“Kurang ajar! Bagusnya orang ini beneran di penjara! Beraninya dia pukulin anak saya di kantor polisi”
“Lagian orang kayak gini ngapain dibebasin sih?”
Timpal Ayu...
“Pak polisi, ayo tangkep mereka lagi sebelum mereka celakain anak saya lagi! Ayo tangkep paaak...”
Teriak Bu Tami lagi penuh emosi.
Semua petugas yang ada disitu pun berusaha sekuat tenaga menghentikan kehebohan itu.
“Berhentiii!”
Teriak salah petugas tadi. Barulah kehebohan itu mereda.
“Sabar, bu... sabar...! Tolong semuanya jangan bikin keributan disini ya.... ini kantor polisi! Kalau kalian sampe bikin masalah, kami nggak susah susah nangkepin kalian semua. Ngerti!”
Ujar salah satu petugas yang kerepotan melerai amukan Bu Sita dan Ayu.
Pak Bandan mendekati Bram dengan tatapannya yang angkuh. “Balik lo ke rumah sakit! Jangan bikin malu keluarga! Noh, bu dokter udah nyariin lo! Buruan!”
“Iya, pak...”
Bram sempoyongan mengikut langkah ayahnya keluar ruangan. Tetapi hatinya masih tertinggal di sudut ruangan itu, tempat dimana Yulia sudah berdiri dan memperhatikannya sejak tadi. Sebenarnya Yulia pun belum rela melepaskan kepergian Bram, Kerinduannya tak pernah usai sejak ia memutuskan cinta mereka secara sepihak dua minggu lewat 3 hari lalu. Ia ingin mengejar dan memeluk Bram, tapi dia harus menghormati suaminya, juga menjaga emosi lelaki yang telah menikahinya itu.
“Bram, jaga baik - baik diri lo!” gumamnya dalam hati.
Tiba-tiba Bram saat menoleh kepada Yulia, pandangan mata mereka sempat beradu sebelum akhirnya Yulia membuang muka dengan terpaksa.
Ekspresi Yulia kala itu seperti sebuah episode cinta yang ditamatkan secara paksa. Bram tak kuasa menahan kepingan hatinya yang seolah baru saja meledak tiada terkira. Tak terduga, semua ekspresinya terekam oleh Risa hingga gadis itu tiba-tiba nekat berlari mengejarnya di belakang, menyusul ke sebuah tikungan di kooridor depan yang sudah melenyapkan Bram dan keluarganya dari pandangan matanya.
“Braamm!”
Tapi begitu ia muncul di belokan itu, Bram sudah lenyap entah kemana. Yang muncul malah Aryo, pemuda itu tiba-tiba menekan tangan Risa dengan tatapan penuh dendam.
“Mau ngapain, lo??”
“Kalo lo cinta Bram, lo harus lakuin sesuatu buat dia!?
Risa kaget, kalimat itu seakan menyentak seribu kesadarannya yang telah tenggelam entah ke palung mana. Cinta. Yah, kata itulah yang membuatnya merasa tertohok dan tiba-tiba luluh di hadapan Aryo sehingga ia kemudian dengan mudah mengikuti Aryo ke parkiran samping.
Tentu saja Aryo merasa senang karena instingnya soal perasaan Risa kepada Bram sangat tepat. Risa pasti punya perasaan khusus sama Bram. Semuanya sudah Aryo perhatikan sejak ia melihat Risa di pesta pernikahan Yulia. Caranya menatap Bram, kasih sayang dan perhatiannya yang maha rahasia itu hanya bisa dimengerti dan dipahami oleh Aryo saja. Padahal Aryo yakin, Bram sendiri belum tentu sadar akan semua yang dirasakan Risa terhadapnya.
Dasar tulalit!
Masih ada beberapa petugas dan beberapa warga sipil yang berlalu lalang dengan memakai masker atau faceshield sebagai atribut lengkap di masa pandemi ini pada halaman parkiran itu. Tapi Risa tidak perduli. Toh tidak ada yang mengenalinya. Segera ia menarik kemeja Aryo dengan gemas.
“Stop! Disini aja! buruan lo bilang apa yang lo mau dari gue? Ucap Risa setengah mengancam.
Aryo berbalik dan menatapi Risa dengan lekat. Sok lembut dan begitu pintar menyembunyikan kelicikan di wajahnya.
“Well! Tapi disini kurang nyaman. Kita masuk ke mobil gue aja!”
“Nggak! Gue nggak mau percaya sama orang kayak lo. Bram aja lo telikung!”
