Andre telah memarkirkan mobilnya di rumah sakit, dia memandang Andini hanya diam saja selama perjalanan tadi.
"Ayo turun." kata Andre.
" Apa benar Pak Bu Ayuk yang mau mencelakai Saya."
" Iya dan Saya sudah mendapatkan buktinya rekaman CCTV di depan perusahaan."
" Kenapa Bu Ayuk membenci saya Pak. Dia mau menabrak Saya dan tadi pagi dia menyiram saya apa salah Saya terhadap Bu Ayuk. Dan tadi pagi Dia mengatakan kalau Dia tunangan Bapak." Andini mengungkapkan semua pertanyaan di dalam pikirannya.
"Saya bukan tunangannya. Tapi memang sepertinya Dia menyukai Saya jadi, Dia benci melihat Kamu dekat dengan Saya."
"Kenapa Bapak tidak jalan saja dengan Bu Ayuk yang jelas - jelas menyukai Bapak."
Andre menghembuskan nafas kasarnya. "Saya tidak menyukainya."
"Dia cantik Pak, Pintar, cocok kalau di gandeng untuk acara kantor." Andini masih terus mengeluarkan semua yang ada di kepalanya.
"Tapi dia tidak bisa membuat Saya nyaman seperti ketika saya bersama Mu." Andre menatap Andini dengan dalam begitu pula dengan Andini.
"Itu mungkin bukan rasa nyaman Pak, hanya kasihan terhadap Saya." jawaban Andini membuat Andre mengerutkan dahinya.
"Saya nyaman sama Kamu, Saya merasa ingin melindungi Kamu, Saya selalu khawatir kalau tidak bertemu dengan Kamu." Andre menatap Andini dengan tajam dan penuh perasaan.
Andini hanya diam Dia tak bisa mengatakan apa yang dikatakan oleh Andre.
"Aku ingin mengenal Mu lebih jauh." kata Andre dengan menatap Andini, namun Andini hanya menghadap ke depan.
"Tapi mungkin akan sulit untuk Mu menerima Ku, jika Kau tahu keadaan Ku sebenarnya." lanjut kata Andre.
"Maksud Pak Andre apa.?" tanya Andini yang merasa ingin tahu tentang Andre.
"Nanti Kamu akan tahu, sekarang Kita lakukan visum dulu. Karena Aku gak mau Bu Ayuk bertindak di luar batas ini sudah menjadi sebuah ancaman untuk karyawan."
Kemudian Andre keluar dari mobil diikuti oleh Andini dan masuk ke dalam rumah sakit untuk melakukan visum.
Sekitar hampir 2 jam akhirnya selesai juga di lakukan visum dan sudah didapatkan hasilnya.
"Kita makan siang dulu." kata Andre.
"Baiklah Pak, Saya juga sudah lapar. Sekalian Saya mau ganti uang Bapak untuk urut Saya kemarin." jawab Andini.
"Saya sudah bilang, Saya gak mau uang Mu. Kamu ikut dengan Ku saja kalau mau bayar uang itu"
"Terserah Bapak, Saya capek debat terus. Ayo kita makan." Andini melangkahkan kakinya mendahului Andre membuat Andre tersenyum melihatnya.
"Secepat itu mood nya berubah, cewek aneh." pikir Andre.
Andre melajukan mobilnya menuju sebuah mall yang tak jauh dari rumah sakit.
"Katanya mau makan kok ke mall Pak."
"Kita makan di dalam sana, katanya tadi mau mengganti uang Saya."
"Ya boleh." jawab Andini membuat Andre tersenyum.
"Manis juga kalau senyum, aduh.. sadar Dini."
Andre telah memarkirkan mobilnya kemudian masuk ke dalam mall di ikuti oleh Andini.
"Jangan jalan di belakang Saya, Jalan di samping Saya." kata Andre ketika melihat Andini masih di belakangnya.
"Ya Pak." Andini malah mendahuluinya membuat Andre menggelengkan kepalanya.
Setelah sampai di dalam Andini berhenti menengok ke belakang.
"Kenapa berhenti." kata Andre.
"Saya kan gak tau Bapak mau kemana."
"Siapa suruh berjalan di depan Saya, jalan di samping Saya apa perlu di gandeng lagi." goda Andre.
"No, makasih."
"Ayo jalan." Andre menggandeng tangan Andini.
"Lepasin Pak, malu." Andre malah semakin mengeratkan genggaman tangannya dan terus berjalan.
"Pak, lepasin tolong."
Kemudian Andre berhenti dan hanya tersenyum kepada Andini.
"Sebentar saja seperti ini." kata Andre dan Andini hanya diam menerimanya.
