Braaakkk!
Meja marmer itu digebrak oleh botol wine tebal. Namun meja itu tak bergeming. Hanya suaranya yang terdengar lantang memekakan telinga. Selantang amarah yang akhirnya meledak juga di sepanjang kesabaran Pak David.
Beberapa tetes wine muncrat membasahi ponsel miliknya yang baru saja mempertontonkan adegan Life IG yang memalukan itu.
Bukan tanpa sengaja Pak David melihat IG tersebut. Ia menjadi ketagihan me-monitoring postingan demi postingan di akun Bramantyo semenjak peristiwa memalukan di pernikahan anaknya. Raka.
Sekalipun hatinya tidak terima anaknya dipermalukan hingga diperkarakan. Tetap saja ia punya ikatan darah dengan Raka sehingga mau tidak mau turut merasakan apa yang dialami Raka.
"Menyesal aku membiarkan Raka memilih perempuan itu! Perempuan itu dan keluarganya sudah betul-betul mencoreng mukaku."
Seorang pengawal setia berbadan tegap yang sejak tadi membiarkan Pak David meluapkan amarahnya akhirnya berkomentar,
"Bapak ingin saya melakukan apa untuk menyelesaikan masalah ini?"
"Aku tidak membutuhkan pertolongan kamu atau siapapun untuk saat ini. Dalam hal ini akulah yang akan memutuskan semuanya. termasuk penghentian serah terima perusahaanku kepada Raka!"
***
"Bangun kamu! Ayah tidak butuh sembah sujud kamu! Ayah juga tidak butuh pembelaanmu dan pembenaranmu! Pergi dari sini sebelum Ayah bertambah muak sama kamu, Risa!"
Semua yang ada disitu terlonjak kaget. Apa lagi Bu Ratna. Dengan segera ia menarik tangan suaminya, melanjutkan permohonan maaf yang tak seluruhnya sanggup dapat disampaikan dari mulut Risa.
"Nggak, yah... Ibu nggak setuju dengan keputusan ini, bagaimanapun Risa anak kita juga"
"Nggak lagi! Setelah semua yang telah dia lakukan."
"Saya nggak yakin dengan apa yang bapak tuduhkan sama Risa. Raka! Tolong lakuin sesuatu! Apa benar Kalian ada hubungan?
Raka terdiam sebentar, seolah hati-hati melanjutkan kalimatnya sambil tersenyum sinis. Lantas berkata,
"Kamu nggak berhak mempertanyakan apapun sama aku. Biar aku dan Risa aja yang tahu tentang apa yang sudah terjadi!"
Risa terlonjak kaget mendengar jawaban Raka yang ternyata sama sekali tidak memihak kepadanya, padahal ia telah sungguh-sungguh menolong Raka malam tadi. Tentu saja hal itu membuatnya Kian emosi.
"Mas... apa ini artinya di antara kalian memang udah terjadi sesuatu? Jawab, mas? Mbak Risa, kamu juga jangan diam aja. Jawab, Mbak!"
Sergah Yulia akhirnya. Rupanya emosinya memang belum mereda.
Risa pun menjadi gusar.
"Keterlaluan lo Raka! Apa maksud jawaban lo, hah? Setelah susah payah gue nolongin lo, Lo sama sekali enggak mau ngebelain gue? Begini cara lo ngebalas budi sama gue?! Lo sengaja bikin perpecahan antara gue sama keluarga gue, hah?! Picik lo, Raka!
Risa bangun lalu dengan sigap Ia berlari ke jalanan sambil menangis. Bu Ratna yang nggak tega ndak mengejarnya namun sayang tangannya dicekal oleh Pak Hendro. Bram menatap Yulia dengan tajam gadis itu sama sekali tidak bereaksi bahkan cenderung membiarkan Risa pergi begitu saja. Mau tak mau ia memutuskan mengejar Risa sendirian meski dengan langkah tertatih. Dan Aryo terpaksa ikut mengejarnya meski mungkin kehadirannya sudah tidak diharapkan lagi oleh Bram maupun Risa.
"Risa tunggu!" teriak Bram.
Tapi Risa seakan tidak peduli dia semakin mempercepat larinya. Bram mengejar lagi, tapi ia malah tersandung dan jatuh kak aspal
Braak!
"Aaaghh!"
Risa sempat terhenti melihat tubuh Bram tersungkur. Untunglah Aryo segera menolongnya.
