Krystal POV
Sudah sebulan gue tinggal di sini, di apartemen laki-laki yang kini sudah sah menjadi suami gue. Oke, gue emang istrinya, tapi gue sama sekali tidak berperan sebagai istri sebagaimana mestinya. Mana ada istri yang bangun-bangun suami sudah siap dengan setelan jas kerjanya, rumah sudah bersih dan rapi, serta sarapan terhidang di meja. Awal-awal sih gue cuek aja, tapi lama-lama gue malu sendiri. Serasa ga berguna banget gue di sini, cuma numpang makan sama numpang tidur. Laki gue juga ga pernah protes. Dia biarin gue molor sepuasnya, dia juga yang masak, cuci piring, bersih-bersih rumah, dan cari duit. Berasa jadi anak Sultan.
Tapi lama-lama gue ngerasa nggak enak. Walaupun kita baru kenal, tapi dia memperlakukan gue dengan sangat baik. Dia nggak pernah maksa gue ini itu, dia penuhin semua kebutuhan gue, dan gue bebas pergi kemana aja gue mau asalkan tau tempat dan waktu.
Ya, kita emang tidur seranjang. Tapi dia belum pernah nyentuh gue. Dia juga nggak pernah bahas lagi soal pengen punya anak.Tapi gue jadi insecure sendiri, apa kah sebegitu tidak menariknya gue di mata dia sampai-sampai dia nggak pernah nyentuh gue. Pernah beberapa kali gue pake baju tidur yang tipis dan agak terbuka, segaja pengen tahu reaksi dia. Gue udah was-was pas dia buka kaosnya, eh ternyata dia malah punggungin gue dan tidur. Sialan!
Enggak, gue nggak kecewa kok, gue malah seneng dia nggak macem-macem sama gue. Iya bener. Waktu itu gue cuma ngetes aja kok, nggak berharap lebih. Suer.
Kalau di rumah suami gue itu sering banget telanjang dada, kalau enggak ya pakai kaos tanpa lengan. Apalagi kalau tidur, cuma koloran doang. Katanya sih gerah. Jujur aja ya, bodi suami gue itu euuh banget. Perutnya kotak-kotak, dadanya bidang, dan ototnya so perfect. Nggak heran sih dia rajin ngegym. Belum lagi tingginya yang proporsional dipadukan dengan warna kulitnya yang eksotis, bener-bener sexy.
Tapi apa yang salah sama gue. Gue cantik, bodi gue aduhai, dan umur gue masih muda. Terus apa yang bikin gue nggak dilirik sama dia. Apa karena gue pernah masuk rumah sakit jiwa, tapi dia sendiri tahu gue sebenarnya cuma trauma, nggak sampai gangguan jiwa. Atau karena gue kurang cantik di matanya. Jangan-jangan dia sudah punya cewek lain. Dia kan nikahin gue cuma karena ada maunya. Brengsek emang... kardus!
Eh, kenapa gue jadi marah-marah. Pernikahan ini kan cuma simbiosis mutualisme. Hmm, cuma ada dua kemungkinan kenapa dia nggak pernah nyentuh gue. Pertama, dia punya cewek lain. Kedua, dia bukan pejantan sejati. Gue harus cari tahu.
Karena gue pengen sekali-kali berguna bagi nusa dan bangsa, hari ini gue berinisiatif untuk masakin suami gue. Gini-gini gue masih punya malu kali, masak tiap hari cuma jadi benalu. Harga diri dong.
Masak itu tenyata nggak gampang. Gue baru tahu. Gue kira cuma tinggal potong-potong trus dimasukin. Tapi ini kenapa waktu gue goreng ayam malah minyak panasnya nyiprat kemana-mana, bikin gue lari sembunyi di bawah meja. Waktu gue motong sayur jari gue keiris dan mata gue perih gara-gara ngupas bawang, haduh serasa mau nyerah aja. Dan usaha gue nggak membuahkan hasil apa pun. Ayam gorengnya gosong, sayur nya asin banget, bener-bener pengen gue umpetin biar nggak ketahuan Kai. Malu banget lah.. Niatnya mau masakin tapi malah ngracunin. Gagal deh rencana gue buat masakin dia.
