Ada yang tahu gimana cara jinakin laki yang lagi pundung?
Gue bingung, makin gue coba malah makin bertengkar kita.
"Ini kenapa jasnya dibuang-buang sih?" tanya gue mendapati jas pemberian gue udah tergeletak di lantai. Padahal biasanya Kai tuh paling rapi kalau di rumah.
"Gatel pake baju yang sama kayak galon air" jawabnya dengan bibir mengerucut.
"Galvin namanya... bukan galon air." gue memperjelas.
"Suka-suka dong, lagian kamu juga beliinya suka-suka. Dikasihnya ke siapa juga suka-suka kamu."
"Kamu kenapa sih? Emang masalah kalau aku beliin asisten aku, kan aku cuma mau berterima kasih dia udah banyak bantu aku"
"Nggak sekalian itu beliin buat mantan kamu, siapa tadi namanya, Mahes?"
Ups, kebawa-bawa deh nama mantan terindah gue dulu. Ya abis dia itu mantan gue yang paling lama pacarannya. Orangnya gentle banget, pengertian, romantis, baik, dan paling sayang sama gue dibanding mantan-mantan gue yang lain. Tapi sejak kita LDR, jadi jarang ketemu, jarang komunikasi, akhirnya putus deh.
"Atau si Rafael itu sekalian. O iya, kalau dia kayaknya nggak cukup cuma dikasih jas." lanjut Kai menyulut amarah gue.
"Maksud kamu apa?"
"Udah ngasih apa aja kamu sama dia? Tubuh kamu?"
Oke gue bener-bener marah.
"Jadi kamu anggap aku serendah itu?"
"Terus apa? Sama pacar udah kelewat batas kayak gitu, tapi sama suami disentuh aja nggak mau."
Gue diem. Separuh hati gue menyadari kebenaran perkataan dia. Gue nggak berani natap mata Kai. Bener-bener serem dia kalau lagi marah kek gini.
"Jawab Klee. Udah ngasih apa aja kamu sama dia?"
Fix, kalau dia udah panggil nama gue kayak gini berarti dia bener-bener marah.
"Klee..!" Kai meninggikan suaranya bikin gue makin gugup.
Dia melangkah maju membuat gue semakin mundur.
"Dia udah sentuh kamu di mana aja? Hm?" bisa gue rasakan tubuhnya yang semakin mendekat.
"Jawab Klee...!" Kai setengah membentak membuat gue makin takut. Gue kehilangan kata-kata, nggak tahu harus jawab gimana.
"Kenapa diem aja? Jadi bener kamu udah kasih tubuh kamu ke dia?" Gue bisa rasain ada nada kekecewaan di sana.
"Oke kalau kamu nggak mau ngomong biar aku cari tahu sendiri." ucapnya sebelum menarik dan menjatuhkan gue ke kasur. Gaun gue dirobek paksa. Mulutnya menginvasi perpotongan leher gue, menciumnya, mengigitnya, dan terkadang menariknya dengan gigi, meninggalkan beberapa tanda merah di sana. Gue mencoba melawan, tapi percuma. Kai jauh lebih kuat dari gue.
"Masss.... ngh... jangan...eungh... lepas"
Kai berhenti sejenak, kemudian menatap gue. "Kenapa? Kamu nggak mau? Jadi kamu mau-mau aja ngelakuin sama mantan pacar kamu tapi enggak sama suami kamu sendiri?"
"Aku nggak cinta sama kamu.." kata-kata itu keluar begitu saja dari mulut gue membuatnya Kai sedikit terhenyak. Dia mengambil nafas dalam sambil menutup matanya, mencoba menahan segala emosi yang membuncah di dadanya.
Begitu membuka mata, Kai menatap gue dalam dan berkata, "Kalau gitu biarin aku buat kamu cinta sama aku." Kemudian dia mencium gue dalam, membiarkan bibirnya menempel di bibir gue, cukup lama sebelum dia mulai menggerakkan bibirnya, melumat gue lembut, bergantian atas bawah. Nggak, gue nggak boleh terlena. Dengan segenap kekuatan yang gue miliki, gue dorong dadanya menjauh. "Nggak... jangan...." ucap gue terengah, berusaha mencari udara untuk menyambung nafas gue.
"Ssstttt.... it's okay baby" dengan lembut Kai mencoba menenangkan gue. Sekarang ciumannya pindah ke pipi gue.
"Jangan..." gue masih berusaha melepas diri.
"Tapi kamu udah janji sayang" bisiknya lembut sebelum melumat telinga gue, membuat gue terkesiap dengan sensasinya. Tangannya yang tadi merengkuh gue dengan kuat perlahan bergerak menuju lengan gue, mengelusnya perlahan memberikan gue kenyamanan.
"Just relax baby. I won't hurt you."
