Elvan berbaring menatap langit-langit kamar nya, pria itu kembali mengingat saat-saat ia sedang bersama Azura. Seringai senyum menghiasa bibir nya. "Sayang nya kau hanya wanita taruhan ku." ucap kemudian Elvan tertawa "Besok kau harus menjadi milik ku."
Matahari sedang terik-terik nya, Zura tak sedikit pun mengeluh meski pun lelah.
Namun wajah nya seketika berubah saat ia menerima suatu panggilan telpon.
Zura menangis, gadis itu bingung harus berbuat apa.
Setelah puas berfikir, Azura memutuskan untuk menemui Julian di dalam ruangan nya.
"Apa yang membuat mu menangis Zura?" tanya Julian penasaran.
"Saya mau izin pak." ucap nya sambil tertunduk.
Julian menautkan kedua alis nya, "Memang nya kamu mau kemana?"
"Ibu saya sakit pak, dan sekarang ada di rumah sakit, saya mohon izin kan saya pulang."pinta Azura.
"Orang tua lebih penting dari segala nya Zura, sekarang pulang lah." ujar Julian sambil mengambil amplop yang sudah berisi beberapa lembar uang. "Ini ada sedikit dari saya semoga bisa membantu kamu."
Azura menolak tidak enak, namun dengan terpaksa ia menerima karena Julian mengancam akan memecat Zura jika tidak menerima nya.
Azura pulang ke kontrakan nya dengan tergesa-gesa, kemudian ia berkemas setelah itu langsung menuju terminal bus. Azura menaiki bus yang bertujuan ke kampung halaman nya, butuh waktu delapan jam untuk sampai ke kampung Azura.
Azura langsung menuju ke rumah sakit tempat ibu nya di rawat, kesedihan nampak terukir jelas dari wajah cantik nya. Zura membuka pintu ruang rawat ibu, wanita tua paruh baya yang sedang terbaring lemah di atas brankar membuat air mata Zura deras mengalir.
"Ibu....." lirih nya kemudian menggenggam tangan ibu nya.
"Zura...." sapa bu Nani yang baru saja masuk.
"Ibu sakit apa bu Nani?" tanya Zura dalam isak nya.
"Sebaik nya kita bicara di luar saja." ajak bu Nani.
Zura dan Nani sudah berada di depan ruang rawat, mereka duduk di kursi panjang itu. "Ibu sakit apa bu Nani?" tanya Zura sekali lagi.
"Ibu mu sakit gagal ginjal Zura, dan segera mungkin harus mendapatkan pendonor kalau tidak ada pendonor ibu mu harus melakukan cuci darah tiap minggu nya." tutur Nani membuat Zura melemas tak berdaya.
"Zura dapat uang dari mana bu Nani biaya cuci darah perminggu sangatlah mahal." keluh Zura.
"Entah lah Zura, maafkan ibu gak bisa bantu banyak." ucap bu Nani.
Ya, bu Nani hanya lah tetangga Azura yang selama ini sangat baik pada nya dan ibu nya.
Zura menangis di pelukan bu Nani, wanita itu terisak pilu meratapi cobaan yang terus datang pada nya.
"Aku yang akan membiayai semua pengobatan ibu mu." ucap pria yang tiba-tiba muncul di hadapan Zura.
Zura dan bu Nani sontak menoleh ke arah sumber suara, "Siapa kamu?" tanya bu Nani bingung.
Elvan mengulurkan tangan nya, "Elvan, calon suami Azura." ucap nya memperkenalkan diri.
Azura melongo tak berkata saat mendengar ucapan Elvan, bahkan wanita itu belum sadar sepenuh nya jika Elvan ada di depan nya sekarang.
"Elvan, kamu kok ada di sini?" tanya Zura keheranan.
Elvan tersenyum, "Julian memberitahu ku." jawab nya singkat "Boleh kita bicara sebentar." pinta Elvan.
Azura dan Elvan pergi ke taman rumah sakit, sedangkan bu Nani masuk kembali untuk menjaga Larasati ibu Azura.
"Kenapa kau menyusul ku sejauh ini?" tanya Azura.
"Entahlah, aku juga tidak tahu."
"Katakan ada apa?" tanya Azura kembali.
"Aku akan membiayai semua pengobatan ibu mu, jika kamu mau menikah dengan ku." pinta Elvan membuat Zura semakin syok.
"Apa kamu sedang bercanda Elvan?"
"Aku serius." jawab nya singkat "Bahkan aku akan mencari kan pendonor ginjal untuk ibu mu."
Azura semakin tidak percaya dengan ucapan Elvan, wanita itu hanya diam membisu. "Jangan main-main dengan Pernikahan Elvan."
"Aku serius Zura, bukan kah kita telah mengenal cukup lama."
"Tapi kita hanya berteman."
"Dan aku sangat mencintai mu." ucapan Elvan membuat Zura semakin terperangah.
Azura tertawa, "Kau sedang bercanda, pulanglah Elvan.''
Elvan memegang tangan Azura, mata mereka saling tatap bahkan nampak sorot mata Zura menandakan jika wanita itu juga memendam rasa. Hanya saja Azura sadar akan semua nya, perbedaan antara diri nya dan Elvan sangat lab jauh.
"Jangan menatap ku seperti itu." ucap Zura gugup.
"Apa kau melihat kebohongan dari mata ku." ucap Elvan "Kita memang saling mengenal dan berteman, tapi apa salah nya jika kita langsung menikah."
Azura bingung mau menjawab apa, "Akan aku pikirkan nanti." ucap nya kemudian berlalu pergi "Aku ingin menemui ibu ku."
Elvan menyandarkan tubub nya di kursi taman itu, angin malam menembus masuk hingga ke tulang. Elvan tersenyum penuh pertanyaan. "Kau akan menerima nya Zura, ibu mu butuh pengobatan itu." batin Elvan kemudian beranjak pergi menyusul Zura.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
Neng Niehan
dasar Elvan bucin baru tau rasa setelah bucin Zura kabur kapok
2022-04-12
0
Lussy Rahawarin
elvan, kamu pasti menyesal dgn niat hatimu yg untuk sementara tidak jelas itu,
2022-01-16
0
Homsiah
dengan kekuatan uang apapun bisa
2022-01-12
0