Selangkangan gue sakit banget. Nggak nyangka gue kalau lepas perawan bakal sesakit ini. Gue pernah denger sih kalau selaput dara robek itu sakitnya bukan main. Dan ternyata emang bener, sampai-sampai gue nggak kuat jalan sekarang.
Emang bener ya jadi cewek itu serba sakit. Waktu mens sakit, diperawanin sakit, ngelahirin apalagi. Berbagai macam rasa sakit bisa dihadapi cewek. Jadi harusnya yang mendapat predikat makhluk terkuat itu cewek, bukan cowok. Cowok mah luarnya aja kuat, ketendang itunya juga K.O. Jadi jangan macem-macem sama cewek.
Suami gue lagi mandi, gue yang nggak kuat jalan kemana-mana cuma selonjoran di atas sofa, menikmati kopi pagi gue dan dua iris croissant sebagai pengganjal perut. Gue laper banget, pergulatan gue semalem bener-bener menguras energi. Sambil mengunyah parsley asal Prancis itu gue mengedarkan pandangan ke sekeliling kamar. Setitik noda merah di atas sprei tiba-tiba tertangkap indera pengelihatan gue, bukti penyerahan kegadisan gue teruntuk suami gue seorang.
Kejadian semalam terputar di memori gue. Bagimana deru nafas panasnya menerpa setiap lekuk tubuh gue, bagaimana jantannya dia mendobrak masuk benteng pertahanan gue, dan bagaimana dasyatnya ledakkan gairahnya di dalam diri gue. Jujur saja, aktivitas semalam cukup melelahkan bagi pemula kayak gue. Makanya sekarang selangkangan gue sakit banget. Sumpah, suami gue buas banget semalem. Tapi buas-buas gitu dia tetep perkasa. He he..
Kan... jadi pengen lagi. Ini kenapa suami gue lama banget mandinya. Gue susulin aja kali ya...
***
Gue duduk bersedekap di depan meja kerja Om Yudha yang kini sedang fokus mencermati grafik pencapaian kerja gue.
"Not bad" komentarnya yang gue tanggapi dengan senyum sinis.
"Jadi?" kedua alis gue terangkat.
Om Yudha mengalihkan perhatiannya dari dokumen-dokumen itu ke wajah gue, "Just keep working as always, Klee"
Gue berdecak, "Ini udah tujuh bulan Om. Dan Om lihat sendiri kan gimana aku naikin profit perusahan? Sampai kapan aku harus terus stuck di posisi ini? Atau Om emang sengaja ya?"
Masih dengan tatapan tenangnya Om Yudha menanggapi, "Kamu pikir dunia kerja main-main Klee? Hanya dengan pengalaman tujuh bulan kamu pikir kamu udah paham segalanya?"
"Kalau nggak di coba juga aku nggak akan berkembang Om" gue tetap kekeh pada pendirian gue.
"Fine, kalau itu yang kamu mau." Om Yudha mengambil sebuah map hijau dari tumpukan dokumen di meja kerjanya, kemudian menyerahkannya ke gue. "Proyek retail terbaru kita"
Gue mengkaji sekilas lembar demi lembarnya. Dahi gue berkerut, "Ini..."
"Iya. Di Macau" Om Yudha menjawab pertanyaan yang terbesit di benak gue. "Itu artinya kamu harus tinggal di sana untuk beberapa waktu, gimana Klee?"
"Never mind" jawab gue tanpa pikir panjang.
***
"Enggak" tegas Kai sekali lagi.
"Tapi ini cuma sebentar, Mas. Nanti kalau udah selesai aku balik lagi" gue masih mencoba menawar.
"Sebentar itu seberapa lama Klee? Satu hari? Satu minggu? Satu bulan? Apa satu tahun?"
Gue berhenti sejenak, "Ya nggak tahu. Tergantung proyeknya bisa selesai kapan."
"Tuh, kamu aja nggak yakin."
"Tapi ini penting banget buat karir aku, Mas. Om Yudha janji bakal promosiin aku kalau aku bisa goal-in proyek ini."
"Kamu nyadar nggak sih, kamu terlalu terobsesi kerja sampai-sampai nggak punya waktu buat aku. Tiap weekend kamu masih ngurusin kerjaan. Hampir tiap hari kamu pulang malem. Udah berapa kali kamu janji mau nemenin aku jenguk Umi di Malang tapi kamu batalin terus? Sekarang kamu mau pergi ke Macau yang nggak tahu kapan pulangnya?"
