Kedua preman tadi mendekati mobil BMW silver yang terparkir sedikit tersembunyi dari lokasi pertarungan tadi. Salah satu preman itu mengetuk pintu kaca mobil sebelah kanan. Driver-nya segera menurunkan kaca jendela itu.
Tampak sosok lelaki tua berkacamata dengan wajah dingin menatap kosong ke depan seakan tahu ia akan menerima laporan kekecewaan dari kedua preman suruhannya itu.
"Aduh bos anaknya si bos emang jago bela diri kita berdua dengan mudah dia kalahin. Ini gara-gara si bos merubah rencana sih. Padahal kan awalnya si bos nyuruh kita cuma buat monitoring mas Raka doang, kenapa jadinya disuruh ngikutin cewek itu?"
Keluh preman tersebut sambil meringis menahan sakit luka bekas pukulan.
"Karena saya tahu, Raka mulai tertarik dengan gadis itu, daripada dengan istrinya sendiri. Lalu sekarang ke mana dia pergi...?"
"Mana kami tahu bos. kan kita berdua udah tepar duluan abis dijotosin Mas Raka"
"Hhrggg... kalian berdua memang gak berguna. Lelaki tua itu kemudian mengambil segepok uang yang disiapkan untuk membayar kedua preman tadi, tapi begitu uang itu akan disodorkan dia mengurangi setengahnya.
"Loh, bos... kok dikurangin?"
"Misi kalian hampir gagal, jadi buat apa aku bayar semuanya."
Ucapnya sambil menyalakan mesin, kemudian segera pergi menggeber mobilnya meninggalkan dua preman itu.
Kedua preman itu terlihat kesal, mereka berteriak-teriak sambil memaki.
"Kurang ajar! Kalau tau begini, mending nggak usah kita terima job-nya, segini sih cuma habis buat bayar rumah sakit doang. Woi, Pak! Berhenti woiii...!"
Salah satu temannya membalas teriakan itu dengan geram.
"Mau urusan ama kita, dia! Liat aja nanti, kalau ketemu lagi kita permak dia habis-habisan."
***
Pak David melajukan mobilnya sesuai dengan map yang tersambung di monitor kendaraannya. Titik merah yang merupakan GPS keberadaan Raka mulai ditemukan. Ia tersenyum puas tampil kemudian kembali menggeber BMW silvernya dengan kecepatan penuh menembus kegelapan malam itu.
***
Jam di layar ponsel menunjukkan pukul dua pagi, Raka meminta driver taksi untuk menghentikan mobilnya tepat di depan sebuah hotel bintang tiga yang tak terlalu mewah.
"Ayo turun!"
Sikap dingin itu tentu saja membuat Risa curiga sehingga dia enggan mengikuti Raka turun disitu.
"Ngapain sih lo bawa gue ke sini?! Nggak! Gue nggak mau turun."
Raka celingak-celinguk, sikapnya membuat Risa semakin curiga.
"Buruan turun! Ini udah mau menjelang pagi dan kamu belum istirahat, Mbak."
"Nggak mau! Kalau pun gue turun... lo nggak perlu ngikutin gue, biar gue aja yang masuk dan pesen penginapan ini sendiri."
"Bawel banget sih! Lama-lama aku nggak sabar ngadepin kamu! Ikut aku!"
Tanpa diduga Raka berani menyeret Risa ke dalam hotel itu, Risa berusaha melepaskan diri tapi tangan lelaki itu terlalu kuat hingga akhirnya tanpa disadari dirinya sudah ada di depan meja bar resepsionis hotel itu.
Rama mengeluarkan ponselnya lalu menunjukkan orderan online yang sudah dipesan lewat aplikasi. Rupanya dia sudah membooking satu kamar di hotel itu, ini membuat Risa semakin ngeri saja. Ingin rasanya dia segera kabur dan menjauh dari tempat itu. Tapi lelaki itu seakan menyadari reaksi Risa tiba-tiba saja ia melemparkan kunci kamar hotel kepadanya lalu dengan cuek dia meninggalkan Risa begitu saja.
"Istirahatlah! Besok saya dateng lagi sekitar jam 10 pagi, semoga kamu sudah bangun dan segar kembali. Selamat malam!"
Risa terbengong-bengong. Ternyata lelaki itu tak berbuat seperti apa yang dia pikirkan. sebenarnya dia masih ingin memikirkan bagaimana dan apa rencana lelaki itu, tapi tubuhnya terlalu letih untuk membiarkan dirinya terus berdiri di situ.
Anehnya sekalipun ia masih menatap punggung Raka berlalu meninggalkan lobby hotel, tapi pikirannya teringat kepada Bram segini letihnya saja sudah sangat menyiksa tubuhnya apalagi Bram yang kondisinya kurang sehat namun Ia tetap memaksakan diri bertemu dengan Yulia.
