Malam ini keadaan Larasati ibu Zura semakin memburuk, uang yang di bawa Zura sudah habis untuk membayar biaya rumah sakit ibu nya. Sedangkan Larasati harus segera melakukan cuci darah malam ini juga.
Azura berjalan modar mandir di depan rumah rawat ibu nya, wanita itu terlihat kusut dengan mata sembab nya. "Aku harus menemui Elvan." ucap nya kemudian langsung pergi ke hotel tempat di mana Elvan menginap.
Dengan menggunakan ojek, Zura telah tiba di hotel tersebut. Dengan langkah tergesa-gesa Zura memasuki loby hotel, namun ia tak sengaja melihat Elvan yang akan masuk ke dalam hotel.
"Elvan......" panggil Zura.
Elvan menoleh, senyum nya tersungging "Apa ku bilang." batin nya licik.
"Zura, kamu ngapain malam-malam kesini?" tanya Elvan pura-pura tidak tahu.
"Kau mau bicara."
Elvan kemudian mengajak Azura duduk di kursi taman hotel, wanita itu menatap lekat bola mata yang sangat tajam itu.
"Aku terima tawaran mu." ucap lirih Zura.
"Aku tidak pernah memaksa mu Zura."
"Ini kemauan ku sendiri Elvan." ujar Zura "Tapi ku mohon bantu aku, ibu ku butuh penangan segera mungkin."
"Baiklah, malam ini juga aku akan mengurus semua biaya rumah sakit ibu mu."
Elvan dan Zura pergi ke rumah sakit, pikiran wanita itu sedang kacau, di otak nya hanya memikirkan kesehatan sang ibu.
Dengan kekuatan uang, tak butuh waktu lama Hasna sudah berada dalam kenangan dokter, bahkan ia mendapatkan ruang rawat dengan fasilitas yang memadai.
Zura bernafas lega saat melihat keadaan ibu nya yang sudah kembali stabil, wanita itu tak henti-hentinya mengucap syukur.
Elvan memandang Zura, ada rasa kasihan yang terbesit dalam hati nya namun sejauh mungkin Elvan membuang rasa nya.
"Setelah ibu mu sembuh kita langsung menikah di sini." ucap Elvan membuat Zura kaget setengah mati.
"Tapi, bagaimana dengan keluarga mu?"
"Mereka tidak akan peduli dengan pernikahan ku."
Mau tidak mau Zura menuruti semua kemauan Elvan, sedangkan Elvan tertawa puas melihat Zura masuk ke dalam perangkap nya.
Beberapa hari kemudian, acara sederhana dengan di hadiri beberapa tetangga dan saudara, acara pernikahan Zura dan Elvan sudah terlaksana dengan lancar.
Di sisi lain, Zura sangat bahagia bisa menikah dengan Elvan begitu juga dengan ibu nya.
"Jaga Zura nak, sayangi dia selayak nya kamu menyayangi diri mu sendiri. Jika suatu hari kamu menyakiti nya, ibu mohon kembalikan dia sebagaiman kamu mengambil nya dari ibu." pesan Larasati sambil menitikkan air mata.
Elvan hanya mengangguk, pria itu bingung harus bicara apa, "Besok kami akan pulang, karena sudah lebih dari seminggu saya meninggalkan pekerjaan saya."
"Baiklah, yang penting hati-hati."
Keesokan hari, Elvan dan Zura langsung kembali ke kota, Zura sangat sedih meninggalkan ibu nya seorang diri.
Di sepanjang jalan Elvan hanya diam, pria itu bahkan tak mengeluarkan suara sama sekali.
Mobil Elvan memasuki gerbang besar bergaya eropa, membuat Zura terkagum-kagum dengan apa yang ia lihat sekarang. Elvan mengajak Zura masuk ke dalam rumah.
"Bagus kamu Elvan, hilang seminggu pulang-pulang bawa wanita gak jelas." bentak Risma mamah Elvan.
Elvan hanya tersenyum miring, "Dia istri ku sekarang." ucap nya kemudian berlalu pergi sambil menarik tangan Zura.
"Elvan tunggu, mamah belum selesai bicara." teriak Risma emosi.
Sesampainya di kamar, Elvan langsung mengambil selembar kertas kemudian melemparkan nya ke wajah Zura.
"Kertas apa ini?" tanya Zura tidak mengerti.
"Bacalah." pinta Elvan.
Zura membaca bait demi bait isi kertas tersebut, mata nya melotot tidak percaya dengan apa yang Elvan lakukan.
Pernikahan Elvan dan Azura hanya satu tahun saja.
2.Tidak ada hubungan suami istri.
Azura tidak boleh menuntut lebih Elvan.
Elvan akan tetap membiayai pengobatan ibu Azura.
5.Jika suatu saat Elvan khilaf karena melakukan hubungan suami istri Azura tidak boleh menuntut.
Jika Azura hamil, Elvan tidak akan bertanggung jawab atas anak yang di tanggung.
7.Tidak ada nafkah.
Tidak boleh mencampuri urusan pribadi masing-masing.
"Apa maksud dari semua ini?" tanya Zura bingung.
"Aku menikahi mu hanya sebagain dari permainan ku saja, kau sama saja dengan wanita lain nya mata duitan."
Zura semakin tidak mengerti dengan ucapan Elvan, "Jika kau melanggar isi dari perjanjian itu, ingat ibu mu adalah jaminan nya." ancam Elvan dengan penuh penekanan.
Zura meneteskan air mata, ia tidak sangat bingung melihat pria yang ia anggap baik selama ini menjelma menjadi pria yang sangat jahat.
"Apa salah ku pada mu?" lirih Zura Namum tal di gubris oleh Elvan.
Elvan kemudian masuk ke kamar mandi, pria itu tertawa puas dari balik kamar mandi. "Kau kalah Raka." teriak nya.
Zura yang masih duduk di sofa hanya bisa menangsi meratapi hidup nya sekarang. "Demi pengobatan ibu Zura rela hidup seperti ini bu." batin nya "Sebisa mungkin aku akan menjadi istri yang baik untuk mu, karena biar bagaimana pun kita sah di mata Allah dan hukum." sambung nya kembali kemudian wanita itu tertidur di atas sofa di sudut kamar Elvan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
Tatik 05
mulut Evan minta d tabok pakai pantantat panci....biar nyahoh luuu vannn.......
2023-01-22
0
Anisatul Azizah
sampai sini aku bingung thor.. taruhan yg dimaksud diawal itu taruhan utk dinikahi? kukura utk teman ranjang loh. Kl mau mempermainkan dg cara diajak nikah, dg status dia yg kaya raya pasti gonta ganti istri donk Elvannya
2022-05-29
0
Neng Niehan
pengen gedotin kepala Elvan ketembok biar amnesia
2022-04-12
0