Gue terdiam merasa bersalah. Belakangan ini emang gue disibukkan banget dengan urusan kerjaan. Sampai-sampai gue nggak punya waktu untuk diri gue sendiri, apalagi untuk ngurusin Kai. Tapi tetep aja gue punya target yang harus gue capai.
Karena nggak mempan pakai omongan, gue rayu aja dia pakai cara lain. Gue gelendotan di pangkuannya, tangan gue merangkul lehernya dan gue sodorin aja payudara gue yang nongol separuh. Untung gue lagi pakai lingerie sexy gini.
"Mas..." nada suara gue buat semanja mungkin. "Kali ini aja... aku kan juga mau kejar passion aku.." gue pasang wajah cute dan memelas sekaligus.
"Passion? Apa kamu yakin ini passion kamu? Tiap hari kamu ngeluh, bawaanya marah-marah mulu kalau kerjaan lagi numpuk. Bahkan kamu bilang sendiri kalau kamu capek, kerjaannya berat. Sebenarnya kamu kerja siang malem kayak gini murni karena passion kamu atau cuma karena mau ambil alih perusahaan?"
Pertanyaan Kai simple banget sebenarnya, tapi entah kenapa gue ngerasa berat jawabnya. Jujur, kalau soal passion, gue nggak ada passion sama sekali di dunia kerja gue saat ini. Tapi gue terbebani tanggungjawab. Tanggungjawab gue sebagai anak satu-satunya Mama dan Papa, nggak mungkin gue biarin usaha keras bokap gue bertahun-tahun diambil gitu aja sama orang yang nggak tahu diri. Gue harus mempertahankan apa yang telah diperjuangkan oleh Papa selama ini. Ya, gue pikir alasan itu lebih dari cukup daripada hanya sekedar mengejar passion.
"Mas... please dong. Aku kan juga pengen menggali potensi aku. Masak stuck di sini-sini aja. Ya.. ya.. ya..." gue kulum-kulum daun telinganya dan gue gesek-gesek kejantanannya dengan pantat gue. Strategi combo untuk menjatuhkan pertahanan suami gue.
Kai diam sejenak, setengah berpikir setengahnya lagi menikmati service gue. Makin gue pepetin aja dia. Tangan gue mengelus-elus batangnya dari luar. Karena dia diem aja gue buka resletingnya lalu gue keluarin benda miliknya itu dari balik celananya.
"Mas..." bisik gue penuh rayuan di telinganya. Dapat gue lihat bola matanya menghitam. Nafasnya sedikit memberat. Dan tentu saja barang dia membesar di tangan gue.
Gue tempelin payudara gue ke dadanya. Gue hembusin nafas gue, menggelitik titik paling sensitif di lehernya.
Kai beranjak dari sofa yang dia duduki, menggendong gue dalam pelukannya dan membaringkan gue di atas ranjang dengan dia mengungkung tubuh gue di bawahnya.
"Satu kali ini, Klee. Mas kasih kamu satu kali kesempatan. Kalau proyek kamu gagal, atau kamu ngerasa nggak cocok sama pekerjaan ini di tengah jalan nanti, Mas mau kamu resign"
"Resign? Ya nggak bisa dong. Kalau aku resign nanti.."
Belum selesai gue protes udah di potong duluan sama Kai. "Kamu nggak usah khawatir tentang perusahaan. Nanti Mas yang gantiin kamu handle perusahaan."
"Tapi kerjaan Mas sendiri gimana?"
"Soal kerjaan Mas, nggak usah kamu pikirin. Mas bisa handle semuanya. Pokoknya kamu janji dulu, baru Mas ijinin"
"Ya udah deh.."
"Udah apa?"
"Aku janji sama Mas"
Sebuah senyuman terukir di bibir suami gue. "Nah gitu dong" pujinya.
Gue dorong tubuh Kai ke samping, membalikkan posisi kita. Kini gue duduk di atas perutnya. "Karena Mas udah kasih ijin, malem ini aku bakalan puasin Mas" goda gue penuh percaya diri.
"Masak sih? Coba gimana Mas mau liat" tantangnya.
Gue tersenyum licik. Oke, saatnya beraksi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Tania Indah Purnama
sekarang ital jadi genit yaaa tapi sukaaa 🌝
2022-06-29
2
HP CELL
wow hebat
2020-06-09
2
al - one ' 17
karakter ceweknya genit" gmn gtu, 😀 tp ama suwaminya se 😁
2020-01-15
4