"Maaf merepotkan Kamu."
"Gak papa Pak."
Karena Aura menangis dan tak mau melepaskan pelukannya terhadap Andini. Akhirnya Andini yang mengalah ikut pulang ke rumah pak Andre.
"Terima kasih ya Nak, sudah mau ikut ke rumah Kami. Kalau tidak Aura bisa lama ngambeknya." kata Oma.
"Iya Oma, Andini gak papa Oma."
"Rumah Kamu dimana."
"Saya Kost Oma di jalan merdeka."
"Kamu bukan asli jakarta."
"Bukan Oma, Saya asli Semarang di sini Kost."
"Sendirian."
"Iya Oma, kadang Kakak Saya kalau dari luar kota suka jenguk Saya ke sini."
"Hebat Kamu bisa mandiri."
Andre hanya diam fokus menyetir mobilnya dan mendengarkan obrolan Oma dan Andini.
Setelah sekitar 30 menit mobil itu memasuki gerbang yang tinggi, Andre menekan klaksonnya dan gerbang itu langsung terbuka.
"Ini rumah atau istana, kayak stadion gini besarnya." batin Andini.
"Ayo masuk Nak, Mbak Lia Aura di ambil kasihan Andini pasti capek."
"Baik Oma."
Saat Lia mau menggendong Aura, sepertinya anak ini punya tingkat kepekaan rasa yang tinggi langsung Dia membuka matanya.
"Gak mau, Aurla sama Mama aja." teriak Aura.
"Iya ini sama Mama, Sayang. Kita masuk ya bobok di kasur."
"Heem, bobok sama Mama."
"Iya Sayang, ayo kita turun."
Andre melihat pemandangan itu hanya tersenyum dan Oma selalu memperhatikannya.
"Kamu tidak salah pilih Dre." kata Oma sambil menepuk pundak anaknya.
"Jika Mama merestui." kata Andre.
"Apapun yang terbaik untuk Kamu dan Aura. Mama akan merestui. Jadi kapan Mama harus melamarnya. "
"Mama, buru - buru amat."
"Hahaha, jangan lama - lama nanti di rebut orang." kata Oma yang keluar dari mobil meninggalkan Andre sendirian.
"Mama, Mama sudah mau lamar aja. Ini aja belum jinak Ma." kata Andre.
Di dalam kamar Aura sudah di tidurkan oleh Andini di atas kasur namun masih memeluk Andini tak mau melepasnya. Dan membuat Andini malah ikut ketiduran.
Emang tukang tidur ini, lihat bantal langsung merem aja.
Andre melihat ke kamar Aura dan mendapati dua manusia yang tertidur dengan lelap.
"Ini cewek bisa - bisanya tidur di tempat orang, gak takut apa kalau di apa - apain."
Andre pergi meninggalkan Andini yang terlelap bersama Aura menuju kamarnya untuk istirahat juga.
Andini terbangun dan merasa bingung Dia ada dimana.
"Huam.. dimana ini. Oh iya ini berati rumah Pak Andre, aduh kok bisa ketiduran sih. Jam berapa ini belum sholat ashar aku."
Kemudian Andini keluar dari kamar dan bertemu dengan Mbak Lia
"Mbak Lia, Saya mau shalat ashar ada trmoat sholat."
"Ada Non, mari ikut Saya." Andini mengikutinya.
Dan benar saja ada sebuah ruangan sama persis mushola di dalam rumah itu kemudian Andini melaksanakan sholat Ashar, ternyata Andre juga sedang berada di situ.
"Sudah bangun."
"Ya Pak, maaf Saya ketiduran."
"Gak papa, silahkan sholat setelah itu Saya mau bicara."
"Baik Pak."
Andini segera melaksanakan sholat ashar setelah itu mencari keberadaan Andre yang katanya tadi ingin bicara.
"Duduk sini." suara Andre mengagetkan Andini.
"Iya Pak." Andini sambil melihat keadaan Aura.
"Aura masih tidur tenang saja."
"Bapak mau bicara apa."
"Tentang tadi siang yang Kamu tanyakan."
"Yang mana Pak, tentang istri Bapak."
"Bukan tentang Aura."
Andini pun semangat dan antusias mendengarkannya.
