" Lho, kok bisa?" tanya Boby penasaran.
" Iya, jadi dulu lulus SMA, aku ngelanjutin D2 ambil jurusan bahasa Inggris. Bapak aku kepenginnya aku kuliah bahasa Inggris. Tapi aku nggak begitu suka. Aku lebih suka matematika. Jadi pas D2 dapat satu tahun, aku daftar S1. Penginnya ambil matematika murni, tapi lagi-lagi bapak nggak boleh. Beliau bilang aku boleh ambil S1 matematika, tapi harus yang keguruan. Itu syarat pertama. Dan syarat kedua, aku harus tetep nyelesaiin kuliah bahasa Inggris aku. Jadinya ya, aku punya dua ijasah, satu D2 bahasa Inggris, yang satu S1 matematika. "
" Wah, hebat juga kamu. Bahasa Inggris pinter, matematika jago.. bahkan masalah keuangan juga pinter. Ato jangan-jangan, kamu kuliah di akuntansi juga."
" Aissshh, ya nggak lah. Kalau masalah keuangan, itu sih naluri aja. Bikin pembukuan aja nggak becus kok."
" Tapi bener lho, kamu jago mengelola keuangan. Pak Ahmad juga bilang gitu. Beliau bilang, setelah keuangan kamu yang pegang, sekolah jadi punya saldo yang lumayan tiap akhir tahun ajaran. Enak besok yang jadi suami kamu. Bisa punya banyak tabungan."
" Mas Boby bisa aja."
Percakapanpun terus berlanjut. Banyak hal yang mereka bicarakan. Tentang pekerjaan mereka masing-masing dan masih banyak lagi. Mereka merasa sama-sama nyaman untuk saling bercerita. Terlihat mereka menjadi tambah akrab.
Setelah acara makan siang, Boby mengantar Novia kembali ke sekolah.
" Ternyata kamu asyik diajak ngobrol ya. Gimana kalau kita berteman mulai saat ini. ? tanya Boby ketika mereka telah sampai di depan gerbang sekolah.
" Boleh. Ngobrol sama mas Boby juga asyik. Aku jadi nambah pengalaman. Nambah temen juga pastinya. " jawab Novia dengan senyuman manisnya.
Senyuman inilah yang membuat Boby tambah merasa nyaman.
" Berarti boleh dong, kapan-kapan kita ngobrol lagi. Kalau bisa di luar jam kerja. Biar bisa lebih panjang waktunya. "
" Oke!" jawab Novia sambil mengangkat jari telunjuk dan jempol membentuk huruf o. " Ya udah, aku turun dulu. Assalamualaikum"
" Waalaikum salam. Sampai ketemu lagi".
Novia segera turun dari mobil dan bergegas masuk ke halaman sekolah. Boby memperhatikan sampai Novia tak terlihat lagi, baru dia mulai menjalankan mobilnya, sambil senyum-senyum sendiri. Rupanya, ada bunga yang mulai bermekaran di hatinya.
••••
Hari telah berganti. Hari ini Novia melalui harinya seperti biasa. Bangun pagi, bekerja, dan masih banyak lagi.
Siang itu saat Novia hendak pulang ke rumah.
" Loh, Dennis! Kamu ngapain di sini? Nungguin siapa?"
" Nungguin ibu. Mau nebeng lagi. Hehehehe..." jawab Dennis cengengesan.
" Kamu ini... nyusahin aja! Ya udah, ayo cepetan!" Novia menjawab dengan nada agak kesal.
" Siap. Biasa...ibu turun dulu."
" Hemm...!!" jawab Novia sambil turun dari motornya.
Dennis naik ke motor diikuti Novia yang membonceng di belakang. Segera, motor di jalankan.
" Kemarin om - om yang jalan sama ibu siapa?" tanya Dennis dengan nada menginterogasi.
" Om om yang mana?"
" Yang kemarin itu Bu...yang ibu dijemput dari sekolah."
" Oooohh itu? Kok om-om sih. Kemarin itu adalah kontraktor yang mau pegang proyek pembangunan gedung sekolah yang baru. "
" Bukan cowok ibu?"
" Maksudnya?"
" Ya udah kalau bukan pacar ibu. Kirain pacar ibu. Mau-maunya, sama om-om kayak gitu."
" Dennis..!! Kamu apa-apaan sih. Nggak boleh jelek-jelekin orang. Lagian dia ganteng, mapan. Emang kenapa kalau saya pacaran sama dia. Nggak ngerepotin kamu juga"
" Ihhh ibu! Kalau bercanda jangan kelewatan. Pokoknya ibu nggak pantes kalau pacaran sama om-om kemarin. Ketuaan!" jawab Dennis tetep ngeyel.
" Hah, mboh lah den. Capek ibu ngomong sama kamu." ucap Novia dengan logat jawanya. Suasana jadi hening.