Bagaimana keadaan lelaki itu? Ada sedikit penyesalan kenapa ia harus bersembunyi dari pencarian Bram. Tapi kalau ia tidak bersembunyi dia hanya akan menyusahkan Bram saja. Sungguh di hati kecilnya ia tak ingin merepotkan lelaki itu karena Risa sangat tahu betapa Bram sudah sering dibuat susah. Sejak ia masih berpacaran dengan Yulia.
Lucunya, sedikitpun Yulia tidak menyadari ketulusan Bram. Gadis itu sudah benar-benar dibutakan oleh mata hatinya sendiri. Padahal Risa pun tidak terlalu yakin kalau Yulia sudah jatuh hati kepada Raka yang segitu sinis dan sama sekali tidak menunjukkan kepeduliannya meskipun Risa tahu kalau Raka masih mencintai Yulia. Laki-laki itu sungguh pandai menyimpan gengsinya.
Ah... pikiran-pikiran itu Kian membuatnya semakin letih, terlebih ketika ia sudah sampai di depan pintu hotel dan melihat putihnya sprei tempat tidur yang menyambut ramah rasa kantuknya. Risa segera men-charging hapenya lalu menjatuhkan diri, larut ke dalam mimpi-mimpinya, namun ia masih bayangan Bram lagi-lagi terlintas di pelupuk matanya. Bahkan menjelang kesadarannya hampir sirna. Lelaki itu kian lekat dipikirannya apalagi sejak Aryo memintanya mendekati Bram. Ah, semoga saja Bram sudah tidur nyenyak malam ini. penyakit apa yang dia harapkan dalam tidurnya sendiri.
***
Raka masih menunggu taksi on line pesanannya, tapi yang datang malah BMW Silver yang tak asing baginya, mobil itu berhenti tepat di hadapannya. Kaca depan terbuka, sosok tua berkacamata menyapanya tanpa sama sekali menengok ke wajahnya, dan dia hanya berkata singkat.
"Masuklah!"
Raka tertegun, bagaimana papanya tahu dia berada di sini, jangan jangan dia sudah mengikutinya sejak tadi?
"Tidak perlu heran kenapa Papa tahu kamu ada di sini. Kan Papa bisa melacak kamu di manapun. Meskipun GPS di HPmu kamu sudah kamu matikan! Hmmm..."
"Papa nguntit aku sejak kapan?"
"Sejak live IG yang tayang di akun Bramantyo menjadi viral beberapa jam lalu. Papa sudah tidak tahan lagi menyaksikannya. Jadi Papa putuskan untuk bertindak sendiri."
"Ini nggak biasa. Aku curiga, jangan-jangan dua preman tadi itu adalah jebakan yang sengaja ayah kirim."
Pak David terkekeh
"Cerdas juga! Cepat masuk sekarang juga!"
Mau tak mau Raka melangkahkan kakinya masuk ke dalam mobil itu dengan perasaan cemas dan tegang. dari gelagat ayahnya menunjukkan bahwa ia mulai dalam masalah besar.
***
Bram masih terjaga dalam tidurnya beberapa kali ia berganti posisi. Membuat tidur Aryo ikut terganggu.
Berisik banget sih lu, bro! Gue jadi nggak bisa ikutan tidur nih. Mana bentar lagi pagi. Besok gue mau ketemu klien buat batalin perjanjian nge-shoot."
"Tumben banget lo mau ngebatalin job. Emang udah nggak butuh duit?"
"Gue mau benerin HP"
"Oooh... biar bisa ngepostin akun palsu gue lagi?"
"Lo tu, ya... curiga mulu sama gue! Udah sana lo tidur... kalau bangun bawaannya pengen ngajakin gue berantem mulu."
"Gue nggak bisa tidur..."
"Mikirin Risa?!"
"Ya iyalah... gimanapun dia kan cewek, masa tega gue biarin dia jalan sendirian gimana coba nasib dia tidur di mana dia malam ini."
Dalam hati Aryo tersenyum,
"Kayaknya gampang banget deketin dua orang ini. Hmmm.. ! Babak pertama sudah dimulai"
to be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
kakak😊
asisten dadakan hadir lagi😉
mampir lagi yuk kak😊
2020-12-09
0
PENULIS ISTIMEWA
Jahat 😱😱😱
2020-11-27
0
Om Rudi
Lega Risa gak diapa2 in. Om jagoin Risa
Yuk dukung karya Om:
Sanggana1: Perampok Raja Gagah
Pendekar Sanggana (up)
2020-11-21
0