Setelah Rani dan Ferdy pergi, Tinggallah Rara seorang diri. Ia sangat kebingungan harus berbuat apa, sedangkan Daffa hanya terus-menerus memandangi ny tanpa berkata apa pun, membuat Rara semakin takut saja. Dari pada Rara hanya berdiam diri saja, lebih baik ia membantu membersihkan apartemen Daffa yang terlihat berantakan karena sang pemiliknya sedang sakit sejak pengeroyokan malam itu jadi ia tak sempat membersihkan Apartemen nya.
" Kak Daffa. " Panggil Rara Lirih
" Boleh kah aku membantumu, untuk bersih-bersih Apartemen mu. " Tanya Rara yang masih canggung, karena takut ditolak seperti yang pernah ia lakukan saat menginap untuk pertama kalinya di apartemen Daffa.
" Lakukanlah, Kau berhak melakukan apapun disini karena sekarang kau adalah Pacar ku. " Ucapnya datar lalu masuk kedalam kamar meninggalkan Rara.
" Apa !!!. Aku pikir hanya di depan kak Ferdy dan Rani saja kita berpacaran." Desisnya kesal tapi tanpa bersuara agar tak didengar Daffa.
Rara hanya mampu menghela nafas kasar, menerima apa yang sudah takdir atur untuk dirinya. Pikiran nya saat ini, Ia hanya mempunyai beberapa waktu saja sampai Daffa benar-benar membunuhnya.
Jadi membayangkan, saat ia melihat seorang wanita yang sudah dihajar oleh Daffa pada malam itu. Apakah wanita itu juga awalnya bernasib sama sepertinya.
****************
Setelah selesai membersihkan ruangan Apartemen Daffa, dari mulai membereskan ruangan, menyapu, mengepel dan lanjut mencuci peralatan makan yang sudah berhari-hari belum di cuci walau tak banyak tapi aromanya sudah sangat menyengat. Rara dengan sabar dan telaten mengerjakan itu semua seperti sedang mengerjakan rumah nya sendiri.
Setelah semuanya dirasa cukup rapi, Rara keluar untuk membuang sampah, saat mendengar suara pintu terbuka, Daffa pun keluar kamar dan mengira Rara sudah pergi tanpa Pamit dengannya. Tak lama Rara kembali kedalam ruangan, betapa terkejutnya ia. mendapati Daffa yang sudah duduk di meja makan sedang meminum air di sebuah botol.
Rara tadinya hendak memasak, hanya diam menunduk dan mematung tak berani bergerak.
" Aku pikir kau sudah pergi. " Ucap Daffa datar.
" Aku hanya membuang sampah diluar kak, karena pintu ku tahan menggunakan sandal kakak jadi aku bisa masuk kembali. " Sahut Rara gugup.
" Masaklah sesuatu untuk ku, Aku sangat lapar sekali." Tanya Daffa yang masih dengan nada datar nya.
Mendengar pertanyaan Daffa, tentu saja membuat Rara bersorak gembira, karena sebenarnya ia juga merasa sangat lapar, sejak keluar dari kost-kostan untuk bekerja ia tak sempat sarapan.
Rara pun segera mengikuti perintah Daffa, ia pergi ke kitchen set yang tertata rapi di sudut apartemen, ia membuka kulkas lalu mengambil beberapa bahan secukupnya untuk dapat di makannya.
Rara pun mulai memasak makanan yang sederhana, mencuci beras lalu disimpan nya di Rice Cooker atau penanak Nasi. Iya pun menggoreng dadar telur ayam dan merebus mie goreng sebagai lauk pauk makanan nya. karena Daffa seorang Pria jadi tak banyak bahan makanan yang ia simpan di lemari pendingin. yang ada hanya telur dan mie goreng saja. Beras pun sudah tersedia ditempat penyimpanan beras.
Setelah selesai memasak, ia langsung memberikan satu porsi nasi dan telur dadar yang dihiasi dengan beberapa sayuran. lalu mie goreng nya dipisah.
Rara pun mempersilahkan Daffa untuk makan terlebih dahulu lalu Rara kembali ke dapur untuk mengambil minuman.
Melihat Daffa yang makan dengan lahap namun tetep dengan sikap datarnya yang akan terlihat anggun jika seorang wanita yang bersikap. Rara diam-diam menyukai hal itu, entahlah mungkin karena ini pertama kalinya ia memasak untuk seorang pria, walau hanya sekedar telur dan mie tapi pria ini tidak berkomentar apapun.
