Siti sedang mengerjakan tugas sekolah. Edwar tiba-tiba nyelenong mengambil hp Siti. Siti yang kaget, protes pada abangnya.
"Ih,bang. Balikin hp aku!"
"Minjam!pelit amat sama abang sendiri."
"Minjam itu ada aturannya. Pamit kek ama yang punya!"
"Iya!inikah kamu dah tau kalo aku mau minjam hp!"
"Buat apa sih!"
"Menelpon alam, dong."
"Bilangin sama temen Abang,tuh. Dia nongol disekolah tapi nggak pernah masuk kelas. Di DO tau rasa."
"Iya,ntar dibilangin."
Siti menghela nafas. Memang alam semenjak hari pertama masuk sekolah, tidak pernah mengikuti pelajaran di kelas. Bahkan pak Ari mau mencoret nama alam sebagai salah satu muridnya.
Siti heran, kenapa laki-laki seperti alam malah jadi idola di sekolah. Apa karena dia suka bawa moge? Genk motor? Yang Siti Tahu, Genk motor itu anggotanya banyak, sedangkan mereka cuma berdua saja.
"Entahlah, aneh zaman sekarang. Cowok kayak gitu jadi idola."
"Ehm... Jangan gitu, ntar jatuh cinta tau rasa."
"Maaf,ya. Abangku sayang! dia bukan tipe ku."
"Sombong!Eh, siapa nama anak kota itu?"
"Gita maksudnya?"
"Iya."
"Kenapa?naksir?" Siti sambil memakan pisang goreng buatan ibunya.
"Nggak,ah. Kayaknya serasi sama Alam. Tiap ketemu kayak Tom and Jerry terus."
"Dia udah punya tunangan."
"Kan baru tunangan."
"Lagian alam kan punya kak Dinda. Udah cantik,pintar pula."
"Udah!makasih,ya." Edwar mengembalikan hp milik Siti.
**
Pagi ini sekolah heboh tentang Gita dan alam. Siti yang baru sampai dikejutkan dengan Gita yang tiba-tiba pulang karena malu.
"Ada apa sih?" Siti menanyakan pada teman di kelasnya.
"Pura-pura nggak tahu." Jawab salah seorang temannya.
"Ya,saya memang nggak tahu."
"Jahat kamu,ti."
"Apa sih?" Siti kaget dengan tuduhan temannya.
"Kamu kan yang nyebarin photo Gita dan alam di sawah." tuduh Sita.
"Photo apa?"
" Ini?" Sita menyodorkan photo saat kejadian Gita jatuh ke sawah dan menindih Alam.
Siti merasa tidak pernah menyebarkan photo itu.
**
Mama kaget melihat kedatangan Gita yang pucat dan langsung menyelonong ke kamar. Mama mendekati kamar Gita untuk mengetahui ada apa dengan putri tunggalnya itu.
"Git,kamu kenapa,nak.?" Teriak mama dari depan pintu kamarnya.
"Nggak papa,ma. Gita kurang enak badan." Suara Gita dari dalam kamar.
Mama meninggalkan Gita yang masih mengurung diri di kamar. Mama merasa Gita belum bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Mama merasa Gita mulai merasakan perbedaan kehidupannya dulu yang serba mewah sekarang harus apa adanya. Harusnya dia menjelaskan keadaan ini pada putrinya?
Entahlah,Mama bingung harus memulai darimana. Biarlah suaminya saja yang menjelaskan keadaan yang sebenarnya.
Tak lama mendengar suara anak perempuan dari depan pintu. Ternyata yang datang Siti. Mama mempersilahkan teman anaknya masuk ke dalam.
"Gita, ada Siti."
Tak ada sahutan dari yang bersangkutan. Mama kembali memanggil Gita. Tetap tidak ada sahutan.
"Maaf,Siti. Mungkin Gita lagi istirahat. Soalnya saya lihat mukanya pucat." Mama menjelaskan keadaan yang dia lihat.
"Bu, bisa saya menemui Gita di depan pintu."
"Boleh. Saya mau ke pasar apa nak Siti bisa menemani Gita sampai saya pulang."
"Bisa,Bu."
Siti menyelipkan surat di bawah pintu kamar Gita. Siti berharap Gita membaca dan memaafkannya. Siti menyusul mama Gita.
"Bu,mau saya temani kepasar. Soalnya rumah saya searah dengan pasar."
"Loh,kan saya tadi minta kamu menemani Gita."
"Gita bilang. Dia mau istirahat,Bu." Siti berbohong pada mama Gita.
"Okelah."
**
Gita terpekuk menangis seharian di kamar. Rasa malu yang dirasakannya sangat besar. Rasa kecewanya pada teman sebangkunya,Siti juga sangat besar.
Gita enggan menemui Siti. Siti sudah mempermalukan dirinya satu sekolah. Gita tidak menyangka kalo Siti mengabadikan kejadian itu di ponselnya.
"Gita,maafin aku. Bukan maksudku untuk mengabadikan photo mu."
"Sudahlah, kamu pulang saja,ti." Usir Gita yang masih menangis.
