membenci anda tuan. Semua ucapan yang keluar dari mulut anda, sangat menyakitkan saya. Saya bersumpah, suatu hari nanti anda akan merasakan apa yang saya rasakan saat ini, bahkan jauh lebih menyakitkan dari apa yang saya rasakan."

"Kamu menyumpahi ku? Kamu pikir aku takut Alya?"

"Saya tidak peduli apa yang anda pikirkan. Sekarang saya hanya mau kita bercerai."

"Sudah kubilang itu tidak akan terjadi."

"Kenapa anda tidak mau? Apa anda sudah sangat jatuh cinta pada saya tuan Abimanyu?." Aku tersenyum getir.

"Jatuh cinta sama kamu?. Cihhh.....itu tidak akan pernah terjadi. Kamu lihat diri kamu. Kamu tidak pantas denganku."

"Anda salah tuan. Bukan saya yang tidak pantas untuk anda, tapi anda yang tidak pantas untuk saya. Anda dan nona Tamara memang cocok. Kalian sama-sama iblis berkedok malaikat."

"Beraninya kau." Hardik Abimanyu, sambil melayangkan tangannya, hendak menamparku

"Anda mau menampar saya tuan? Ayo tampar saja, saya tidak takut. Sekalipun anda mau membunuh saya, saya tidak takut. Tamparan atau bahkan seribu pisau yang anda tusukkan kepada saya, tidak akan sebanding dengan rasa sakit hati yang saya rasakan selama ini."

"Baguslah kalau begitu. Memang itu yang aku inginkan. Mulai saat ini, aku akan lebih membuat kamu menderita."

"Oh ya...silahkan saja, saya tidak takut. Saya sudah terbiasa dengan kelakuan iblis seperti anda.Tapi saya tidak akan membuat anda merasa bahagia, dengan penderitaan saya.

Saya akan minta kepada bu Monika, agar dia mau mengabulkan permintaan saya untuk bercerai dengan anda." Ucapku lalu pergi.Tapi tuan Abimanyu mencekal tanganku.

"Mau kemana kamu. Kamu tidak boleh pergi menemui mamaku."

"Itu bukan urusan anda tuan. Anda tidak berhak melarang saya. Anda bukan suami saya dan saya bukan istri anda." Jawabku sambil melepaskan tanganku dari cengkraman tuan Abimanyu.

Aku merasa puas dan lega, setelah mengatakan semua unek-unek yang aku rasakan. Aku tidak tahu dari mana aku mendapatkan keberanian untuk melawan tuan Abimanyu, suamiku. Aku tahu aku sudah kurang ajar padanya.

Maafkan aku Tuhan. Aku tidak bermaksud menjadi istri durhaka. Aku hanya tidak mau terus-terusan disakiti olehnya.

Terpopuler

Comments

Fransiska Widyanti

Fransiska Widyanti

bagus ,nti kalo dia sdh mulai mencintaimu tinggalkan laki2 gak guna

2024-06-30

0

fitriani

fitriani

good very good alya lawan terus tuh suami durjana kelakuannya ngelebihin firaun😏😏😏😏😏

2023-07-30

1

Soraya

Soraya

sy suka wanita yang kuat💪

2023-04-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!