" Makanan mu enak, Terima kasih. " Ucap Daffa yang membuat Rara merasa melambung dibuatnya.
Rara hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya menanggapi pujian Daffa mencoba menahan diri untuk tidak menunjukkan rasa bahagia karena pujian yang diberikan Daffa.
Setelah menyelesaikan makanan nya, Rara pun segera peralatan yang kotor mencuci, lalu membilas.
Akhirnya selesai sudah semua nya, kini waktunya Rara untuk pamit pulang.
Ia menghampiri Daffa yang sedang sibuk dengan Laptop nya, terlihat berbeda sekali seperti yang ia lihat malam itu. Saat itu Daffa benar-benar terlihat seperti seorang pembunuh berantai, yang sangat kejam dan berhati dingin tak merasa kasian menghajar seorang wanita. Tapi saat ini yang Rara lihat adalah sosok Pria yang amat sangat tampan, berwajah teduh, seperti seorang pria idaman, benar-benar tak terlihat bahwa dia seorang psikopat.
" Ada apa memandangi ku terus-menerus. " Ucap Daffa tiba-tiba yang membuyarkan lamunan Rara.
Rara pun jadi salah tingkah karena ketahuan sedang memandangi nya.
" Maaf kak, aku kemarin hanya ingin izin untuk pulang. karena sudah tidak ada yang bisa ku kerjakan di sini. " Sahut Rara yang sudah lebih santai menghadapi Daffa.
" Tunggulah sebentar lagi, aku akan mengantar mu pulang. " Tukas Daffa.
" Baik Kak. " Jawab Rara.
Sambil minggu Daffa, Rara pun menonton televisi jangan tak terlalu jenuh, 30menit berlalu lala pun mulai bosan ia pun membaca beberapa buku yang tertata rapi di sebuah Rak disudut Apartemen.
Sudah sejam, bahkan hampir 2 jam Rara menunggu Daffa menyelesaikan sesuatu, entah pekerjaan apa yang membuatnya sangat lama sekali. Hingga Rara merasa ngantuk menunggu nya, Rara pun akhirnya memilih tidur jika Daffa sudah selesai, ia berharap Daffa akan membangunkannya.
Saat Daffa sudah menyelesaikan tugasnya, ia malah mendapati Rara sudah tertidur pulas di Sofa, membuat Daffa tak tega membangunkan nya, karena pasti ia merasa lelah sudah membersihkan apartemen nya, jadi Daffa membiarkan Rara untuk beristirahat.
" Maaf, Sudah membuatmu menunggu lama." Ucapnya lalu mencium kening Rara lalu menggendong nya kedalam kamar, agar saat terbangun tubuh Rara tak merasa sakit dengan posisi tidur di sofa dengan kepala menengadah ke langit-langit.
Setelah menggendong Rara ala bridal style menuju Kamar, menaruh nya dengan hati-hati di kasur berukuran besar, agar tak membangunkan nya. Daffa pun melanjutkan pekerjaan nya yang sudah terbengkalai selama beberapa hari karena ia merasakan sakit setelah dipukuli geng motor itu.
Malam Pun menjelang, akhirnya Rara pun terbangun dan betapa terkejut nya ia, melihat semua ruangan terlihat gelap. bahkan sudah tak terlihat sinar matahari menyinari ruangan ini.
Tiba-tiba masuk seorang lelaki kedalam kamar yang ia tempati, Ia berjalan sangat pelan sekali namun nampak dari pakaian yang ia kenakan bahwa pria itu perlahan mendekat dan hampir mendekati Rara.
Rara pun beranjak dari tempa tidur lalu berjalan mundur menghindari pria tersebut.
Rara menutup wajah nya saat ia sudah terhimpit di dinding sehingga sudah tidak ada Jalan lagi untuk ia menghindar, Rara menangis, memohon dan meminta maaf, agar di lepaskan untuk kedua kalian ya. ia sangat berharap bahwa ini hanya mimpi karena Rara benar-benar sangat takut sekali. Rara pun mengira ini sudah saatnya Ia mati ditangan Daffa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Sama lacar sendiri tapi g ada romantis2 nya..
2024-12-27
0
Lyana Gunawan
kasian si rara ya ketakutan
2023-05-29
0
Levi Ackerman My Husbu
tenang Daffa, jangan lakukan itu🤣🤣Jan kau berani² nya menciumnya di tengah kegelapan 🤣🤣Adoh apaan sih nih pikiranku🤣🤣🤣😈
2021-03-03
2