Paginya, seperti biasa setelah sholat subuh, aku membersihkan rumah, sambil mencuci pakaian. Setelah itu menyiapkan sarapan, lalu mandi, dan bersiap-siap. Aku lihat uang di meja makan masih ada, dan kelihatannya jumlahnya bertambah.
Ini uang kok jadi banyak, apa mereka berkembang biak semalam?. Gumamku dalam hati.Aku tidak menyentuh uang itu, hingga akhirnya aku berangkat.
Sesampainya di kantor, aku kembali membersihkan ruangan pak Rama. Aku tidak tahu kenapa belakangan ini pak Rama selalu datang lebih awal, padahal hari ini aku sengaja datang lebih awal agar saat dia datang aku sudah selesai membersihkan ruangannya, pikirku. Tapi tetap saja, dia datang saat aku masih membersihkan ruangannya, hingga orang-orang di kantor mulai menggosipkan kami. Mereka bilang pak Rama menyukaiku, padahal itu sangat tidak mungkin. Aku tahu pak Rama memang baik kepada semua karyawannya, tak terkecuali kepadaku.
.........
Hari ini gajian pertamaku. Aku dan Evi sepakat akan makan di sebuah restoran Korea yang sudah lama kami rencanakan. Kami tahu harga makanan disana cukup mahal untuk orang berpenghasilan kecil seperti kami.Tapi nggak apa-apa lah, sekali-sekali manjain lidah dan perut sendiri.
Kami berdua sangat menikmati makan malam mahal kami malam itu. Aku sudah selesai dengan makananku, tapi Evi masih menikmati makanannya dengan santai.
Aku terkejut saat mataku tak sengaja melihat nona Tamara ada di restoran ini. Aku pura-pura tidak melihatnya, tapi ternyata dia melihatku, dan menghampiriku, tapi aku mengacuhkannya.
"Waah-waah hebat ya, orang miskin naik kelas, makan di restoran mahal kayak gini. Dapet uang dari mana kamu?.Jangan-jangan nyolong duitnya Abimanyu lagi." Tukasnya.
Aku menoleh ke arah nona Tamara, tapi aku tidak mempedulikannya, aku lebih memilih meminum jus ku. Melihat aku yang mengacuhkannya, nona Tamara terlihat kesal.
"Hey anak babu!! Kamu dengerin aku?. Aku ngomong sama kamu."
Aku tetap mengacuhkannya. Dan dia terlihat semakin kesal. Laki-laki yang bersamanya menghampiri, sepertinya dia mengajak nona Tamara pergi.
"Bentar honey, aku masih ada perlu sama dia. Kamu duluan yah." Ucap Tamara pada lelaki itu. Dan lelaki itu keluar lebih dulu.
"Hey anak babu!! Kamu tadi lihat aku sama laki-laki itu, kan? Awas ya, kalau sampai kamu ngadu sama Abimanyu." Ancamnya.
"Apa maksud nona? Saya tidak mengerti." Jawabku cuek
"Jangan pura-pura kamu."
"Maaf nona Tamara, saya disini lagi makan, bukan ngeliatin anda. Lagi pula kenapa saya harus ngadu sama tuan Abimanyu? Apapun yang nona lakukan, bukan urusan saya. Saya tidak peduli dengan anda, ataupun tuan Abimanyu." Jawabku.
"Berani kamu sekarang. Dengar, kalau sampai kamu ngadu, aku akan buat perhitungan sama kamu, ingat itu." Ancamnya, lalu pergi.
"Siapa sih Al?." Tanya Evi.
"Biasa hello Kity."
"Hello Kity?."
"Iya...hello Kity. Mainan om-om." Jawabku.
"hahaaa, bisa aja kamu Al. Kamu kenal dia?. Kenapa dia ngancem kamu?."
"Biasa lah, kalau tukang menyeleweng ketauan. Dia takut aku ngadu sama pacarnya. Padahal bodo amat deh, bukan urusanku. Nggak ada untungnya juga kan kalau aku ngadu? Nggak akan ada yang ngasih aku hadiah."
"Lalu, siapa Abimanyu.?." Tanya Evi.
"Dia..........dia anaknya Arjuna."Jawabku asal. Udah ah jangan ngomongin orang yang nggak penting, mending kamu cepet habisin makanan kamu Vi. Udah malem."
"Nyantai aja kali. Aku masih ingin menikmati makanan mahal ini. Jarang-jarang kan kita makan enak. Lagian besok libur kan?."
Aku hanya tersenyum mendengar ucapan Evi.
Yang kamu katakan benar Vi.Tapi kamu nggak tahu statusku sebenarnya. Aku sudah menikah Vi, walaupun suamiku tidak mencintai dan menganggap aku istrinya.Tetap saja, aku tidak enak, kalau pulang terlalu malam. Batinku.
"Enak ya kalau jadi orang kaya, bisa makan enak tiap hari." Ucap Evi.
