Apakah Novia memang sengaja menghindar??
Boby mengirim pesan ke Novia.
** Andre bilang, kamu lagi sakit? Gimana keadaan kamu sekarang? pesan terkirim.
Satu menit...dua menit...lima menit...dua puluh menit... tidak ada tanda-tanda pesannya akan di balas.
Boby beranjak dari duduknya. Dengan langkah lebar, dia keluar dari ruangan. Di luar ruangan, dia bertemu dengan Andre. Ketika Andre bertanya dia akan kemana, dia hanya menjawab dengan lambaian tangan.
Kemanakah Boby akan pergi??
Dia mengambil mobil yang terparkir di halaman depan kantornya. Menyalakan mesinnya, kemudian menginjak gasnya dengan keras. Mobil melaju dengan kecepatan diatas rata-rata.
Sampai di perempatan jalan, dia menghentikan mobilnya untuk membeli sesuatu. Setelah mendapatkan apa yang diinginkannya, dia melanjutkan perjalanannya.
Sampai di depan pekarangan sebuah rumah sederhana namun tampak sejuk dan nyaman untuk di tinggali, dia menghentikan mobilnya. Dia turun dari mobil dan berjalan menuju pintu depan rumah tersebut.
Sesampainya di depan pintu, dia mengetuk pintu sambil mengucapkan salam. Beberapa menit kemudian, seorang wanita setengah baya, keluar dari dalam rumah.
" Mau cari siapa mas?" tanya ibu-ibu itu.
" Maaf Bu, apa Novia ada?" tanya Boby sambil menenteng parcel buah yang dibelinya di jalan tadi.
Ah, ternyata Boby datang ke rumah Novia. Dia sudah tidak sabar dengan ulah Novia yang terlihat sengaja menghindar. Sebenarnya, saat ini dia curiga kalau Novia tidak benar-benar sakit. Makanya dia bergegas ke rumah Novia.
" Mas ini siapa ya?"
" Ah, saya temannya Novia bu."
" Oh, masuk mas kalau begitu. " Bu Arum mempersilahkan Boby masuk dan duduk.
" Terima kasih Bu. "
" Sebentar ya nak, ibu buatkan minum dulu. "
" Ibu...Ibu tidak usah repot-repot. Mending ibu duduk saja di sini. " tolak Boby dan mempersilahkan Bu Arum untuk duduk di sofa sebelahnya duduk.
" Maaf Bu, saya tadi di kasih tahu teman saya, katanya Novia sedang tidak enak badan. Apa benar Bu?"
" Iya nak... Tadi pagi badan Novia panas. Badannya jadi lemes. Jadi hari ini terpaksa dia tidak masuk kerja. Sebentar ya nak. Ibu lihat dulu Novia, Siapa tau dia sudah bangun. Biar ibu kasih tahu kalau ada temannya kesini." Bu Arum beranjak berdiri.
" Tidak usah Bu. Biarkan Novia istirahat saja. Apa Novia sudah diperiksa dokter Bu?"
" Oh tadi sudah diperiksa sama Bu bidan nak. Di sini kalau mau ke dokter jauh. Harus ke kota dulu. Tapi tadi ibu lihat, habis minum obat, panasnya sudah agak turun. Bu bidan tadi bilang kalau Novia cuma kecapekan sama kurang tidur."
" Syukurlah kalau dia sudah baikan Bu."
" Ibu sebenarnya agak khawatir sama anak ibu. Ibu perhatikan, beberapa hari belakangan ini, dia seperti banyak pikiran. Tapi setiap ibu tanya, dia selalu bilang tidak ada apa-apa. Mungkin memang banyak hal yang dia pikirkan, jadi susah tidur kalau malam." cerita Bu Arum. Entah kenapa, Bu Arum merasa bisa cepat akrab dengan Boby.
" Novia itu gadis yang agak tertutup ya Bu?"
" Iya nak. Dia tidak pernah mau berbagi dengan siapapun. Semuanya di pendam sendiri. Dia selalu tampak tegar, ceria di luar. Tapi ibu tahu, banyak masalah yang dia pendam."
Bu Arum menceritakan banyak hal tentang Novia. Boby jadi lebih tahu banyak tentang Novia.
" Kalau begitu, saya permisi dulu Bu. Sudah siang. Salam buat Novia. Semoga dia cepet sembuh. "
" Iya nak... Terima kasih sudah jengukin anak ibu. Pakai bawa oleh-oleh lagi. "
" Iya Bu, sama-sama."
Kemudian Boby beranjak dari duduknya setelah berpamitan. Boby merasa bahagia. Kelihatannya, tidak akan susah untuk menjadi menantu Bu Arum. Iya, yang susah itu jadi suami Novia.
