Dirumah, Zura terkejut saat Elvan tiba-tiba berjalan melintasi depan kamarnya, wanita itu hanya diam tak bersuara.
"Sejak kapan kau kembali bekerja?"
"Sejak kau menyuruh ku untuk bekerja dan mencari makan sendiri."
Plakkkkk.....Elvan tiba-tiba menampar wajah Zura membuat Zura bingung dengan kesalahan nya.
"Kenapa kau menampar ku, apa salah ku?"
"Jika aku bertanya, jawab lah sesuai porsi mu."
"Berhenti memukul ku Van, tadi pagi ibu dan sekarang diri mu, tubuh ini juga lelah Van tubuh ini juga sakit." ucap Zura dengan mata berkaca-kaca.
Elvan tak perduli, ia lebih memilih masuk ke kamar dari pada menjawab ucapan Zura. Zura bersandar pada pintu kamar, wanita itu merintih sakit.
"Belum hilang sakit atas perbuatan ibu mu tapi kau malah menambah nya." ucap lirih Zura. "Jika bukan karena biaya pengobatan ibu yang sangat mahal aku tak sudi hidup dengan pria kasar seperti mu." batin nya.
Di rumah utama Elvan, Vilna sedang ribut-ribut nya dengan Risma dan Viska.
"Apa mata mamah buta sekarang? mereka penyebab dari kematian papah dan kehancuran kak Elvan." ujar Vilna.
"Kau anak kecil tahu apa?" bentak Risma.
"Jangan ikut campur Vilna."
"Kau yang jangan ikut campur Viska."
"Kalian ini sama saja memasukan kak Elvan pada lubang yang sama."
"Semua orang berhak mendapatkan kesempatan Vilna." ucap Risma.
"Kesempatan untuk apa? untuk menyakiti keluarga kita kembai?"
"Jaga bicara mu Vilna, kakak mu masih mencintai Ines."
"Mamah jangan sok tahu, belum tentu kak Elvan masih mencintai nya siapa tahu hanya ada dendam di hati nya."
"Jika kau tak suka silahkan keluar dari rumah ini." usir Risma.
Vilna tercengang, ia tak percaya dengan ucapan mamah nya yang sangat tega itu.
"Baiklah, Vilna keluar." ucap Vilna lalu pergi mengemasi barang nya.
Tanpa menghiraukan Risma dan Viska, Vilna berjalan keluar dari rumah.
"Paling pergi nya ke rumah kakak." ledek Viska.
"Biarkan saja, lagian nanti dia akan di marahi oleh kakak mu."
Vilna memencet bel rumah kakak nya, tak lama Zura membuka pintu.
"Vilna..." ujar Zura kaget saat melihat Vilna datang membawa koper.
"Siapa tamu nya." tanya Elvan menghampiri Zura.
"Kak." ucap Vilna tertunduk.
"Masuk." perintah Elvan.
Vilna dan Zura masuk, mereka mengikuti langkah Elvan yang duduk di ruang keluarga.
"Katakan apa yang terjadi pada mu." pinta Elvan pada adik nya.
Vilna kemudian menceritakan semua kejadian di rumah, bahkan gadis itu mulai mengeluarkan air mata.
"Hapus air mata mu, masuk ke kamar mu." perintah Elvan.
Ya, rumah besar Elvan hanya memiliki tiga kamar, ia membiarkan adik nya tinggal di rumah nya bahkan kamar Vilna dan Zura berdekatan.
Malam semakin larut, Vilna masuk kedalam kamar kakak ipar nya.
"Kak, belum tidur." ujar Vilna saat melihat Zura masih duduk melamun.
"Belum, dan kamu?"
"Sama aja, kakak kok kerja di cafe milik kak Julian, apa kak Elvan tak memberi kakak uang."
Azura hanya tersenyum, "Sudahlah jangan di bahas."
"Kak, di rumah ini tidak ada stok makanan sebaik nya besok kita belanja ya." ajak Vilna.
"Jangan Vilna, nanti kakak mu pasti marah dan kamu bisa di hukum."
"Tenang aja kak, kalau Vilna di hukum atau uang jajan Vilna di beku kan Vilna bisa ikut kakak kerja."
"Jangan Vilna, kakak takut."
"Sudahlah kak, pokok nya besok kita pergi soal izin kerja nanti Vilna yang akan ngomong dengan kak Julian." ucap Vilna kemudian langsung keluar kamar.
Vilna terkejuat saat mendapati kakak nya berdiri tepat di depan kamar Zura. Gadis itu terdiam sedikit takut.
"Ambil ini." ucap Elvan menyerahkan sebuah card.
"Untuk?"
"Beli semua kebutuhan rumah juga kebutuhan kamu dan dia."
"Kakak serius?"
"Hmmmm....."
"Kak, coba buka hati kakak untuk kak Zura, dia wanita baik." ucap Vilna langsung masuk kedalam kamar.
Wajah Elvan dingin, pria itu kemudian kembali ke kamar nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
Tati Aulia
rasa penah baca deh sdh cerita ini tapi hilang kehapus di faforit
2022-10-23
0
Neng Niehan
Elvan kasar, suka main tangan
2022-04-12
0
Lussy Rahawarin
aku fokus aja di vilna deeh
2022-01-16
0