“Ya Ampun, sa? Lo masih ngebahas soal pelaporan ini? Gini deh, kalo lo jadi gue gimana? Apa lo juga bakal ngebiarin sahabat lo dalam masalah?”
“Tapi nggak harus nambahin masalah juga, kan? Ini bukan soal keluarga gue yang mau lo penjarain! Tapi ini menyangkut etika personal lo! lo tuh udah kejauhan.”
“Lo yang kejauhan!”
“Maksud, lo?”
“Nalar lo tuh yang kejauhan. Asal lo tau, gue bantuin Bram cuma buat ngalihin perhatian dia dari patah hatinya dia yang nggak kelar kelar. Tapi masalahnya, ternyata dia nggak butuh gue. Dia tuh butuh elo, cuma elo-nya yang nggak peka!.”
Risa kaget.
“Gue nggak peka apanya sama dia? Gue udah nemenin dia di rumah sakit. Bela-belain dia loh di depan keluarga gue sendiri.”
“Tetep aja kurang peka!”
Risa ternganga sambil mengangkat pundaknya dengan kesal.
“Emang bener lo udah peduli ama dia. Tapi cuma sebatas temen doang, kan? Nah kalo cuma butuh temen doang mah, gue juga temennya dia. Masalahnya yang Bram butuhin itu... penggantinya Yulia!”
Deb!
Entah bagaimana bisa Risa berpikir kalau kalimat Aryo itu seakan menyerang dirinya, Aryo menatap Risa dalam dan penuh emosi. Tapi tatapannya tentu tidak sama dengan yang pernah Bram lepaskan ke hatinya. Mungkin dari sinilah Risa mulai merasakan perbedaan getaran rasa yang biasa dengan rasa yang tidak biasa.
“Dan dia... butuh lo sebagai pengganti Yulia!”
“Hah? Gila lo! Lo mau bikin gue perang ama adek gue sendiri?”
“Yee... gue kan Cuma ngomongin kenyataannya doang. Gue ngomong gini karena gue Yakin Bram jatuh cinta sama lo. Soalnya gue pernah mergokin Bram mimpi sambil nyebut NAMA LO! Bukan Yulia!”
“Nggak mungkin lah. nge-halu Lo ya? Gue aja masih inget, waktu pertama kali siuman Yulia yang dia sebut. Udah ah, gue nggak percaya sama omongan lo!. Permisi!”
Risa berlari secepat mungkin. Membawa kegusaran hatinya yang makin tak menentu.
“Risaaa...! Kalo lo cinta ama dia, lo harus jagain perasaan dia sebelum dia patah hati yang kedua kalinyaaa...!”
Teriak Aryo. Risa menutup telinganya dengan masih sambil berlari. Seakan – akan ia tak ingin mendengar apapun lagi.
Akhirnya Aryo terkekeh senang. Hari itu ia benar benar merasa telah menjadi pemenang tunggal dalam setiap babak scenario yang telah dia rancang.
“Skenario jatuh cinta berhasil dijalankan. Risa... Risa... Silahkan lo bergalau – galau dulu. Step berikutnya, gue tinggal nge-set kedekatan kalian. Gue yakin konflik cinta yang termehek-mehek antara dua kakak beradik ini bakalan jadi sorotan netizen lagi. Aagh... pokoknya kalian berdua siap – siap aja jadi selebgram yang gue kendaliin! Hahaha....!”
***
Jarum infus tertancap kembali di pergelangan tangan Bram yang kini semakin pucat dan lemah, seorang dokter memeriksanya dengan hati – hati. Uniknya, ekspresi dokter muda ini berbeda jauh saat memeriksanya sebelum ia kabur.
“Tolong jangan kabur lagi ya, mas... ini sangat mempengaruhi kondisi kesehatan, mas Bram.”
“Baik, dokter. Tapi sampai berapa hari lagi saya menginap disini?”
“Tentu aja sampai Mas Bram sehat. Pokoknya kami akan usahakan kesembuhan mas Bram, biar bisa semangat dan bisa ngembangin konten kreatifnya di medsos!”
Jrengg!
Seketika senyuman Bram terkatup rapat sampai dokter muda itu berlalu pergi. Dirinya benar benar sudah dikenal oleh banyak orang. Akun siluman dan postingan palsu Aryo benar benar telah menghabisi seluruh privacy-nya.
To Be Continued.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
Caramelatte
lanjutttt uhuyyy
2020-11-30
0
Kembang Jingga
wwwkkkkk......
2020-11-22
0
Om Rudi
keren gaya kelicikan Aryo
Om hadir bersama:
Muslimah Bintang 7
dan
Pendekar Sanggana
Yuk kunjung balik
2020-11-14
1