Kediaman Paman Toni
Seorang wanita muda berdiri di depan pintu. Berkali kali mengetuk tapi tidak ada sambutan. Dia berdiri sambil mengibaskan tubuhnya dengan kipas kecil. Tampak di sampingnya seorang anak lelaki muda.kalo di lihat usianya sekitar 17 tahun.
Efek memakai sepatu tinggi, wanita itu mencoba duduk di dekat tiang rumah. Sesekali dia meringis karena kaki lecet.
"Ki,jam berapa sekarang?" tanya wanita itu pada anak Lelaki di sampingnya.
"Jam 2 siang, Tante."
Wanita itu kembali mengibaskan kipas ke lehernya.a Sesekali matanya melihat kanan kiri.
Inilah saat yang sudah lama dinantikannya. Wanita itu menggosok kedua telapak tangannya untuk menghilangkan kegugupan. Dia sudah tahu ini tidak akan menjadi pertemuan yang menyenangkan. Tapi dia berharap yang dia takutkan tidak terjadi.
"Maaf,Bu. Ada yang bisa saya bantu?" Suara Paman Toni memecahkan keheningan.
Wanita itu menolehkan muka. Paman Toni kaget melihat siapa yang datang ke rumahnya. Paman mempersilahkan wanita itu masuk.
"Ada keperluan apa nyonya kesini?" Tanya Paman
"Nyonya? Jangan begitulah kak."
"Anda kan statusnya seorang nyonya besar." Balas Paman.
"Oke. To the point. Saya mau jemput anak saya."
"Anak? Bukannya sudah anda buang demi laki laki kaya."
"Kak,plisss."
"Oke. kamu ikut aku sekarang." ajak Paman menarik wanita itu.
"Kemana?"
"Ketempat dimana anakmu berada sekarang."
Paman mengajak wanita itu pergi ke rumah sakit. Wanita itu bersama seorang laki-laki muda. Mungkin itu anaknya juga.
Sampai di rumah sakit, mereka memasuki ruang inap dimana Alam sedang terbaring di sana. Ada bibi yang menjaga Alam. Bibi kaget melihat wanita itu datang.
Ada gurat kecemasan yang dirasakan bibi. Bibi takut kalo nantinya wanita itu akan membawa Alam tinggal bersama keluarga tirinya.
"Yah,kenapa bisa dia datang lagi?"
"Tenang sayang, dia cuma mau lihat anaknya."
Wanita itu bernama Marni,Ibu kandungnya Alam. Marni menangis melihat kondisi anak semata wayangnya terbaring berbalut alat pernafasan.
"Apa yang sebenarnya terjadi?"
"Alam terjatuh ke lobang jebakan binatang di hutan."
"Ya, Allah,nak."
Paman teringat kemarin saat alam baru tiba di rumah sakit ada perangkat desa sebelah yang datang menjenguk. Perangkat desa minta kalo alam dan Gita sudah sadar, mereka harus melakukan cuci kampung dengan kata lain harus di nikahkan.
"Cuci kampung? Mereka tidak melakukan perbuatan senonoh pak."
awas
"Tapi persepsi masyarakat sudah beda. Lagian ngapain berdua di hutan."
Paman menghela nafas. Dia tidak menyangka akan begini jadinya. Paman akan menemui keluarga Gita.
ada dua solusi yang paman pikirkan. Pertama mereka benar-benar akan dinikahkan atau mengembalikan Alam ke ibu kandungnya.
"Yah, bisa bicara." bibi datang mendekati paman yang sedang merokok di teras rumah sakit.
"Ada apa,Bu?"
"Ngapain perempuan itu datang lagi!"
"Nengokin anaknya lah."
"Tumben dia ingat anaknya. Tapi jangan harap dia bisa bawa Alam ke Jakarta."
"Ya, nggak bisa gitu lah,Bu. Sudah saatnya Alam dekat dengan ibunya. Hidupnya lebih terjamin." jawab Paman masih meniupkan rokoknya.
"Pokoknya aku tidak setuju kalo dia di bawa. titik!" Bibi meninggalkan Paman yang masih asyik merokok.
Paman paham akan keresahan bibi jika Alam benar benar di bawa ibu kandungnya.
Wanita itu adalah Marni, ibu kandungnya Alam. Rasa bersalah yang selalu menghantui Marni akan nasib putranya. Marni merantau ke Jakarta untuk mengadu nasib. Marni awalnya bekerja di rumah keluarga Spencer. Tuan Spencer adalah seorang duda yang istrinya meninggal saat anak mereka masih kecil. Cara Marni yang telaten mengurusi rumah tangga, membuat tuan Spencer berniat meminangnya sebagai istri. Hanya saja Marni harus meninggalkan anaknya, itu perjanjiannya dengan tuan Spencer.