" Loh...loh...Den! Kok ke arah sini. Ini kan bukan arah rumah kamu. Lhoooo, itu kan rumah saya."
" Iya, emang. Itu rumah ibu sudah mau sampai."
Novia masih dengan wajah cengonya, turun dari motor ketika motornya sudah sampai di halaman rumahnya.
" Ini gimana ini? Maksudnya bagaimana ini?" tanya Novia masih dengan kebingungannya. " Katanya kamu mau diantar pulang. Kok malah jadinya saya yang diantar pulang. "
" Iya ibu. Saya tadi awalnya minta tolong untuk diantar pulang, tapi pas diperjalanan, saya berubah pikiran. Masak iya saya minta dianterin terus. Sekali- sekali gantian saya yang ngaterin ibu gitu. "
" Dennis... Dennis...Saya tu kadang- kadang bingung sama kamu " ucap Novia sambil geleng-geleng kepala. Yang diajak bicara hanya cengengesan aja.
" Terus sekarang, kamu pulangnya gimana?"
" Tenang aja Bu. Sebentar lagi jemputan datang. "
Dan benar saja, tak berselang lama, datanglah si Rey untuk menjemput Dennis.
" Jemputan datang...!" seru Rey.
" Salam dulu kek. " sahut Dennis.
" Oh iya lupa. Assalamualaikum, Bu Novia
" Waalaikum salam" Novia menjawab salam Rey sambil menggelengkan kepala. Tidak habis pikir dengan murid-muridnya.
" Bu, kok ndak disuruh masuk dulu. Disuguhi kopi apa teh juga mau. " kelakar Rey.
" Udah sore. Sebaiknya kalian pulang. Kalian seharusnya tuh jam segini udah di rumah. "
" Pelit amat Bu" gumam Rey dan di hadiahi jitakan oleh Dennis.
" Kalau ngomong tuh di jaga." ucap Dennis memperingati Rey. Sekalian biar keliatan baik di mata Novia tentunya.
" Ya sudah bu, kita mohon pamit dulu. Emmm, Bu... kalau misalnya kapan-kapan saya main kesini boleh bu? Bukannya apa-apa sih, cuman saya lagi ada masalah, dan mau minta saran dari ibu. Siapa tahu ibu bisa membantu saya menyelesaikan masalah saya. " lanjut Dennis.
" Insyaallah, boleh."
" Kita pamit dulu Bu... Assalamualaikum." pamit Rey dan Dennis hampir bersamaan.
" Waalaikum salam."
Rey dan Dennis akhirnya meninggalkan rumah Novia. Di saat akan masuk ke dalam rumah, seorang ibu- ibu menghampiri.
" Wah, mbak Novia kok dianter muridnya? Sakit ya mbak? Ato... Mbak Novia llagi kencan sama muridnya." ucap ibu - ibu tadi dengan tatapan mengejek dan pura-pura menutup mulutnya dengan tangan kanan.
" Maaf ya Bu, tolong kalau berucap, dijaga."
" Ya siapa tahu aja. Takut nggak ada yang mau, eh akhirnya murid juga diembat." cerocos ibu - ibu tadi.
" Sekali lagi saya minta maaf. Seingat saya, saya tidak pernah mengusik ibu ato keluarga ibu. Jadi tolong, jangan berbicara sembarangan. Permisi" dengan rasa kesal setengah mati Novia berlalu meninggalkan ibu-ibu yang mulutnya tidak pernah di sekolahin tadi.
Sampai di dalam rumah, Novia melepas sepatu kerjanya, dan langsung masuk ke kamarnya. Di kamar, dia menghempaskan tubuhnya ke atas kasur.
Ingin rasanya dia berteriak supaya kekesalannya menghilang. Akhirnya dia pergi ke kamar mandi untuk ganti baju dan mengguyur wajah sampai setengah kepalanya. Biar kepalanya bisa dingin.
Setelah dari kamar mandi, dia memakai headset dan membuka aplikasi YouTube untuk mencari lagu favoritnya. Lagu favorit yang justru selalu mengingatkannya dengan sang mantan. Yang sampai hari ini, masih mempunyai tempat spesial di hati Novia.
****
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
BETUL KATA BOBBY, TU NOVIA KOQ PEKA DGN SIKAP BOBBY, MGKIN KRN NGANGGAP BOBBY MSIH REMAJA, DN JUGA MURIDNYA, JDI DIA MIKIR LURUS2 AZA, GK ADA PEKA & CURIGA.. PADAHAL BNYK TU CERITA NOVEL YG KISAHKN PERCINTAAN MURID BRONDONG & BU GURUNYA
2023-10-25
0
Mia Pratiwi🍇
wahh novia punya tetangga julid🥴
2022-04-13
3
Elok
duh mak emak ya
2021-12-06
1