"Aku nggak tahu Vi. Aku belum pernah jadi orang kaya." Jawabku. Evi tertawa mendengar jawabanku.
"Oh ya Al, seandainya kamu jadi orang kaya, kamu mau kan tetep berteman sama aku?"
"Ya nggak mau lah. Kalau aku kaya, mana mungkin aku mau temenan sama kamu.Yang ada nanti, kamu minta aku traktir kamu makan enak terus." Candaku.
"Ah...kamu." Jawab Evi, lalu kami tertawa.
"Bahagia banget kayaknya." Suara seorang lelaki menghentikan tawa kami. Kami menoleh ke pemilik suara itu.
"Pak Rama." Ucap kami serempak.
"Boleh saya bergabung?"
"Tentu...silahkan pak." Jawab Evi. Pak Rama lalu duduk di kursi kosong yang ada di depanku. Aku dan Evi saling pandang, tak menyangka pak Rama ada di restoran ini, dan dia benar-benar duduk semeja bersama kami.
"Kalian sering makan disini?." Tanya pak Rama.
"Enggak pak, kami baru pertama kali makan disini?." Jawabku jujur.
"Ohhh.. Apa kalian sudah selesai makan?" Tanyanya.
"Sudah pak. Ini kami mau pulang."Jawabku.
"Ya sudah kalian pulanglah.Tidak baik anak gadis pulang terlalu malam." Kata Pak Rama lagi.
Aku pergi ke kasir, Evi masih di meja bersama pak Rama. Saat aku hendak membayar, tiba-tiba pak Rama menghampiri dan melarang ku untuk membayar. Aku tetap menyerahkan uang ke kasir, tapi kasir itu tidak menerimanya, karena pak Rama melarangnya menerima uangku.
Tiba-tiba seorang laki-laki menghampiri kami. Sepertinya dia manager restoran disana. Dia menyapa pak Rama dengan hormat dan sangat sopan. Mereka berdua berbincang.
Aku kembali menyerahkan uang itu pada kasir, tapi dia tetap menolak.
"Sudahlah kak!!, Saya nggak mungkin membantah perintah pak Rama." Ujar sang kasir.
"Kenapa?." Tanyaku
"Dia bos saya."
"Apa? Maksud mbak, pak Rama....."
"Iya...pak Rama bos saya, dia pemilik restoran ini."
Aku terkejut saat mendengar ucapan kasir itu. Aku tidak menyangka, ternyata pak Rama adalah pemilik restoran ini. Aku ingin berterimakasih padanya, tapi pak Rama masih berbincang dengan sang manager. Aku pun pergi dari restoran itu, karena hari sudah semakin malam.
Aku menceritakan semuanya pada Evi, saat aku menolak uang darinya, karena tadinya aku yang membayar dulu semua makanan kami. Dia sama terkejutnya denganku.
"Aku nggak nyangka, kalau pak Rama pemilik restoran itu. Nggak kebayang ya Al, segi mana banyaknya uang yang dimiliki pak Rama." Ucap Evi.
"Iya... kamu bener Vi. Tapi mending nggak usah dibayangin." Jawabku.
"Oh ya Al, menurutku pak Rama suka sama kamu ."
"Jangan ngarang deh Vi, nggak mungkin itu."
"Nggak ada yang gak mungkin didunia ini Al, termasuk rasa suka pak Rama sama kamu."
"Itu nggak mungkin. Aku yakin."
"Tapi, kalau dia beneran suka sama kamu, gimana Al? Kamu mau terima dia?."
"Hahaha....jangan menghayal Vi. Kamu lihat dan tahu sendiri kan siapa pak Rama itu. Dia nggak mungkin suka sama gadis dari kalangan bawah kayak kita. Udah ah jangan bahas ini lagi." Jawabku
.............
Aku sampai dirumah hampir jam 9.00 malam. Keterlaluan memang, untuk seorang yang sudah berstatus sebagai istri. Tapi aku berusaha tidak mempedulikan itu, walau hati kecilku sedikit merasa bersalah.
Aku lihat Abimanyu sedang menonton tv. Entah kenapa malam itu, aku merasa kalau Abimanyu sedang menungguku.
Jangan kepedean Alya. Batinku.
Dia menatapku, tapi tidak mengatakan apa-apa. Ada perasaan tidak enak dalam hatiku, karena aku pulang terlalu malam.
Kenapa aku harus merasa nggak enak? Dia kan tidak peduli pada apapun yang kulakukan. Dia juga selalu seenaknya, bahkan membawa kekasihnya ke rumah ini.
Aku melewatinya begitu saja, hendak masuk kamarku. Aku sudah memegang handle pintu kamarku, namun tiba-tiba Abimanyu memanggilku.
Tbc☘️
.
.
.
Anggap saja ini Alya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Fransiska Widyanti
gak usah ngurusin Abi ya
2024-06-30
0
Jumadin Adin
visual alya cocok sesuai dg karakternya
2022-04-08
1
@InunAnwar
itu uang tuyul 😅😅
2022-04-07
1