Tangan Kai menarik tali bra gue dan menurunkan cupnya. Rasa dingin menyapu payudara gue yang kini berkontak langsung dengan udara. Kai menggerakkan tangannya melingkar di sekitar bukit kembar gue itu, sesekali jarinya menyentuh ** gue, membuat gue mengerang lirih. Lidahnya dengan lihat memainkan daun telinga gue. Memberikan kecupan kecil hingga turun menuju leher gue.
Seperti tersihir, gue berhenti melawan. Gue melenguh saat telapak tangannya yang kekar meremas payudara gue. Bibirnya menyapu atas payudara gue hingga sampai ke ** gue. Satu teriakan kecil lepas dari bibir gue saat mulut Kai tiba-tiba menggigit ujung payudara gue , menariknya, dan memainkannya dengan lidah.
Gue langsung blank. Seluruh tubuh dan pikiran gue dikendalikan oleh sebuah sensasi luar biasa yang nggak sanggup gue bendung. Dapat gue rasakan bagian bawah tubuh gue ikut berkedut. Perlahan tangan Kai turun ke bawah, mengelus perut gue yang rata sementara mulutnya masih beraksi di payudara gue. Jari-jarinya menerobos masuk ke dalam celana dalam gue, menangkup daging yang tersembunyi di dalamnya. Kai menggerak-gerakkan tangannya ke atas bawah sementara ibu jarinya berputar-putar di tonjolan kecil di atas bibir ** gue.
Gue mendesah, menggigit bibir bagian bawah gue menahan sensasinya. Mata gue terpejam ketika gue rasakan bibir Kai berpindah dari ** gue menuju bibir gue, mengulumnya lembut sebelum melesakkan lidahnya ke dalam mulut gue.
Satu jari Kai perlahan masuk ke dalam lubang gue, membuat gue meringis sakit. Tapi rasa sakit itu perlahan menghilang setelah Kai menggerakan jarinya. Perlahan pada awalnya namun kemudian bertambah cepat.
"Enghh... nghhh... ngghhhh..." gue melenguh di dalam mulut Kai. Tidak berlama-lama, Kai meninggalkan mulut gue, memberikan kecupan-kecupan kecil menuruni leher gue, dada gue, perut gue, hingga kini dia sudah berada di depan kewanitaan gue. Dikecupnya lembut paha dalam gue, membuat inti gue semakin gatal. Setelah menurunkan celana dalam gue, dia mengirup dalam aroma kewanitaan gue sebelum bibirnya bertemu dengan bibir bawah gue, mengirimkan kenikmatan yang membuat gue melempar kepala gue ke belakang. Apalagi saat lidahnya mulai bergerak keluar masuk, pinggang gue terangkat, memberikan Kai akses lebih untuk menjamah kewanitaan gue. Paha gue menjepit kepalanya, menariknya semakin dalam ke lubang kenikmatan gue.
"Aahhh... Maaasss.. eungghhh... ahhh..."
Kenikmatan ini terlalu berlebihan. Mulutnya mengobrak-abrik pertahanan gue dibawah sana. Benda lunak yang keluar masuk lubang gue itu semakin membuat bagian bawah gue terasa basah. Belum lagi mulunya yang menghisap-hisap klitoris gue. Gelombang kenikmatan sudah berkumpul di perut gue. Tangan gue meremas sprei, pinggang gue terangkat, dan tepat saat Kai mengigit pusat kenikmatan gue, gue keluar dengan derasnya.
"Kaiiiiiiiiihh.... aaaahhhhhhh"
Cairan gue turun mengalir melewati paha dalam gue. Beberapa menetes ke atas sprei. Dada gue naik turun, masih berusaha kembali ke kesadaran gue setelah terbang ke puncak kenikmatan. Di bawah sana Kai menjilat habis sisa-sisa kenikmatan gue. Setelah itu dia menempelkan bibirnya ke bibir gue, membiarkan gue mencicipi rasa gue sendiri. Gue balas melumatnya. Tangan gue mengalung di lehernya, menariknya lebih dekat.
Sekarang kita sudah sama-sama telanjang. Entah sejak kapan Kai melucuti pakaiannya sendiri. Tubuhnya yang kekar itu mengurung tubuh gue di bawahnya, sementara kejantanannya yang keras menggesek-gesek kewanitaan gue. "Emmphhhh" gue terus mengerang merasakan ** gue terbakar. Ujung batangnya bergerak di sekitar lubang gue, mencari celah untuk masuk. Menyadari hal itu gue menegang, miliknya yang besar meregangkan celah gue, menimbulkan rasa sakit yang luar biasa. Mulut gue terbuka, mata gue membelalak.
Sakit.
Ini terlalu sakit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
dalla.dalla
🤣🤣🤣🤣
2023-07-17
0
Tania Indah Purnama
tahan nafas 😌 tapi ketagihan bacanya hehe
2022-06-29
1
༄༅⃟𝐐Dwi Kartikasari🐢
segelnya bisa kebuka g ya...
🤭🤭🤭
2021-07-29
1