Ibu kembali masuk ke rumah setelah mengantar Boby sampai luar. Ibu mampir menengok Novia, sambil membawa keranjang buah. Terlihat Novia baru bangun.
" Sudah agak enakan nduk?"
" Alhamdulillah, sudah Bu. Sudah nggak sepusing tadi pagi." ucap Novia sambil bersandar di sandaran ranjang.
" Kamu mau makan yang mana ini nduk? Nih, buahnya banyak macamnya. " tanya Bu Arum sambil memperlihatkan isi parcel tadi.
" Parcel dari siapa Bu? Kok gede banget."
" Ini tadi dari temen kamu. Dia kesini mau jengukin kamu. Tapi kamunya masih tidur. Jadinya ya ngobrol sama ibu. Ganteng nduk, orangnya. Mobile bagus tenan. Orangnya juga baik... sopan... Seneng ibu ngobrol sama dia. " ucap Bu Arum panjang lebar.
" Temen Nov yang mana Bu? Perasaan temen Nov wajahnya standar-standar aja. Nggak ada yang seganteng seperti yang ibu ceritain."
" Owalah nduk...nduk...saking asyiknya ngobrol, ibu jadi lupa nanya namanya." jawab Bu Arum seraya menepuk jidatnya pelan.
Novia hanya geleng-geleng kepala.
" Ya uwis...Ini kamu mau makan yang mana? "
Novia menunjuk jeruk dengan jari telunjuknya.
" Ibu kupasin. Kayaknya jeruknya manis ini. "
•••
Malam menjelang. Tubuh Novia sudah agak Segeran. Rasa pusing di kepalanya juga sudah hilang. Selain efek dari obat, mungkin juga karena Novia sudah tidak kurang tidur. Karena seharian ini yang di lakukannya hanyalah tidur, makan, kemudian tidur lagi.
Malam itu Novia mulai berpikir lagi. Tentang hidupnya, tentang masa depannya. Keputusan apa yang harus dia ambil.
Dia merenung. Terus berpikir. Tidak mungkin hidupnya harus seperti ini terus. Dia harus berani mengambil keputusan. Penantiannya untuk sang mantan mungkin harus dia akhiri. Dia harus tetap menjalankan kehidupannya.
Malam itu, dia memutuskan mengikuti saran Dedi. Dia harus menemui Candra. Bertanya sekali lagi. Jika memang disaat terakhir dia bertanya, sang mantan masih tetap dengan jawaban yang sama, maka dia akan merelakan hidupnya hidup tanpa Candra. Dia akan melepas cintanya. Belajar untuk cinta yang baru. Itulah tekad Novia saat ini.
Tidak mungkin dia harus menunggu tanpa kepastian. Dia tidak sanggup hidup dengan cibiran orang-orang. Apalagi dia harus menghadapi si murid yang telah menyatakan cinta terhadapnya. Dia sudah terlanjur mengatakan kalau dia akan menikah. Kalau dia tidak jadi menikah, maka dia yakin, si murid pasti akan terus ngerecoki.
Novia mengambil ponselnya yang ada di tepi ranjang. Mencari nama seseorang. Kemudian mengetik sesuatu di sana.
** Assalamualaikum mas..Maaf, Novia mengganggu.
** Mas, apa besok kita bisa bertemu?
Setelah beberapa menit berlalu, bunyi notifikasi pesan terdengar dari hp Novia.
** Waalaikum salam dik Nov. Ada apa ya dik, kok tiba-tiba mau ketemuan?
Secepat kilat Novia membalas pesan itu.
** Ada yang mau Nov bicarakan sama mas Candra. Penting, mas. Bisa kan?
** Iya dik. Insyaallah. Mau ketemuan dimana?
** Di pemancingan Samudra, gimana mas?
** Iya dik. Boleh. Tapi aku bisanya sore, nggak pa-pa?
** Nggak pa-pa mas. Oke, sampai ketemu di sana besok ya mas. Assalamualaikum.
** Iya. Waalaikum salam.
Ya Allah, semoga besok hamba mendapatkan kabar baik. Amiinn. Doa Novia dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Marsha Andini Sasmita
💪❤️❤️❤️
2022-10-30
1
❤️⃟Wᵃf🤎⃟ꪶꫝ🍾⃝ͩDᷞᴇͧᴡᷡɪͣ𝐀⃝🥀ᴳ᯳
kayaknya zonk. candra tetaplah pecundang yg gk berani maju 😏😒
2021-12-17
2
Elok
ayo
2021-12-07
1