Berat rasanya Marni meninggal alam yang masih berusia 10 tahun. Tapi demi perbaikan ekonomi, Marni terpaksa tega melepaskan anaknya pada kakaknya.
Setiap tahun Marni selalu mengirimkan uang untuk kebutuhan Alam termasuk biaya sekolahnya. Itupun, ngumpet dari tuan Spencer. Hanya Minah yang tahu keadaan sebenarnya. Minah adalah teman sesama pembantu.
Hingga saat Marni ingin melihat anaknya. Marni berbohong pada Tuan Spencer, kalo dirinya ingin liburan ke Jambi dengan mengajak Roki anak tirinya. Roki bilang dia ingin mencari Gita untuk membahas hubungan mereka.
**
Dinda gelisah. Sita yang melihat kakaknya uring-uringan sedari tadi memaklumi, bagaimana tidak kakaknya itu gelisah. Lelaki yang dicintainya sedang diambang maut di rumah sakit. Sementara ayahnya melarang Dinda menjenguk Alam.
"Aku salut sama kakak. Dalam keadaan seperti ini masih nurut sama ayah. Kalo aku jadi kakak, aku udah kabur pergi ke rumah sakit." gumam sita dalam hati.
Sita tau kalo ayahnya dari dulu menentang hubungan mereka. Entah apa sebabnya, tapi bagi sita yang ayahnya lakukan sama seperti ayah yang lainnya. Sita juga percaya kalo Alam nggak akan macam macam sama kakaknya.
"Dek, kamu mau kan bantu kakak?" kata Dinda sebelum tidur.
"pasti soal ke rumah sakit, kan?" tebak Sita
"Itu pintar."
"Kita pergi sama sama aja,kak."
"Makasih adekku." Dinda mencubit pipi Sita.
" Sama-sama."
Keesokan harinya saat pulang sekolah seperti yang di rencanakan, mereka akan menjenguk Alam. Tapi naasnya, ternyata ayah datang menjemput di depan gerbang sekolah. Dinda yang kesal memilih diam sepanjang perjalanan.
"Masih ada jalan menuju Roma,kak. Semangat!" bisik Sita. Seketika wajah Dinda berubah menjadi cerah.
Tapi ternyata arah pulang mereka tidak seperti biasanya.
"Kok nggak jalan biasanya,yah." tanya Sita
"Hari ini ayah akan ajak kalian jalan-jalan."
"Serius,yah." jawab Sita
"Emangnya tampang ayah seperti kurang serius?" balas Ayah.
"Ya, biasanya begitu." Dinda ikut menjawab.
Perjalanan yang lumayan lama. Sita dan Dinda tertidur di mobil.
"Anak-anak kita sudah sampai." ayah membangunkan kedua putrinya.
Dinda dan Sita membuka mata. Dinda kaget ternyata ayah mengajak ke rumah sakit. Ayah yang melihat kekagetan Dinda menjawab
"Bukan ayah nggak ngizinkan. tapi kalian anak perempuan, harus di kawal."
Dinda memeluk ayahnya dengan penuh haru. Mereka turun bersama-sama. Sita lega kalo ayahnya paham keinginan kakaknya.
Saat di rumah sakit mereka mendapati Alam sudah tidak di rawat disana lagi. Menurut perawat disana, Alam dipindahkan ke rumah sakit ternama di Jakarta.
Dinda lemas, karena tidak bisa melihat Alam untuk yang terakhir kalinya.
Mereka melewati ruang inap Gita. Dinda melihat Gita sudah bisa tertawa. Amarah memuncak di benak Dinda. Sita menahan kakaknya untuk melabrak Gita. Tapi ternyata Dinda tidak bisa di tahan.
Plaaaak
Sebuah tamparan melayang di wajah Gita. Sontak semua yang di ruangan kaget.
"Puas kamu!" teriak Dinda
"Kak Dinda! salah saya apa?"
"Salah kamu apa!Salah kamu yang caper pake acara kabur dari rumah, dan membahayakan nyawa orang lain!"
" Nya... nyawa? si... siapa?"
Gita teringat Alam yang menolongnya saat dia kesesat di hutan. Gita menangis sejadi-jadinya. Gita yakin Alam sudah meninggal saat mereka terjatuh ke ranjau.
Kepala Gita mendadak pusing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
Nana
oalah jatuh ke lubang jebakan utk binatang
2022-07-04
0
💮Aroe🌸
nah, kaaaan.... nyesel deh tu, dibelakaaang...
2022-03-06
0
Nero Morvion
Semangatt Kak Otorr
2021-07-09
0