Tak ada sahutan balasan dari Siti. Gita yakin Siti sudah pulang.
Gita melihat sebuah amplop di bawah pintu kamarnya. Gita tahu itu pasti dari Siti. Gita menyimpan amplop di lemari. Mungkin kalo sudah agak tenang pikirannya, akan baca surat itu.
Tiba-tiba Gita ingin curhat sama pacarnya,Roki. Tapi yang di hubungi tak mengangkat teleponnya. Gita melirik jam masih menunjukkan pukul 12:30. Gita ingat Roki pulang sekolah pukul 14:00 bahkan sampai pukul 15:00.
Kenapa Roki akhir akhir ini tidak pernah mengangkat telponnya.
Pada akhirnya Gita menghubungi Roki melalui telepon rumah.
"Halo assalamualaikum, kediaman keluarga Spencer." Sebuah Suara mengangkat telponnya.
"Halo, assalamualaikum ini bik murni ya."
"Iya,bener. Ini siapa?"
"Kak Roki ada mbak? Aku Gita."
"Eh, neng Gita apa kabar?"
"Alhamdulillah,baik,bik. Maaf bik kak Roki nya ada?"
"Nggak ada,neng. Belum pulang sekolah. Emang neng Gita dimana sekarang? Kok nggak pernah main kerumah lagi."
"Aku sekarang di Jambi,bik. Aku pindah ke sana karena papaku pindah kerja disana."
"Itu siapa,bik?" Ada suara yang ikut nimbrung.
"Eh,neng Beta. Ini non Gita nyariin mas Roki."
Si bibik sepertinya mendapat instruksi untuk menutup telponnya.
"Bik, itu Beta kan. Bisa tolong...."
Tuuuut tuuuut tuuuuut
Telepon sudah terputus dari sana.
**
Rere yang baru saja keluar dari perpustakaan lebih memilih di kelas saja. Entah kenapa dia malas kemana mana.
Saat lagi asyik membaca Rere di kejutkan dengan Roki yang sudah di depan mata. Rere mencoba cuek tapi tidak bisa.
"Kekantin yuk!"
"Kakak ngapain kesini?"
"Ngapel."
"Ngapel siapa?"
"Ngapel calon.." sebelum Roki bicara Rere menutup mulut Roki
"Bisa nggak tidak bahas soal itu."
"Enggak. Faktanya memang begitu,kan. kekantin tidak?"
"Tidak!"
"Ya, udah kalo nggak mau." Roki pergi meninggalkan Rere sendirian di kelas.
Rere menatap punggung Roki dari belakang. Dia malas menanggapi Roki, mengingat status Roki masih pacar Gita, sahabatnya.
Tak lama Roki muncul membawa beberapa makanan. Rere kaget,melihat Roki duduk di sebelahnya. Rere takut nanti Beta dan Ine datang melihat mereka berdua.
"Kak!"
"Iya!"
"Bisa tidak jangan ganggu aku. Aku nggak enak sama Gita."
"Emang Gita ada disini?"
"KAK!" Rere menggebrak meja dan meninggalkan Roki di kelas.
"Re!" Suara Beta memanggilnya. Rere menoleh ke samping arah suara Beta yang berjalan dekat lapangan basket.
"Sampai kapan!"
"Maksudnya?" Rere bingung.
"Sampai kapan kamu menghindar dari Gita!" Beta yang masih kesal pada Rere.
"Menghindar! Aku nggak pernah menghindar dari Gita."
"Terus kenapa nggak angkat telepon Gita? Kalo kamu gini terus Gita bakal tambah curiga."
Rere pergi dari hadapan Beta. Dia malas berdebat soal Gita lagi. Semua teman temannya menjauhinya hanya karena menjaga perasaan Gita. Rere merasa mereka lebih sayang Gita,padahal Rere juga butuh dukungan.
***
Sepulang dari rumah Gita, Siti mendapati Edward dan alam di sedang ngobrol asyik di depan rumahnya. Amarah Siti memuncak mengingat ulah Abangnya yang bikin Gita menjauhinya. Dengan penuh amarah Siti mendekati dua sohib itu.
Plaaaak
Siti memukul tubuh kurus Edwar dengan tas selempang. Edwar kaget melihat adiknya seperti orang kesetanan.
"Ngucap!ngucap!" Edwar menirukan gaya ibunya kalo menyabarkan ayahnya yang mengamuk.
"Apa! Kalian enak tertawa. Sementara Gita
menanggung malu akibat kerjaan kalian."
"Apa sih datang datang marah marah!" Alam ikut menjawab
"Diam kamu!"
"Masalahnya apa?" Jawab Edwar masih santai.
" Abang kan yang nyebarin photo Gita di sawah kemarin?" Omel Siti
"Oh photo yang tadi malam itu,ya. viral kan jadinya." Balas Edwar sambil tertawa kuat.
"Photo apa sih? Kok si gentong jadi viral." Alam ikut kepo.
"Btw cowok yang becekan sama dia di sawah siapa ya? keren udah latihan adegan mandi lumpur."
"Kak alam nggak kepo?" Siti memancing reaksi alam.