"Bangun, Bram!"
"Lo nggak perlu nolongin gue, cepet kejar Risa. Buruan...!"
"Ok.. ok..."
Akhirnya Aryo mengejar Risa dan mempercepat larinya sayangnya gadis itu sudah lenyap di belokan jalan.
Aryo terus saja berteriak-teriak mencari Risa. Tapi jalanan terlalu lengang seakan tak ada siapapun yang membalas teriakannya.
"Kemana sih tuh cewek? Ngerjain gue aja, kalo sampe nggak ketemu bisa gawat nih... Bram pasti bakalan marahin gue. Risaaa... Risaaa... plis lo jangan ngerjain dong ah..."
Omelnya sambil jelalatan kesana kemari.
Padahal Risa tengah sembunyi di balik semak belukar sambil menahan pedih hatinya, dia biarkan segala luka dan lara merajam dalam persembunyian itu. Dia biarkan kepanikan Bram dan Aryo di sepanjang jalanan itu, dia biarkan dirinya ditinggalkan sendirian di dalam gelap malam.
Riaa baru berani keluar dari semak belukar saat tak lagi terdengar suara teriakan Aryo maupun Bram. Namun sial, baru saja ia merasa lega terbebas dari pencarian Bram dan Aryo, di situ sudah ada dua orang preman mabuk yang seolah senang melihat kehadirannya...
Jreng!!...
"Wah, cewek cakep mau kemana nih malam-malam sendirian? Abang temenin ya...? Hehehe..."
Risa tak ingin meladeni preman mabuk itu, dia bergegas lari ke arah lainnya namun mereka malah mengejar Risa dan membekuknya dengan paksa.
"Lepasin gueee! Lepasin!"
Risa berusaha berontak sambil mengibas-ngibaskan tangannya yang dicekal paksa, bahkan dia nekat menendang dua lelaki itu walau tenaganya tidak seimbang.
"Nggak usah takut sayang, abang nggak akan nyakitin lo kalau lo mau diem dan pasrah, kita niat mau ngasih lo yang enak-enak kok, ya nggak, bro..."
Ujar salah seorang preman sambil meminta pertimbangan temannya.
"Lepasin gue atau gue sekarang teriakin lo semuanya biar lo digebukin sama warga sini."
"Teriak aja kalau emang bisa. Lagian ini kan udah tengah malam, mana ada orang yang mau dengerin teriakan lo."
Ucap salah seorang preman itu.
Risa panik bukan main, seluruh tenaga yang ia keluarkan seakan percuma. Dua preman berbadan kekar ini jelas bukanlah tandingannya. Kesadaran bahwa ia hanya tinggal berpasrah saja membuat ia benar benar histeris. Tapi sebuah bekapan tangan yang terlalu kuat membuat ia hampir kehabisan nafas dan lemas dalam pelukan salah seorang preman itu. Di antara kesadaran yang tinggal separuh barulah ia mengingat Tuhan. Tapi detak jantung yang memburu dan himpitan yang menyesakkan di dadanya membuat ia seakan tak yakin bahwa Tuhan akan benar-benar ada di pihaknya. pening terasa, karena rasanya kepalanya berputar berputar cepat seperti gangsing. Membuat ia tak sadar akan kehadiran sesosok pria lain yang menyelamatkan tubuhnya dari dua preman itu setelah orang itu menyelamatkan pertarungan hidup dan mati.
Buaaak...! Buaakk...!
"Beraninya kalian mencelakai perempuan ini... ini akibatnya... "
Suara itulah yang kemudian membangkitkan kesadaran Risa. Timbul tenggelam suara pukulan dan makian suara khas tadi diiringi erangan kesakitan kedua preman tadi mewarnai pertarungan itu, hal itu semakin membangkitkan dirinya untuk pulih dari kesadaran. Dan begitu ia berhasil membuka matanya. Risa sungguh terkejut melihat siapa sosok pria yang telah menolongnya.
Raka!
Rasanya seperti mimpi melihat lelaki brengsek itu membelanya. Entah apakah Risa harus senang atau malah geram melihat kedatangannya yang sok jadi malaikat. Yang jelas ia masih tak ingin percaya dengan penglihatannya.
To be Continued
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
PENULIS ISTIMEWA
lanjut lagi... 💖
2020-11-27
0
RN
next
2020-11-24
0
NAIM NURBANAH
mengintip
2020-11-24
0