"Selamat pagi,cantik."
Aku membuka mata. Masih berat, sebab semalaman nonton drama Korea. Belum lagi telponan sama Roki. Ya, maklum melepas rindu.
Mama sudah berdiri di sampingku sambil membawa sapu. Ini aku di bangunin apa mau di gebuk pake sapu,sih.
"Ah,mama masih ngantuk,nih." Mama kembali membuka selimutku. Dugaanku benar, kan. Pasti aku mau disuruh kerja,nih.
"Gitaaaaaaaa!!!!" Aku kembali menutup telingaku, suara mama yang oktaf tinggi bisa membuat kaca di rumah pada pecah.
"Halooooowww,mama. Ini hari Minggu, kan biasanya aku bangun siang"
"Ini bukan Jakarta, Gita!!!"
"Papaaa!!!" Aku teriak memanggil papa. Tapi yang di panggil nggak muncul-muncul.
Dengan keterpaksaan aku bangkit dari tempat tidur, masih dengan iringan seriosa mama.
"Nah, gitu dong. Itu baru anak Mama." Ya, mama menang sekarang.
**
" Pah, garam habis nih." Mama laporan ke papa
"Ya,beli dong,ma."
"Minta duitnya, papa." Suara mama dibikin sok imut.
"Imutnya istriku kalo mintanya kayak gitu.Pertahankan." Mama melotot membuat papa makin ngakak.
Ngomong soal pasangan, aku jadi ingat pacarku,Roki. Roki walaupun dia anak orang kaya sepertiku, tapi dia tidak sombong. Beda sama beberapa teman sekolahku yang anak babe.
Banyak yang antri untuk mendekati Roki, tapi pilihan Roki jatuh padaku. Gitu aja bangga? iya dong. Aku mengalahkan beberapa siswa yang lebih kece.
"Ya, iyalah. Kalo nggak di jodohkan,Roki belum tentu jadi pacarmu." Kata Beta, Beta adalah sepupu Roki.
Benar juga sih kata Beta, tapi nggak papalah.
**
"Git, tolong belikan garam di warung." Siang-siang mama nyuruh aku pergi ke warung yang lokasinya tak kelihatan di sekitar rumahku.
"Kok Gita,ma. Suruh papa aja,deh."
"Gitaaaa!!! Nggak boleh lempar tangan." Suara papa dari teras depan.
"Panas,pa. Gita mana hapal daerah sini."
"Tanya, dong. Bilang saja kamu anak Dul, pasti dibantu."
"Ntar kalo aku diculik gimana,pa?"
"Nggak mungkin, kasihan penculiknya, kamu kan makannya banyak."
Hadeuh, papa masih sempat bercanda.
Aku berjalan di sekitar desa, udara yang begitu panas. Mungkin udah seperti kepiting rebus kali ya.
"Hey, gendut. Minggir!!!"
"Terabas aja,lam."
Aku menoleh, seorang laki laki rambutnya gondrong, mukanya sengak banget.
Enak aja bilang orang gendut. Awas kalian,ya!!!
Aku menggeser kaki berjalan di pinggir. Motor-motor itu kembali menyemprotkan asapnya tepat di di depanku.
Tiba-tiba aku punya ide!!!
Rasaaain!!!!
Malamnya
"Pak Dul!!! Pak Dul!!!" Suara seorang laki laki di luar.
Papa langsung bergegas ke depan, dia melihat dua anak laki laki kepalanya di perban.
"Ada apa ini?"
"Ini semua gara gara anak bapak!!!"
"Loh,emang anak saya kenapa!!!"
"Anak bapak melempar ular ke badan alam!!"
"Terus yang satu lagi di lempar ular juga?"
"Ketindih motornya alam."
" Berarti,bukan salah anak saya,dong."
"Bapak tanggung jawab dong."
"Mana yang harus saya tanggung??? anak-anak bapak sehat wal Afiat aja tuh."
" Alam, dong!!!"
" Enak aja, Edwar juga!!!"
"Loh, yang jatuh siapa?"
Aku mendengar suara ribut diluar langsung mengintip.
Wah, dasar anak tukang ngadu!!
"Gitaaaa!!!"
"Iya,pa."
"Kamu apain mereka."
"Cuma nempelin ular doang,pa."
"Kalo anak saya di patok gimana?"
"Nggak mungkinlah,pak. Ini cuma ular mainan."
Kulihat si alam kayak wajah kesal menahan malu. Biarin!!!
