Bab 9

Pulang kerja aku langsung mandi. Setelah itu, masak untuk makan malamku. Abimanyu sepertinya belum pulang, aku langsung makan, karena sudah sangat kelaparan.

Jam 8 malam, Abimanyu belum pulang juga.

Aku masih menunggunya sambil menonton tv. Jam 9 malam, dia juga belum kelihatan, aku mulai sedikit cemas.

Apa? Cemas? Oh tidak mungkin aku mencemaskannya, bukankah aku membencinya?. Batinku.

...

Ceklek....suara pintu terbuka. Aku menoleh ke arah pintu ruang tamu, tidak ada siapapun disana.

Ternyata itu suara pintu kamar Abimanyu. Rupanya dia sudah pulang, dan ada di kamarnya dari tadi. Tapi kenapa aku tidak melihat mobilnya?.

Dia menuruni tangga sambil meringis dan memegangi perutnya. Wajahnya sangat pucat. Dia menghampiriku dan duduk di sofa.

Tumben dia mau duduk di sebelahku.

"Tolong kamu beliin obat diare. Aku bolak-balik ke toilet dari tadi." Pintanya sambil meringis dan menyerahkan uang lembaran berwarna merah.

Pantes aja dia deketin aku, ternyata ada maunya.

Aku segera pergi ke mini market yang ada di komplek, membeli obat yang dia minta. Aku ingin menyuruhnya ke dokter saja, tapi aku tidak mengatakannya.

Saat aku kembali, dia masih ada di sofa. Aku langsung memberikan obat itu. Aku merasa kasihan melihatnya meringis kesakitan, seperti orang yang mau melahirkan. Aku berniat akan masuk ke kamar, tapi perikemanusiaanku seperti terpanggil untuk menolongnya.

"Sebaiknya anda makan dulu, sebelum minum obatnya." Kalimat itu tiba-tiba saja keluar dari mulutku. Dia hanya diam, sudah kuduga.

"Kamu bisa ambilkan makanan untukku?" Ucapnya pelan

"Bisa. Saya bisa pesankan anda makanan sekarang."

"Tidak perlu. Kelamaan kalau pesen di luar."

"Tapi, apa anda yakin mau makan masakan saya?."

"Gapapa, yang penting aku makan." Sahutnya lemah.

Aku segera mengambil sepiring nasi dengan ayam goreng dan tempe bacem. Karena hanya itu yang ada. Tuan Abimanyu pun makan dan habis.

Serius lho? Habis? Orang sakit, tapi makannya doyan amat !! Kataku dalam hati.

Dia meminum obatnya, dan kembali berbaring di sofa, aku jadi serba salah. Satu sisi aku ingin pergi, disisi lain aku tidak tega. Abimanyu kembali meringis, dan pergi ke toilet yang ada di dapur. Tiga kali ia bolak-balik ke toilet.

"Mungkin anda salah makan".

"Entahlah...tapi aku nggak makan yang aneh-aneh."Jawabnya.

"Mungkin telat makan, dan masuk angin." Kataku sambil beranjak dari sofa, tapi dia mencekal tanganku.

"Mau kemana?." Dia bertanya padaku.

"Saya mau ambil minyak kayu putih dikamar."

"Minyak kayu putih? Untuk apa?."

"Untuk menggoreng ayam yang ada di kulkas."Jawabku asal bicara.

Aku mengambil kayu putih dan bawang merah. Aku berniat akan me-ngerok punggung tuan Abimanyu, dengan bawang merah dan kayu putih. Awalnya dia menolak karena tak mau badannya bau bawang.Tapi aku memaksanya, dan dia pun menurut.

Aku heran kenapa dia menuruti kata-kataku?. Kemana Abimanyu yang bengis dan kasar selama ini? Hanya karena sakit perut, dia berubah lembek dan penurut seperti ini.

Aku mulai mengoleskan kayu putih ke punggung sampai ke pinggangnya, lalu mengerok nya dengan bawang merah. Aku mengurut tulang punggungnya, sampai ia bersendawa cukup keras.

Aku ingin sekali tertawa mendengarnya, tapi aku menahan tawaku. Aku hanya tersenyum, tanpa sepengetahuannya, sambil terus mengurut tulang punggungnya.

Dan lagi....dia bersendawa lagi lebih keras dari sebelumnya. Dan....dutttt......Tuan Abimanyu yang begitu tampan, kentut dengan kerasnya. Aku ingin sekali tertawa. Aku hampir tidak bisa menahan tawaku.

Dia terkejut, dan langsung berdiri. Aku tahu dia pasti sangat malu. Seorang Abimanyu kentut di hadapanku, ini pasti sebuah aib untuknya.

"Nggak sengaja, maaf." Ucapnya. Lalu ia pergi ke kamarnya. Aku pun pergi ke kamarku, dan tawaku pecah disana. Aku menyalakan musik dari hp, agar tawaku tidak terdengar olehnya. "Ternyata begitu ya, bunyi kentut orang tampan." Gumamku sambil tertawa.