"Kamu lihat foto itu." Andre menunjuk sebuah foto di dinding yang besar terdapat 3 orang yaitu seorang wanita cantik, seorang laki - laki yang tampan dan seorang bayi.
"Itu Aura, Pak. Mereka berdua siapa."
"Iya itu Aura. Mereka berdua kedua orang tua Aura yang sudah meninggal dunia. Mamanya Aura adalah Kakak Saya."
Seketika wajah Andre berubah menjadi sendu sambil memandang foto itu.
"Maaf Pak, seharusnya Saya tidak menanyakannya."
"Gak papa, Kamu memang harus tahu. Itu lah yang Aku maksud keadaan sebenarnya dari diriku. Aura sudah di tinggal kedua orang tuanya saat usianya masih 8 bulan karena kecelakaan. Sejak itu yang mengasuh Mama, Papa dan Aku. Namun Papa juga jatuh sakit dan meninggal Dunia kini hanya ada Mama dan Saya yang merawat Aura. Aura selalu memanggilKu dengan sebutan Papa karena memang Aku sosok Papa yang Dia tahu dan Aura juga sudah Saya anggap Anak Saya sendiri walaupun Saya belum pernah menikah." Andre menatap Andini yang mendengarkan ceritanya dengan serius.
"Jadi Bapak belum punya istri."
"Belum lah, emang Saya menghamili anak orang terus Saya bawa anaknya."
"Hehehe.. Maaf Pak, Saya kira Aura anak Bapak. Terus istri Bapak kemana gitu Saya pikir."
"Saya heran kenapa Aura tadi melihat Mu terus memanggil Mu Mama."
"Saya juga gak tau Pak, mungkin Saya kayak emak - emak ya Pak heheheh." Andini malah melucu.
"Emang Kamu sudah mau jadi emak - emak."
"Gimana mau jadi emak Pak, Pacar aja gak punya. Jadi emak kan harus punya Suami."
"Boleh gak Aku menjadi Suami Mu." kata Andre sambil memandang Andini dengan penuh perasaan.
"Maksud Bapak." Andini menatap Andre.
"Maukah Kau jadi istri Ku Andini. Menjadi Mama dari Aura walaupun Dia bukan Anak Mu sendiri." kata Andre serius.
"Pak Andre serius."
"Apa muka Saya seperti bercanda."
"Hehehe, Bapak mukanya selalu serius. Siapa yang gak takut coba sama Bapak."
"Terus jawabannya apa."
"Eh.. Bapak minta jawaban."
"Andini..." Andre melotot seperti mau memakannya.
"Hehehehe... Pak sudah sore Saya mau pulang. Nanti Aura gimana kalau nangis."
"Sebentar Saya ambil kunci mobil. Gak papa ada Mbak Lia biasa ngasuh Aura. Kasihan Kamu capek seharian."
"Baik Pak."
Kemudian Andre berlalu menuju kamarnya mengambil kunci mobilnya kemudian datang Oma.
"Andini mau pulang." kata Oma.
"Iya Oma, Dini pamit maaf tadi ketiduran sama Aura.
" Gak papa Nak Andini, Oma seneng banget Kamu bisa merawat Aura seperti anak Kamu sendiri. Sering main ke sini ya."
"Insyaallah Oma. Assalamualaikum." Andini mencium tangan Oma.
"Waalaikumsalam, Hati - hati Dre."
"Ya Mama, Andre pamit Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam. Mereka serasi sekali semoga kau jodohkan Ya Allah." kata Mama.
Andre melajukan mobilnya menuju kostan Dini dengan kecepatan sedang.
"Tolong Kamu pikirkan permintaan Ku tadi ya."
"Kasih Saya waktu Pak, Saya belum mengenal Bapak sepenuhnya. Jika masalah Aura Saya tidak keberatan namun Saya harus meyakinkan perasaan ini dulu dan Saya juga mohon Bapak juga meyakinkan perasaan Bapa kepada Saya. "
"Baiklah." Andre menatap ke depan keluar jalanan namun perasaannya sedikit lega mendapat jawaban dari Andini.
######...
Kasih dukungan ke Author Yuk.. ☺☺☺☺☺
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
resia
oh jdi gitu anak kk nya, ya bnr tu andini pnjjkn dl spya tdk mnysl nnti
2021-01-26
1
Chairani Fatimah
sepertinja ad sambutan ealau belum pasti..
2020-11-07
1