Andre membawa Andini ke area bermain anak - anak yang membuatnya semakin bingung.
"Pak, kenapa kita kesini . Bapak mau main mandi bola."
"Sembarangan Kamu."
Kemudian datang seorang anak perempuan yang menghampiri Andre bersama pengasuhnya dan seorang Ibu paruh baya yang masih terlihat cantik.
"Papa." Anak itu menghampiri Andre dengan berlari.
Seketika jantung Ku terasa berhenti dan kaki Ku terasa lemas melihat pemandangan di depan Ku.
"Dia sudah punya istri, dan kenapa Dia bilang ingin mengenal Ku. Ahh.. apa lagi ini Ya Allah." batin Ku berkecamuk.
"Papa. Itu Mama Aula." kata anak kecil itu sambil turun dari gendongan Andre dan menuju ke arah Andini yang diam mematung.
"Mama." anak perempuan itu memeluk kaki Andini membuatnya tersadar dari lamunannya dan berjongkok untuk memeluk anak itu.
"Hai, Sayang siapa namanya."
"Aula." kata anak itu cadel.
"Ohh Aula namanya."
"Bukan Aulra."
"Aura namanya." jelas Andre yang menghampiri bersama wanita paruh baya itu.
"Siapa Dia Andre." kata wanita itu.
"Saya Andini tante."
"Panggil saja Saya Oma. Biar sama dengan Aura sekaligus mengajarkan kepada Aura."
"Baik Oma."
"Ayo Aura gendong Papa."
"Aulra gak mau sama Papa. Maunya sama Mama ajah."
"Maaf merepotkan."
Dan benar saja Aura langsung nempel dengan Andini, seperti emaknya.
"Gak papa Pak."
"Ayo kita makan siang dulu." ajak Andre ke sebuah cafe di mall itu.
Kemudian Andre memesan makanan untuk mereka berempat. Tak berapa lama datanglah pesanan mereka dan Aura masih saja lengket dengan duduk mendekap Andini.
"Ayo Nak silahkan makan dulu. Aura sama Mbak Lia dulu ya makannya." kata Oma.
"Gak mau, Aulra mau makan sama Mama."
"Mama mau makan dulu sama Papa. Aura jangan nakal makan sama Mbak Lia ya." kata Andre.
"Gak mau huaaaa...." Aura menangis.
"Sudah jangan nangis Sayang, makan sama Mama ya. Mama suapin Aaa..." Andini sangat telaten sekali menyuapi anak yang baru saja Dia kenal dan entah itu anak siapa, banyak sekali pertanyaan dalam otak Ku.
Andre sangat bahagia, melihat pemandangan itu sungguh di luar dugaan jika Aura langsung nempel dengan Andini. Begitu pula dengan Oma merasa bahagia jika Andre bisa bersama Andini.
"Yeay.. Aura pinter habis makanannya." puji Andini.
"Yeay,, Aurla pinter kata Mama, Pa."
"Iya Sayang." Andre tersenyum kepada Aura.
"Saya sholat dhuhur dulu, keburu waktunya habis." kata Andini.
"Ayo dengan Saya." kata Andre. Kemudian mereka berdua beranjak ke mushola yang ada di mall itu.
Setelah selesai sholat Andini memberanikan diri bertanya ke Andre.
"Aura anak Bapak, istri Bapak kemana."
"Saya belum punya istri."
"Terus Aura itu.?"
"Nanti Saya jelaskan, Kasihan Mama sudah menunggu dan Aura pasti sudah lelah bermain."
"Baiklah."
Mereka kembali ke cafe tadi untuk menjemput Aura dan Oma dan mengajaknya pulang.
"Mama, Kok lama sama Papa." Aura berlari menghampiri Andini.
"Iya Sayang, maaf ya. Kamu ngantuk ya."
"Hemm... huaaa." menguap dan minta gendong Andini.
"Ayo kita pulang."
"Tapi Pak, ini masih jam kantor."
"Gak papa, nanti Saya antar pulang Kamu."
"Mbak Lia, Aura di ambil."
"Baik Pak."
"Gak mau,... huaaaaa mau sama Mama." Aura malah menangis.
"Biar sama Saya saja Mbak." kata Andini.
"Maaf merepotkan Kamu."
"Gak papa Pak."
#######
**Aura anak siapa 😃😃😃😃😃...
Aduhh.. gimana nih netizen kasih dukungan dong ☺☺☺**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
resia
single daddy ?
2021-01-26
1
⃟Ꮓus_ℛιηι🌿
alur ceritany kok mirip ma punya teh santi...
2020-11-07
4
Siti Johariyah
anak angkat kaah??
duuhh aku yg deg deggaan niih thoor..
2020-11-07
1