..

Abimanyu POV.

"Sialan. Kenapa aku harus kentut didepan Alya?. Ini perut sama pantat, malu-maluin gue aja. Dia pasti sedang menertawakan ku sekarang. Ahhh...sial."

Aku mengumpat di dalam kamarku, karena aku sungguh malu dengan kejadian tadi. Aku berbaring di kasurku, dan aku sudah merasa baikan, perutku sudah tidak mules, dan aku tidak bolak-balik lagi ke toilet.

Pinter juga dia. Kataku dalam hati.

Ada perasaan aneh, saat Alya mengurut punggungku. Aku merasa sangat nyaman dan menikmatinya.

Ayolah Abimanyu, jangan baper. Mungkin itu karena kamu sedang sakit, makanya kamu merasa nyaman, saat dia memijit kamu, jangan lebay.

Aku pun tidur nyenyak malam itu.

..........

Paginya, Abimanyu bangun dan berangkat lebih awal. Dia menyimpan lembaran uang di meja makan yang entah untuk apa. Alya yang akan memasak seperti biasanya, melihat uang itu, tapi tidak mengambilnya. Dia hanya memindahkan ke tengah dan menindih uang itu dengan gelas agar tidak kemana mana.

Sorenya, Abimanyu tiba lebih dulu daripada Alya. Dia melihat uang yang tadi ia simpan dimeja makan sudah tidak ada. Dia tersenyum, lalu masuk ke kamarnya untuk mandi, lalu berganti pakaian. Ia mengambil minum dan duduk dimeja makan.

Saat membuka tudung saji, dia melihat ada ayam goreng dan tempe bacem juga sayur sop. Tanpa pikir panjang, Abimanyu langsung menyantap makanan itu dengan lahap, padahal makanan itu tidak dihangatkan dulu, mungkin karena dia sangat lapar.

Selesai makan, Abimanyu kembali menutup makanan itu dengan tudung saji. Praang.... Dia terkejut saat tangannya tak sengaja menyenggol gelas yang dipakai Alya untuk menindih uang tadi. Gelas itu jatuh dan pecah.

Abimanyu kembali terkejut, saat dia tahu, ternyata uang itu masih ada disana. Ia pikir Alya sudah mengambilnya. Tadi pagi ia sengaja menyimpan uang itu, untuk Alya membeli bahan makanan. Abimanyu ingin menyerahkannya langsung, tapi dia malu.

Dia semakin malu sekarang, karena merasa telah memakan makanan yang dibeli oleh Alya, dari hasil keringat Alya sendiri. Secara tidak langsung, dia telah meminta makanan Alya, itulah yang dirasakannya saat ini.

Abimanyu langsung mencuci piring bekasnya makan, karena ia tidak mau ketahuan oleh Alya.

...

Malamnya.

Abimanyu duduk diruang tv, sambil menunggu Alya pulang. Dan tak lama kemudian yang ditunggu pun akhirnya datang, tapi Alya langsung masuk ke kamarnya, untuk membersihkan diri, karena badannya terasa sangat lengket. Sesudah mandi Alya sholat isya, dan langsung istirahat. Dia tidak keluar kamar untuk makan malam, karena tadi dia dan Evi sudah sempat makan dirumah makan Padang saat dalam perjalanan pulang.

Abimanyu menunggunya diruang tv. Dia berniat akan memberikan uang itu malam ini, tapi Alya tidak juga keluar dari kamarnya. Abimanyu memberanikan diri melangkah ke arah pintu kamar Alya. Dia mengangkat tangannya berniat mengetuk pintu itu, tapi ia ragu. Cukup lama ia berdiri disana, dengan tangan yang sudah hampir mengetuk pintu kamar Alya, hingga akhirnya dia urungkan niatnya dan pergi ke kamarnya.

..

Begitulah kehidupan mereka. Jarang ada percakapan diantara keduanya, hingga akhirnya Abimanyu pun merasa ragu untuk mengajak Alya bicara. Abimanyu merasa sudah tidak nyaman dengan situasi diantara mereka, yang saling mendiamkan satu sama lain, padahal mereka tinggal satu atap. Dunia terasa sempit baginya.

Bagaimanapun juga, mereka pasti akan butuh bantuan dari orang yang tinggal serumah. Seperti saat Abimanyu sakit, tetap saja dia meminta bantuan kepada Alya, bukan?

Terpopuler

Comments

Fransiska Widyanti

Fransiska Widyanti

awas ya Alya ingat omonganku jgn terima Abi

2024-06-30

0

Jumadin Adin

Jumadin Adin

makanya jgn sok tuan abimanyu

2022-04-08

1

@InunAnwar

@InunAnwar

emang ada bedanya Al, kentut orang tampan n org jelek??? 🤣🤣🤣

2022-04-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!