"Kamu ngapain Klee" suara Kai mengangetkan gue yang sedang khyusuk menatap hasil masakan gue. "Kamu masak?" lanjutnya membuat gue gelagapan. Duh, ketahuan kan. Lah ngapain dia jam segini sudah sampai rumah, biasanya lebih malem.
"Eh enggak.. enggak." Gue masih saja berkilah padahal sudah jelas terpampang kalau gue lagi masak. Dasar bodoh.
"Kamu laper ya? Biasanya kan pesen go food."
Sumpah gue malu banget. Jangan sampai dia tahu kalau sebenarnya gue mau masakin dia.
Gue ganti topik aja, "Kamu kenapa udah pulang?"
"Iya tadi client ada acara, jadi meetingnya dipercepat. Eh itu tangan kamu kenapa?" Kai buru-buru mengambil tangan gue, "Kamu kena pisau?" tanyanya memandang wajah gue.
Sebelum gue jawab, dia berbalik masuk ke ruang tengah, mencari-cari sesuatu di laci meja. Kemudian dia kembali dengan sekotak obat, menyuruh gue duduk di meja makan dan mengobati luka gue. Duh, kenapa dia perhatian banget sih sama gue. Gue kan jadi senyum-senyum gini. Oke, kontrol ekspresimu Klee. Dia cuma ngobatin luka kamu, jangan ke-geer-an deh.
"Besok lagi kalau laper pesen go food aja. Atau besok aku masakin sarapannya lebih banyak kali ya. Kamu tumben-tumben banget sih masak"
"Ya suka-suka gue lah" jawab gue ketus.
"Ya udah, kita makan yuk."
"Eh, mau makan apa?"
"Masakan kamu lah"
"Enggak.. enggak.. mana bisa ini dimakan. Kita pesen go food aja."
"Kamu kan udah capek-capek. Masak nggak dimakan."
"Tapi itu nggak enak"
"Biar aku lihat dulu"
Suami gue berjalan menuju dapur. Mencicip sebentar sup yang ada dipanci, lalu membuang sedikit kuahnya. Dia tambah beberapa gelas air, lalu memasukkan bumbu-bumbu yang gue nggak tau apa namanya. Yang jelas bukan MSG. Soalnya gue paling hapal gimana bentukan MSG.
Dia juga motong-motong ayam gorengnya, ngilangin bagian yang gosong. Kemudian dia taruh di atas piring. Selesai sudah masakan kolaborasi gue dan suami gue. Waktu gue cicipin rasanya hmmm jauh lebih baik dari masakan gue tadi. Suami gue emang bisa diandalkan.
Jujur suami gue ini ahli di berbagai bidang, ahli masak, ahli bersih-bersih rumah, ahli cari duit, kalau masalah ranjang ahli juga nggak ya. Eh, gue mikir apa sih.
"Klee.." Kai manggil gue
"Hm?"
"Jadi kapan kita bisa punya anak?"
"Huukk..huukk.." gue keselek.
"Hati-hati, ini minum dulu" dia nyodorin gue segelas air putih.
"Lo tapi bilang apa?" gue pura-pura nggak denger.
"Kita udah satu bulan menikah Klee. Kamu kapan siap punya anak?"
Gue speechless. Ga tau harus jawab gimana. Gue coba mengalihkan pembicaraan.
"Ini kenapa supnya jadi ga keasinan lagi. Lo tambahin apa?"
"Klee.. ga usah mengalihkan pembicaraan" tegas dia.
Oke gue serius sekarang.
"Kamu punya pacar?" gue tiba-tiba nanya dia.
"Hah? ya enggak lah. Kalau istri baru punya"
"Berapa?" tanya gue lagi menyebabkan Kai mengernyit bingung.
"Ya cuma satulah, kamu."
"Beneran?"
"Sumpah" ekpresi Kai meyakinkan banget.
"Kalau gue kasih lo anak gimana gue yakin kalau lo gak bakalan telantarin dia, bakal rawat dia baik-baik, bakal sayang sama dia. Gue nggak mau anak gue kurang suatu apapun. Kalau suatu saat ada cewek yang kamu suka, terus nggajak kamu nikah, terus kalian punya anak, gimana nasib anak gue?" jelas gue.