"Bayangkan saja kalo di photo itu kak Alam, lalu kak Dinda melihat. Kira kira gimana,ya, reaksi kak Dinda?" Siti mencoba memanasi alam.
Menurut Siti kalo alam tahu yang di sebar adalah photo dirinya, pasti dia akan marah pada Edwar. Karena alam cinta banget sama Dinda.
Alam menarik hp Siti dan melihat photo itu. Alam yang tadinya ikut becandaan sama Edwar berubah menjadi murka.
Buggg!
Sebuah bogem mendarat di wajah Edwar. Alam berlalu meninggalkan Edwar yang bonyok.
Siti merasa menang.
Beberapa hari ini Gita tak pernah keluar kamar. Mama Gita cemas dengan keadaan putri tunggalnya. Tidak biasanya Gita mogok makan dan tidak mau sekolah. Apakah terjadi sesuatu di sekolah? Mama Gita ingin menghubungi Siti tapi tidak punya kontak Siti.
"Pa,Gita beberapa hari ini tidak masuk sekolah. Tidak mau keluar kamar." Mama menelpon papa yang sedang ke kota.
"Mungkin dia tidak terbiasa dengan lingkungan disini,ma."
"Masa sih,pa?"
"Ma! Gita itu kan manja jadi perlu adaptasi dengan lingkungan disini."
Mama menutup telponnya. Mama kesal, karena respon papa sangat santai.
"Gimana sih? anaknya ngurung diri berhari-hari dia nggak cemas."
Mama meletakkan makanan di depan kamar Gita. Berharap anak semata wayangnya keluar dari kamar. Satu jam mama menunggu kemunculan Gita. Akhirnya mama menyerah, mama memilih kembali ke kamar. Lagipula sudah menunjukkan jam 19:30.
Kreeek
Langkah mama terhenti saat hendak masuk kamar. Dengan mengintip mama melihat Gita mengambil makanannya. Mama langsung masuk kamar Gita.
"Kamu masih punya hutang sama mama."
"Gita lagi malas berdebat,ma."
"Kamu tau nggak! Hampir 5 hari kamu nggak keluar kamar. Nggak sekolah pula. Ada apa?"
"Kan Gita dah bilang, Gita kurang enak badan."
"Bohong!"
"Gita minta mama keluar dari kamar!" Gita mendorong mama keluar kamar.
"Kamu kira mama nggak tahu masalah kamu!"
"Emang mama tau apa dengan masalah ku!"
"Masalah photo itu kan. Siti sudah cerita semuanya."
"Huh dasar tukang ngadu!"
" Sekarang mama tanya? Kamu diapain sama cowok di photo. Biar mama yang minta dia tanggung jawab."
"Nggak ada itu aku kepeleset pas lagi main di sawah. Kebetulan ada dia lagi di sawah jatuh dek nimpa dia."
"Berarti nggak ada masalah,dong."
"Ma. Gita boleh nggak ke Jakarta?"
"Buat apa?"
"Buat ketemu teman-teman Gita. Gita kangen sama mereka."
"Emang kamu mau tinggal dimana?"
"Dirumah opa? Boleh kan,ma."
"Nggak! Opa lagi kurang sehat. Ntar malah merepotkan mereka."
Gita menutup pintu kamarnya. Mama pusing memikirkan sikap Gita, yang sok ngambek padahal ada maunya. Mama kembali masuk kamar.
Keesokan harinya.
Mama terkejut liat Gita sudah siap kembali ke sekolah. Mama lega Gita nggak ngambek lagi.
"Nah,itu baru anak mama." Mama mengacak rambut Gita.
"ih, Mama udah cantik gini diacak lagi."
"Udah sekarang sarapan dulu. ada nasi goreng mentega kesukaan kamu."
Gita membuka tudung nasi dan melahap masakan mama. matanya berkaca-kaca karena dengan masakan ini, dia jadi rindu sama Jakarta.
Mama tiba tiba ingin mengantar Gita ke sekolah.Tapi di tolak sama Gita. Malu katanya.
Mama tetap maksa ikut karena ingin tahu seperti apa sekolah Gita.
Sampai di gerbang sekolah Gita
celingak-celinguk takut teman-temannya lihat kalo dia diantar sama Mama. Ada Siti yang ternyata sudah menunggu didepan.
Gita menyalami Mama. Gita masuk ke halaman sekolah tanpa menyapa Siti. Siti merasa sedih karena Gita masih memusuhinya.
Sampai di kelas tas Siti di pindahkan sama Gita ke bangku ujung. Siti kaget karena yang Siti tau bangku ujung adalah bangkunya alam. Siti menahan diri untuk mengalah.
"Kok, Lo. Duduk sini,ti." tanya Amin.
"Aku nggak pake kaos kaki jadi duduk di belakang." Jawab Siti.
Amin menemui Gita. Entah apa yang mereka bicarakan,Siti merasa Gita tidak suka dengan teguran Amin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
Nana
Edwar nih biang keroknya
2022-07-04
0
💮Aroe🌸
bisakah gita memaafkan siti?
2022-03-06
0
Little Peony
Like like like
2021-03-03
0