"Ra... ini aku Rani, boleh aku masuk." tanya Rani sahabatnya dengan mengetuk-ngetuk kamr kost Rara. Ia pun segera membuka pintu kost nya lalu menarik tangan Rani untuk masuk dan dengan cepat mengunci pintu kamarnya.
"Kamu kenapa si Ra... udah beberapa hari ini aku lihat kamu tuh aneh, jadi suka melamun dan murung, dan seperti yang ku lihat saat ini kamu sangat amat ketakutan. Apa terjadi sesuatu? cerita lah padaku Ra." Ucap Rani khawatir melihat kondisi sahabat nya.
Flashback on.
Sudah 7 hari sejak terjadinya pemukulan terhadap seorang wanita yang tak ia kenal, sejak saat itu pula Rara dihantui rasa bersalah. Ia merasa menjadi manusia bodoh dan lemah tidak dapat menolong sesama wanita yang dipukuli secara brutal oleg laki-laki itu. Dan yang lebih parahnya lagi setiap pulang bekerja, dia seperti melihat sosok Pria yang terus menerus memperhatikan nya di kejauhan, saat Rara berangkat atau pulang bekerja Pria itu sudah menunggu nya di gang tempat yang menjadi saksi kekejaman Daffa. Pria itu memukul, membanting, bahkan menginjak tubuh seorang wanita dihadapan Rara.
Rara benar-benar merasa dihantui oleh sosok Pria bernama Daffa. Pria itu selalu saja muncul di manapun Rara berada, ia sudah mencoba untuk menepis bahwa mungkin ia hanya berhalusinasi, tapi itu semua benar-benar nyata. Daffa selalu muncul di kejauhan dan menatap Rara dengan santainya ia tersenyum, Tapi saat Rara menyadari keberadaan Daffa yang memperhatikannya dikejauhan, tiba-tiba ia menghilang begitu saja entah kemana. Sampai detik ini pun Rara tak berani keluar dari tempat kostnya, ia ingin di dalam kamar saja, karena ia benar-benar merasa takut sekali, bahkan amat sangat takut, tapi ia juga tak berani menceritakan hal ini, ia takut pria itu akan menyakiti orang-orang terdekatnya.
Flashback off.
"Aku baik-baik saja Ran, jangan berlebihan begitu mengkhawatirkan ku, Aku hanya kurang enak badan saja." Jawabnya lemas lalu bersandar di tepi ranjang.
"Apa kau yakin? kau seperti sedang menyembunyikan sesuatu dariku." tanya Rani curiga.
"Tidak Ran, aku tak pernah menyembunyikan sesuatu dari mu. Ran, aku sangat mengantuk sekali, boleh aku tidur sebentar?. Tapi kau tetep disamping ku jangan kemana-mana yaa?" Pinta Rara sambil memegang tangan Rani erat sebagai bantalan. Rani mengangguk, dan membiarkan Rara untuk tertidur dengan memeluk tangannya.
Tak lama Rara pun tertidur sangat pulas sambil memegang tangan Rani, seolah tak ingin sahabat nya itu menjauh darinya. Sejak pertemuannya dengan Daffa Rara memang sulit sekali tidur, dia selalu dibayang-bayangi sosok Daffa. Ciri khas senyum nya yang Ramah namun begitu banyak menyimpan hal yang mengerikan.
"Ada apa sebenernya Ra?, aku tau pasti kamu menyembunyikan sesuatu dariku, aku sangat yakin itu. Tapi apa Ra, sampai membuatmu seperti ini?" gumam Rani dalam hati. Dari pada ia hanya melamun memikirkan Rara yang sudah terlelap, Tak lama Rani pun ikut tertidur disamping Rara.
***********
Keesokan harinya saat Rara terbangun, Ia masih mendapati Rani tertidur disamping nya. Senyum merekah terpancar diwajahnya, Ia sangat bahagia mempunyai sahabat yang begitu peduli dan menyayanginya. Saat itu pula Rara berniat untuk mulai memberanikan diri menghadapi Daffa yang terus menerus muncul di hadapan nya, selama pria itu tidak melakukan sesuatu hal yang membahayakan dirinya, ia tak akan takut. Daffa hanya terus memperhatikan di kejauhan, mungkin dia berfikir bahwa Rara akan melaporkan nya ke polisi. Wajar saja jika dia terus saja muncul dimana pun dirinya berada.
"Apa dia tidak punya pekerjaan, sampai waktunya ia habiskan hanya untuk mengikuti ku saja, Dasar penguntit." gumamnya dalam hati.
Setelah selesai mandi Rara bersiap-siap membereskan beberapa barang untuk Ia bawa ke suatu tempat.
"Loh Ra, kamu udah bangun?" ucap Rani yang terbangun, karena suara bising yang ditimbulkan oleh Rara sedang mengemas barang-barangnya.