**
Masih POV Gita
Ini hari pertama aku masuk SMA Sukasari, Jambi. Sekolah yang jauh beda dengan sekolahku di kota dulu. Aku berdiri di depan pintu gerbang, masih sepi. Sepertinya aku kecepatan sampai. Kalo dulu di SMP, jam segini udah terburu buru banget karena peraturannya ketat sebelum jam 6:50 sudah ada di sekolah, jam 7 pagar udah di tutup.
Aku sendiri berjalan memasuki sekolah. sebenarnya aku sudah tahu dimana kelasku, karena waktu mos terakhir sudah di umumkan. Hanya saja, aku belum tahu di mana tempat dudukku. Mau duduk depan, belakang ataupun di tengah sama saja.
"Hai, kamu juga di kelas 1A ya." Seseorang gadis menyapaku.
"Iya, namaku Gita. Kamu?"
"Siti."
"Kayaknya kamu bukan orang sini,deh."
"Iya aku dari Jakarta."
"Oooh pantes."
"Pantes kenapa?"
"Wajah kamu cantik. Beda sama gadis disini. Soalnya kulihat yang dapat kelas ini banyak dari sekolahku."
"Oh, gitu."
Ini teman pertamaku selama di Jambi. Tak lama suara bel berbunyi, kami langsung duduk di bangku masing-masing, aku sebangku sama Siti.
" Selamat pagi anak-anak." Seorang lelaki muda masuk ke kelas dengan membawa beberapa buku.
"Selamat datang di sekolah ini. Saya wali kelas kalian. Perkenalan kan nama saya Ari Wibowo."
"Artis dooong." Teriak salah satu murid. Di sambut dengan tertawaan kawan-kawan yang lain.
"Iya,dong." Ternyata si bapak nggak marah, malah ikut tertawa.
"Absen dulu,ya. Yang namanya di panggil tunjuk tangan."
Pak Ari membacakan nama-nama murid dikelas ini.
Dan yang terakhir, Wassalam. Tapi yang di panggil tidak masuk sepertinya.
"Paling juga bolos." Bisik Siti
"Kok,tau."
"Dia,teman abangku. Sama aja mereka berdua."
"Ooo. Orang tua kamu tau?"
"Tau. Hampir tiap hari di rumah nonton film action."
"Film action?"
"Ntar kamu paham,deh."
Ya, deh. Mungkin sekarang aku masih bingung dengan cerita Siti.
Tak lama ada seorang pria yang masih pake perban kepala. Seperti tidak asing wajahnya, tapi siapa,ya?
Pria itu mendekati Siti menitipkan sesuatu, entah apa itu aku tidak tahu. Kulihat wajah Siti pucat saat menerima barang itu.
"Itu apa,ti?"
Siti cuma mengangkat bahu. Dia sering tidak tahu barang yang diberikan pria itu. Cuma pesannya tolong buang di belakang kantin. Siti dan aku mengendap-endap ke belakang kantin, ternyata ada kolam yang sudah keruh disana, dan banyak sampah yang bertumpuk-tumpuk.
Ini lingkungan sekolah masih melihara sampah.
"Nggak sehat ini."
"Iyalah, ini di kampung, Gita. Bukan Jakarta, tapi masih parah sampah Jakarta sih. Disini banyak banget buat pembuangan. Bayi aja pernah di temukan di sini."
"Serius!!!"
Siti mengangguk. Seseram itukah tempat ini.
"Emang kamu nggak penasaran sama isinya,ti."
"Penasaran,sih. Tapi aku takut."
Aku merampas barang yang di pegang Siti. Saat kami membukanya, mataku terbelalak melihatnya, sama juga dengan respon Siti. Kami langsung membuangnya.
"bang, Ed" kulihat Siti masih syok. Sama aku juga syok melihatnya.
Bagaimana tidak, di hari pertama masuk sekolah aku malah menemukan kejadian ini.
Sekembalinya dari belakang. Kami melihat sepasang kekasih berpacaran di kelas 2. Kata Siti mereka sudah pacaran sejak masuk SMA.
Aku cuma bisa kagum melihat ceweknya yang cantik.
Tak lama laki laki tadi kembali menemui Siti. Mereka bicara menjauh. Siti seperti ketakutan. Kupikir disini tidak akan terjadi tindak pembullyan atau pemalakan. Aku yakin laki-laki itu mau memalak Siti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
💫0m@~ga0eL🔱
like & subscribe y mom's 🥰
2024-09-23
0
Nana
lsg ku fave
pasti ku like tiap part
semangat thor
2022-07-04
0
💮Aroe🌸
masih adaptasi ya🤔 aku juga pernah ngalamin...
🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️🏃🏻♀️
2022-03-03
0