"Klee, aku kan udah nikah sama kamu. Mana mungkin aku cari cewek lagi"
"Ya bisa aja kan. Cowok tetep aja cowok. Ada cewek cantik dikit dilirik."
"Jadi kamu nggak percaya sama aku?"
"Emang" gue jawab enteng menyebabkan dia mengehela nafas dalam.
"Tapi kita udah sepakat kalau aku nikahin kamu, kamu bakal kasih aku anak."
Gue menelan ludah.
"Jadi kamu mau aku cerain?" tantang Kai.
Gue mati kutu. Berakhirlah riwayat gue kalau sampai dia ceraiin gue. Gue ga mau dimasukin ke rumah sakit jiwa lagi sama Om gue yang brengsek itu.
"Ini masalahnya anak Kai. Tanggung jawabnya besar." sekali lagi gue tegasin.
"Aku nggak main-main, Klee. Aku tahu dan aku mau pegang tanggung jawab itu seumur hidup aku. Aku janji bakalan sayang sama dia, bakalan ngerawat dia baik-baik, dan nggak akan nelanterin dia. Aku janji demi mendiang kakek kamu, Klee, aku nggak akan ngecewain kamu."
Ini kenapa jantung gue deg-degan gini sih denger Kai ngomong gitu, mana tatapan matanya adem banget, kalau gue es batu udah mecair sekarang. Tapi tunggu dulu Klee, lo nggak boleh percaya sama siapapun. Bisa aja kan dia cuma akting. Trust no one, and you will be safe.
"Oke, tapi gue punya satu permintaan."
Kai mengangkat alisnya penasaran.
"Gue mau perusahaan bokap gue yang sekarang dipegang Om gue."
Gue lihat dia mengernyit. Gue tahu ini permintaan yang sulit.
"Klee.." dia berkata pelan, "Sekarang kamu memang pemegang saham terbesar di perusahaan itu. Tapi itu bukan berarti jabatan CEO bisa kamu duduki dengan mudah. Pekerjaannya nggak gampang, tanggung jawabnya besar, dan ada ribuan karyawan yang menggantungkan hidupnya pada perusahaan itu. Aku tahu gimana sifat Om kamu, tapi kinerjanya bagus. Keuntungan perusahaan terus meningkat, dan dia juga berhasil merambah ke berbagai sektor. Di-" belum selesai Kai ngomong langsung gue sela, "Oh jadi kamu belain dia sekarang?" mata gue melotot.
"Enggak... bukan belain. Aku cuma mau kamu pikir-pikir lagi. Apa kamu bener-bener mau menjalani pekerjaan ini? Ya, aku tahu perusahaan itu warisan orang tua kamu, kamu pengen menjaganya, tapi aku nggak mau liat kamu mengerjakan sesuatu yang bukan passion kamu."
"Tau apa lo soal gue?"
Masih dengan sabar Kai menjelaskan, "Dengerin aku dulu Klee... Biarpun kamu tidak menduduki jabatan CEO, kamu masih dewan direksi. Kamu masih punya suara di perusahaan itu. Setiap keputusan besar yang diambil, masih harus melalui persetujuan kamu. Hanya saja kamu tidak ikut terjun langsung ke lapangan."
Melihat gue yang cuma diem aja Kai melanjutkan, "Oke, kalau kamu pengen ngerasain gimana rasanya bekerja, aku akan atur kamu bisa masuk perusahaan. Tapi..."
"Tapi apa?" tanya gue.
"Tapi aku punya syarat"
"Apa?"
"Berhenti pake gue elo waktu ngomong sama aku."
"Terus harus pakai aku kamu gitu?"
Kai mengangguk sementara gue memutar mata gue.
"Satu lagi"
Gue mangangkat alis.
"Aku lebih tua dari kamu. Panggil aku mas" ucap Kai mendominasi.
What??
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Efvi Ulyaniek
ini apa sih menganggu bgt lho
2022-09-27
0
Tania Indah Purnama
si keel padahal kai tulus yaa susah banget sii luluhnya
2022-02-23
0
Alyn azzis
aquh suka skli bhsa penulisan tiap kta yg kou tulis thoor...rsanya ngalir gitu aja gk ribet..semangat thor...
dan aq tau pasti ada alasan tertentu kenapa sampe othor pake kata " elo gue"..aq sangat maklum thor☺️
2022-01-18
1