Suara pintu yang dibuka dengan kasar membuat keduanya menoleh.
"Dasar ja****!!! Beraninya menyentuh kekasihku." teriak Winola menghampiri keduanya dan menarik Adira dari cengkeraman wanita yang hanya memakai bikini.
Adira yang merasa lepas dari wanita yang hampir membuatnya gila, langsung keluar toilet mengambil langkah seribu menuju parkiran dan memilih menunggu dimobil.
Tiga puluh menit berlalu, Winola berjalan keluar dari hotel menuju parkiran dengan membawa tasnya dan jaket milik Adira.
"Kau tau apa yang terjadi dengan wanita tadi?" ucap Winola masuk dan duduk disamping kemudi meletakkan tas dan jaketnya.
"Jangan sebut-sebut lagi masalah tadi." pinta Adira memikirkannya saja membuatnya kesal.
"Oke! Setelah ini kita makan seafood ya?" ucap Winola membuat suasana hati Adira sedikit membaik.
Sepanjang perjalanan Adira hanya merenung sambil menyetir mobil menuju tempat favoritnya. Ia tak menyangka akibat dengan penampilan tomboynya membuat wanita sebegitu tertarik padanya. Padahal ia hanya ingin menunjukkan pada ibunya, jika ia bisa diharapkan dan diakui sebagai anak.
"Rara, kita sudah sampai."
Adira tersadar dari lamunannya, melihat mobil sudah terparkir di Warung Seafood. Ia pun keluar disusul Winola yang memakai jaket atas perintahnya.
Sambil menunggu makanan yang sudah dipesan, adira meminta Winola untuk menepati janji.
"Akhir-akhir ini aku sering bertemu ibuku. Dia memintaku tinggal bersamanya lagi." ucap Winola menunduk mengingat pertemuan pertama dengan ibunya.
"Bukankah itu bagus." kata Adira membuat Winola mendongak menatap sahabatnya.
"Tapi setelah sekian lama kenapa baru sekarang dia menemuiku?"
"Apa kau sudah mendengarkan alasannya?" tanya Adira dijawab dengan gelengan dari Winola.
"Sebaiknya kau dengarkan dulu alasannya. Bukankah hal baik jika ibumu memintamu untuk tinggal bersama, paling tidak biarkan dia menebus waktu kebersamaan kalian yang sudah terbuang."
"Lalu bagaimana denganmu, jika ibumu ternyata tidak menerimamu? " tanya Winola membalikkan situasi.
"Yah, setidaknya aku tidak penasaran dengan pertanyaan-pertanyaanku selama ini."
Adira menahan sesak di dadanya meskipun terlihat kuat diluar, mencoba menerima apapun yang terjadi nanti.
"Soal laki-laki tadi pagi, dia sebenarnya siapa Olla?" tanya Adira mengalihkan topik pembicaraan.
"Oh... dia... diaaa... hanya temanku... dia bekerja sebagai tukang pijat." Winola dengan gugup berusaha mencari jawaban yang tepat.
"Apa kau yakin?" tanya Adira ragu karena ekspresi Winola yang mencurigakan.
"Tentu ... Aku pergi ke toilet sebentar." pamit Winola meninggalkan Adira yang menerima minuman yang dipesannya dari pelayanan.
***
Kenzie dan Shafira berada dalam perjalanan pulang, setelah survei ke lapangan untuk beberapa proyeknya.
"Pak, anda terlihat lelah. Apa anda ingin beristirahat terlebih dahulu." ucap Shafira khawatir dengan keadaan bosnya.
"Baiklah ... kita istirahat sebentar, sekalian mencari makan siang." balas Kenzie, mengarahkan mobilnya menuju sebuah restoran.
Didalam restoran, Kenzie dan Shafira memesan makanan, dan mengecek ponsel masing-masing.
"Oh ya Shaf, kamu bilang Adira teman satu desa dan satu kampus ya kan?" tanya Kenzie mencoba menggali informasi tentang Adira.
"Iya pak?"
"Apa waktu kecil dia pernah tinggal di ibukota?"
"Kurang tau pak... seingat saya, Adira pindah ke desa saat masih kecil. Entah karena alasan apa, ibunya meninggalkannya begitu saja."
"Apa kau mengenal ibunya Adira?"
"Tidak pak, yang ku tahu hanya ayahnya pak Barnest."
"Jadi karena itukah, Adira berpenampilan seperti laki-laki?"
"Entah apa alasannya, tapi dia terlihat jelas terobsesi untuk menjadi laki-laki. Bahkan dulu pernah ada gadis yang menyukainya dikampus."
