Penyesalan Abimanyu (Sandiwara Pernikahan)

Penyesalan Abimanyu (Sandiwara Pernikahan)

Prolog

Namaku Alya Safitri. Umurku 20 tahun. Aku lahir dan tinggal di kota kembang, Bandung. Namun sejak lulus SMU, atau tepatnya dua tahun yang lalu, aku pindah ke ibukota, tinggal bersama ibuku yang sudah lima belas tahun tinggal dan bekerja sebagai art, di rumah keluarga Mahendra.

Aku lahir dari keluarga kurang mampu. Ayah meninggal saat aku berumur 5 tahun. Sejak kepergian ayah, ibu terpaksa bekerja menjadi art di Jakarta, meninggalkanku bersama nenek dari ayahku. Namun saat aku kelas dua SMU, nenek juga pergi meninggalkanku untuk selama-lamanya.

Aku tidak memiliki saudara atau kerabat di Bandung. Ayahku anak satu-satunya. Sementara keluarga ibu, aku tidak pernah tahu dan tidak pernah mengenalnya. Aku hanya tahu, kalau ibuku berasal dari Sumedang.

Menurut kabar yang aku dengar, pernikahan ayah dan ibu dulu, tidak direstui oleh keluarga ibuku. Hingga ibu memutuskan kabur. Dan yang menjadi wali nikahnya saat itu, adalah kakak laki-lakinya, yang sudah lebih dulu kabur dari rumah kakek dan nenekku. Namun tak lama kemudian sang kakak meninggal karena kecelakaan.

Seingatku, aku memiliki seorang kakak.Tapi semenjak kepergian Ayah, aku tidak pernah lagi bertemu denganya. Kata nenekku dia pergi, tapi aku tidak tahu dia pergi kemana,dan aku juga tidak pernah menanyakannya.

Selama bekerja, ibu jarang pulang ke Bandung .Tapi ia selalu mengirimi kami uang setiap bulannya. Aku selalu mengunjunginya, saat aku libur sekolah.

Sejak SMP, aku sudah belajar mencari uang tambahan, dengan berjualan online. Aku menjadi reseller sebuah toko di Bandung yang menjual berbagai macam produk, seperti baju, sepatu, tas, kacamata, softcase hp, softlens dan yang lainya.

Awalnya hanya beberapa teman-temanku yang menjadi konsumenku, tapi lama-lama konsumenku bertambah banyak. Apalagi aku sering menawarkan barang daganganku di media sosial. Sepuluh dua puluh ribu, dari hasil jualanku, aku tabung sampai sekarang.

Kini aku tinggal bersama ibuku, dirumah keluarga Mahendra. Awalnya aku ragu, namun karena ibu memaksa dengan alasan khawatir padaku, akhirnya aku pun setuju. Apalagi keluarga Mahendra sangat baik. Aku merasa betah tinggal disana. Rumahku aku kontrakan kepada tetanggaku di Bandung.

Ibu Monika sang pemilik rumah, adalah wanita yang sangat baik. Dia memperlakukanku seperti anak kandungnya sendiri. Dia bahkan mencarikanku pekerjaan. Aku memang tinggal dirumahnya, tapi aku tidak bekerja disana. Aku menjadi seorang pelayan disebuah restoran, yang pemiliknya adalah teman bu Monika.

Sehari-hari, bu Monika merawat suaminya yang sakit. Sudah lima tahun dia terkena gejala stroke, dan harus duduk di kursi roda.

Bu Monika memiliki dua orang anak. Anak pertama mereka bernama Anisa Jingga Mahendra,(31tahun) seorang dokter yang mempunyai sepasang anak kembar yang sangat lucu, bernama Alif,dan Alifa, berumur 4 tahun.

Mbak Nisa, begitu panggilan akrabnya, dia adalah seorang janda. Menurut cerita bi Sari (salah satu art disana)mbak Anisa bercerai gara-gara suaminya berselingkuh.

Anak kedua bu Monika bernama Abimanyu Biru Mahendra(27tahun)CEO muda pengganti pak Mahendra. Dialah yang menggantikan posisi pak Mahendra, setelah pak Mahendra sakit.

Tuan Abimanyu sangat baik dan ramah. Selain itu, dia juga sangat tampan. Aku juga sempat mengagumi ketampanannya. Dia memiliki seorang kekasih yang sangat cantik bernama Tamara, yang kebetulan adalah sekretarisnya.

Mereka berdua sangat cocok.Tapi entah mengapa, bu Monika tidak pernah menyukai nona Tamara, apalagi merestui hubungan mereka..Berkali-kali tuan Abimanyu meminta restu pada bu Monika untuk menikahi kekasihnya, namun ibu Monika tidak memberikannya. Bahkan bu Monika meminta tuan Abimanyu untuk memecatnya.

Belakangan ini, aku sering melihat nona Tamara direstoran tampatku bekerja bersama pria lain. Awalnya aku fikir lelaki itu adalah kakaknya atau saudaranya. Namun mereka terlihat selalu mesra seperti sepasang kekasih. Dan benar saja, dia memanggil lelaki itu dengan sebutan"honey".

Aku tahu mereka memang sepasang kekasih. Mungkin nona Tamara dan tuan Abimanyu sudah putus, fikirku. Namun ternyata aku salah, tuan Abimanyu dan nona Tamara masih berhubungan. Sejak saat itu, aku pun mulai berfikir buruk kepada nona Tamara.

.............

Setiap hari sebelum berangkat kerja, aku selalu membantu ibu menyiapkan sarapan, atau membantu bi Sari membereskan rumah. Walaupun bu Monika melarangku, aku tetap melakukannya. Aku malu kalau hanya numpang makan dan tidur disana tanpa melakukan sesuatu.

Hari-hari berganti, kesehatan ibu mulai terganggu, dia sering sakit-sakittan dan pergi berobat. Dokter melakukan beberapa tes dan pemeriksaan kepadanya. Aku sungguh shock, saat dokter mengatakan kalau ibu mengidap kanker serviks stadium 3. Aku berusaha mengobati ibu semampuku, agar dia bisa sembuh.

Ibu menjalani kemoterapi selama hampir tiga bulan. Selain itu, aku juga membawanya berobat ke pengobatan alternatif. Obat-obattan herbal yang aku lihat di internet pun, aku beli, walau harus menghabiskan gaji dan uang tabunganku. Bahkan uang hasil kontrakan rumahku pun habis terpakai untuk berobat ibu. Aku tidak peduli, yang penting ibuku bisa sembuh.

Dan akhirnya ibu dinyatakan sembuh. Aku sangat bersyukur dan sangat bahagia, karena usahaku tidak sia-sia. Aku berniat membawa ibuku pulang ke Bandung. Aku tidak mau ibu kembali bekerja. Namun ibu Monika melarang kami. Dia menyuruh kami tetap tinggal dirumahnya, dan kata bu Monika, ibu tidak perlu bekerja lagi dirumahnya.

Walaupun malu, aku pun menyetujuinya. Lagi pula setelah aku fikir-fikir, kalaupun kami pulang ke Bandung, aku tidak tahu akan tinggal dimana. Rumahku sudah aku kontrakan untuk tiga tahun, dan sekarang baru berjalan 2 tahun 4 bulan. Kalaupun aku ngontrak, aku sudah tidak punya uang lagi.

"Lebih baik kamu tinggal disini, kalau kamu pulang ke Bandung, kamu harus mencari pekerjaan baru Alya. Dan kamu tetap tidak akan bisa mengawasi ibu kamu. Tapi kalau kamu tinggal disini, ada bi Sari yang akan menemani ibu kamu." Saran bu Monika.

Dan apa yang dikatakan bu Monika memang benar.

Dua bulan kemudian, kesehatan ibu kembali menurun. Dokter mengatakan kalau kanker itu kembali menyerang ibu, dan kali ini keadaanya lebih parah dari sebelumnya. Aku sempat memarahi dokter, karena waktu itu dokter mengatakan kalau ibuku sudah sembuh, tapi kenapa keadaanya sekarang malah semakin parah.

Ibu Monika menenangkanku. Dia berjanji padaku, akan membiayai semua pengobatan bu Rahmi, ibuku, yang tentu saja tidak murah.

Aku senang mendengarnya dan berharap semoga ibu bisa benar-benar sembuh.

Ibu kembali menjalani serangkaian perobatan dirumah sakit. Aku tidak tahu harus berkata apa pada bu Monika yang telah membiayai pengobatan ibu. Hanya terima kasih saja, tentunya tidak akan cukup untuk membalas kebaikannya. Aku heran kenapa ada orang sebaik bu Monika, di ibukota yang katanya lebih kejam dari ibu tiri itu.

"Saya sangat berterima kasih pada ibu.

Walau saya tahu, ucapan terima kasih saja tidak akan cukup untuk membalas kebaikan bu Monika. Saya tidak tahu bagaimana caranya saya membalas kebaikan bu Monika."

Dia tersenyum kepadaku, lalu berkata: "Kamu benar Alya. Ucapan terima kasih saja tidak akan cukup untuk membalas apa yang sudah saya lakukan untuk kamu."

Aku terkejut mendengar ucapannya. Aku tidak tahu mengapa dia bicara seperti itu.

Terpopuler

Comments

Fransiska Widyanti

Fransiska Widyanti

baru mampir nih author 😊

2024-06-30

0

Soraya

Soraya

permisi numpang duduk dl ya kak

2023-04-29

1

Anisatul Azizah

Anisatul Azizah

hadir thor... waaah pasti bu Monika mau jodohin sm Abi

2022-04-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!