"Maaf Ran, aku sudah membangunkan mu." ujar Rara menyesal.
"Kamu mau kemana, udah rapi banget? " Tanya Rani heran.
"Untuk beberapa minggu ke depan, aku akan tinggal di panti Ran, Ibu pengasuh ku sakit jadi aku akan kesana merawat nya. Mungkin aku akan minta cuti sama kak Ferdy untuk beberapa hari saja. Maaf ya Ran jika merepot mu." Ucap Rara.
"Ia istirahat lah, tenangkan dirimu. Disana akan ada banyak orang-orang yang melindungi mu, Jadi kamu tak perlu merasa takut." Tukas Rani membuat Rara terharu mendengarnya.
"Maafkan Aku Ran, aku belum bisa cerita tentang hal ini, aku takut dia akan mencekelakai dirimu. Aku tak mau kamu turut ikut campur dalam hal ini, biarkan aku tanggung sendiri saja ya. Suatu saat aku pasti akan cerita padamu." Pinta Rara agar Rani mengerti apa yang dimaksud nya dan tak banyak bertanya untuk sementara waktu.
"Jangan terlalu lama menutupi hal ini dari ku ya?, kau harus memberitahu ku segera. Berbagi keluh kesah mu padaku, agar tak begitu berat beban yang kau alami saat ini." Pinta Rani kembali, agar Rara segera memberitahu nya dan Rara pun mengangguk kemudian memeluk Rani.
"Terimakasih Ran, Kau memang sahabat terbaik ku." Ucapnya yang di iringi tangisan dan rasa takut yang amat sangat, karena ia takut kehilangan sahabat terbaiknya.
Setelah percakapan panjang, mereka bergegas meninggalkan kost tempat mereka berdua tinggal, lalu berpisah di halte untuk tujuan masing-masing. Sebuah bus jurusan Jakarta terlihat di kejauhan, untuk mempersiapkan para penumpang termasuk Rani, ia ikut berbaris mengantri untuk naik bus tersebut dan meninggalkan Rara seorang diri di halte. Sekejap halte menjadi renggang, menyisakan beberapa orang yang masih setia menunggu bus tujuan mereka, seperti Rara yang menunggu Bus jurusan Bogor. Hari ini ia merasa sedikit lega, karena tak mendapati sosok Daffa saat melewati gang yang menjadi saksi bisu kebrutalan seorang pria pada seorang wanita pada malam itu.
**********
Setibanya di Panti Asuhan, Rara disambut beberapa adik kecilnya yang sudah mereka anggap Kakak. Namun sosok yang biasa menyambutnya tak terlihat, seperti nya memang sedang sakit, jadi sang ibu yang diharapan Rara tak dapat menyapa dan menyambut kehadirannya seperti biasa. Rara segera pergi ke Kamar tempat Ibu asuh nya yang sudah dengan sabar merawat dirinya, Tampak seorang wanita paru baya yang sedang tertidur pulas dengan wajah pucat terlihat lesu sekali. berharap kehadiran Rara dapat segera membuatnya lekas pulih.
Hari-hari Rara habiskan untuk menjaga Ibu asuh nya, memasak lalu menyuapi nya, membantu membersihkan tubuh sang ibu dan membantunya untuk berganti pakaian, Pagi dan Sore mengajak jalan-jalan di sebuah taman yang terletak di halaman panti. Mereka habiskan dengan bercengkrama, sesekali ibunya menggodanya, karena Rara seperti sudah memiliki kekasih, namun selalu saja ditepis olehnya, karena Rara belum ingin memiliki kekasih.
Karena Rara sudah dirawat oleh bu Sita sejak usianya 10 tahun, dan yang terlihat oleh orang lain mereka seperti Ibu dan Anak, padahal mereka sama-sama sudah kehilangan orang yang dicintai dalam hidup mereka. Rara yang harus kehilangan kedua orang tuanya sejak usianya 10 tahun karena sebuah kecelakaan yang akhirnya merenggut nyawa ayah dan ibunya. Kemudian untuk bu Sita sendiri, ia harus kehilangan anaknya yang masih bayi, akibat penyakit yang diderita sang bayi, karena biaya nyawanya tak tertolong. Luka keduanya dapat sembuh seiring berjalannya waktu karena kehadiran Rara bagi Ibu asuh nya adalah hal yang luar biasa dan kehadiran Ibu Sita bagi Rara adalah obat dari rasa kehilangan itu sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Icha-h Iwan
rara pst tkt akan kslmtn shbtx itu mkx blm bs crtain ke rani ..kasian rara
2021-03-21
1
yuki hikari
aku harap aku bisa jadi rara
2020-10-29
18
Resa Anggre
Rara pasti trauma jadi gabisa cerita sama siapapun🤐
2020-10-29
12