"Apaa!! Ta-tapi dia masih normal kan?" Kenzie terkejut dengan informasi yang didengarnya.
"Aku tidak yakin... Tapi pak, jangan katakan pada Adira jika saya yang memberi informasi ini pada bapak." pinta Shafira cemas jika sahabatnya akan marah padanya.
Kenzie pun mengangguk setuju dengan permintaan sekretarisnya. Melahap makanan yang baru datang.
Apa bapak tertarik dengan Rara? Sampai-sampai ingin tau banyak tentangnya. Kenapa aku merasa tidak senang ya, perhatian pak Kenzie teralihkan ke Rara, Shafira membatin memandangi wajah atasannya yang yang begitu manis.
***
Setelah selesai makan, Adira mengajak Winola ke panti dimana Hanan dan lainnya tinggal. Ia menceritakan pertemuannya dengan Hanan sepanjang perjalanan.
Tibalah mereka disebuah rumah yang halamannya luas. Adira yang keluar dengan membawa bungkusan plastik, membuat anak-anak berlarian menghampirinya. Winola yang pertama kali melihatnya, ikut merasa senang.
"Kak Raraaaa..." teriak Hanan yang baru muncul dari dalam rumah.
"Tolong bawa masuk kedalam ya anak-anak." pinta Adira dengan lembut memberikan beberapa kantong plastik pada beberapa anak didepannya.
Hanan yang tak sabar bercerita, menarik Adira menuju ke dalam rumah, diikuti Winola yang menenteng tasnya dari belakang.
Pengurus panti merasa senang kedatangan tamu yang membuat anak-anak bahagia. Adira dan Winola duduk diruang tamu ditemani Hanan, Hana juga pengurus panti.
"Maaf ya nak Adira, sudah repot-repot datang kesini." ucap Fatma pengurus panti yang sudah berusia lanjut.
"Tidak apa-apa bu, saya yang seharusnya minta maaf karena jarang main kesini." balas Adira mengelus kepala Hana adik perempuan Hanan yang duduk di pangkuannya.
"Kak, kakak cantik itu siapa? Kenapa tidak pakai celana?" tunjuk Hana dengan polosnya membuat Winola mendelik kaget.
Pertanyaan yang terlontar dari mulut mungil Hana membuat Adira dan lainnya tertawa.
"Hana salah ya kak?" tanya Hana tak mengerti kenapa semua tertawa.
Winola yang merasa malu dengan pertanyaan anak kecil, merapihkan dress bagian bawahnya agar menutupi paha mulusnya sampai kelutut.
"Kenalin, ini namanya kak Olla sahabatnya kak Rara. Jika Hana dewasa nanti, pasti tau kenapa ada model baju seperti yang dipakai kak Olla." jelas Adira berharap Hana tidak berpikir macam-macam.
"Sebaiknya Hana dan kak Hanan makan dulu ya bareng temen-temen, nanti tidak kebagian bagaimana?" saran Adira melihat Hana diam memikirkan penjelasannya.
"Baiklah, ayo kakak." ucap Hana turun dari pangkuan Adira mengajak Hanan ke dapur.
"Kita makan dulu ya kak?" kata Hanan sebelum ditarik adiknya menuju dapur.
"Bu, Apa anak-anak tertarik untuk sekolah?" tanya Winola pada Bu Fatma.
"Sebagian besar sudah bersekolah, hanya saja masih ada anak-anak yang sulit dibujuk untuk bersekolah." jawab Bu Fatma
"Oh ya bu, ini ada sedikit untuk anak-anak." Adira memberikan amplop coklat berisi uang.
"Aku juga mau," tangan Winola merogoh tasnya mengambil amplop bayarannya hari ini dan menyerahnya pada bu Fatma.
"Apa kau yakin?" ucap Adira dibalas anggukan dari sahabatnya.
Adira meminta ijin bertemu anak-anak yang sedang makan sebelum pamit. Ia mengambil beberapa gambar bersama Winola dan anak-anak, dibantu Bu Fatma. Tersenyum melihat hasil foto dengan gaya yang polos, bahkan ada yang menunjukkan capit kepiting ke arah kamera.
Entah tanpa alasan Adira mengirim foto-foto yang baru diambilnya kepada seseorang, ia merasa perlu membagi kebahagiaan meski hanya lewat foto.
***
Ditempat jauh disana sebuah ponsel bergetar tanda pesan masuk, dan dibuka oleh si empunya. Foto yang Adira kirim membuat senyuman terukir dibibir pemilik ponsel.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments