Pagi hari, Adira bangun dari tidurnya karena bunyi alarm di HPnya. Ia tak mau bangun kesiangan hari ini, sejak semalam ia gelisah memikirkan kelakuan sahabatnya dan tabungannya yang menipis, belum lagi hutang dengan pria yang menolongnya. Adira pun mengirim pesan pada nomor yang tertera dikartu nama, meminta waktu untuk bertemu.
Saat keluar kamar, dilihatnya sarapan sudah tersedia. Tapi ia tidak melihat Winola, kamarnya juga tertutup rapat. Mungkin dia ada jadwal hari ini, itu yang dipikirkan Adira. Ia bergegas menuju kamar mandi dan bersiap pergi ke ATM sebelum menemui pria penolongnya.
Di sebuah ATM, adira menarik sejumlah uang memasukkannya ke dalam amplop coklat yang ia bawa dari apartemen, lalu memasukkannya ke dalam saku celananya.
Semoga jangan hilang lagi, ini dompet terakhir, ATM terakhir, kartu-kartu penting. Merepotkan jika harus membuatnya lagi, batin Adira keluar dari bilik ATM.
Tak jauh dari ATM, Adira memasuki cafe dan memilih meja dekat dengan dinding kaca, sehingga dengan mudah melihat orang yang akan masuk. Ia pun memesan minuman, sambil menunggu.
Tak lama, sesosok pria yang ia tunggu turun dari sebuah mobil mewah Porsche berwarna hitam, dan memasuki cafe. Refleks Adira mengangkat tangannya, agar mudah dicari. Pria tersebut menghampiri Adira dengan setelan kemeja dan jas, membuat orang yang dilewatinya menatap kagum.
"Jadi, kau sudah siapkan uangnya." kata pria tersebut tanpa basa-basi setelah duduk didepan Adira, melepas kacamata hitamnya.
"Sebenarnya... aku hanya bisa mengembalikannya sebagian." ucap Adira gugup, mengetahui orang didepannya tak suka basa-basi.
"Tapi, aku akan mengembalikan sisanya setelah bekerja." lanjut Adira menundukkan kepalanya saat pria didepannya tersenyum sinis.
"Apa kau pikir waktuku tidak berharga? Hanya karena uang yang tak seberapa darimu, aku terpaksa mengundurkan rapat dengan klien penting." bentak pria tersebut.
"Maafkan saya, tolong beri waktu satu bulan lagi. Akan saya lunasi semua hutang saya segera." ucap Adira dengan pelan, menahan kekesalannya, karena ia ingat wajah didepannya adalah penumpang rese yang menyuruhnya mengikuti sebuah mobil tanpa membayar.
"Tidak perlu, kau hanya perlu mendekam di penjara setelah aku telpon polisi." kata pria tersebut mengeluarkan ponsel dari saku jasnya.
"Kenapa kau tak biarkan aku mati saja waktu itu!!! Kenapa kau harus menyelamatkanku, jika membuat kehidupanku semakin susah." teriak Adira berdiri menggebrak meja, membuat orang lain menoleh padanya. Ia pun duduk kembali agar tak menjadi pusat perhatian.
Melihat Adira yang lebih galak darinya, pria tersebut memakai kacamatanya untuk menutupi rasa takut sekaligus keterkejutannya.
"Baiklah, aku akan mempertimbangkannya jika kau bisa mengantarku kembali ke kantor dalam waktu 10menit." ucap pria tersebut melihat jam tangannya, dan memberikan kunci mobil pada Adira.
Merasa tantangannya cukup mudah, Adira mengangguk setuju mengambil kunci dan amplopnya diatas meja. Ia mengeluarkan satu lembar uang berwarna biru dari dompet, dan menaruhnya diatas meja untuk membayar minuman yang ia pesan.
Kepergian Adira dan pria tersebut membuat orang disekitarnya berbisik-bisik tanpa sepengetahuan mereka. Sesampainya dimobil, Adira menyarankan pria yang duduk dibelakang untuk memakai sabuk pengaman. Saat mobil dinyalakan, adira menekan tombol play stopwach di ponselnya.
Adira yang sudah tahu perusahaan pria tersebut, tak perlu map untuk menjadi petunjuk arah. Dengan lihai, Adira mengendarai mobil mewah yang memiliki kecepatan luar biasa dibandingkan dengan kecepatan mobil biasa.
Hanya 7 menit 30 detik, mobil terparkir di sebuah perusahaan. Adira tersenyum senang melihat angka di stopwach, ia berhasil memenuhi tantangan. Tapi senyumnya berubah drastis saat melihat pria dibelakangnya terkulai lemas.
Adira keluar dari mobil, dan membuka pintu lainnya untuk memastikan keadaan pria tersebut baik-baik saja.
"Apa anda tidak apa-apa?" tanya Adira dengan formal karena merasa bersalah.
"Apa kau ingin balas dendam dengan cara membunuhku?" tanya pria tersebut membuka sabuk pengaman dengan tangan gemetar.
"Bukankah anda sendiri yang mengatakan agar cepat sampai dalam waktu 10menit." ucap adira kesal, mundur beberapa langkah karena pria tersebut berusaha turun dari mobil.
"Kau harus tetap disini, tunggu aku sampai keluar. Jika berani untuk melangkahkan kaki keluar perusahaan, maka polisi yang akan mencarimu." kecam pria tersebut menghela nafas lalu meninggalkan Adira sendiri diparkiran.
Dua jam berlalu, Adira yang bosan menunggu diparkiran akhirnya masuk kedalam mobil. Ia tidak tau apa yang akan terjadi nanti, paling tidak dia sudah mencoba mengendarai mobil mewah selain milik Winola.
Teringat dengan Winola, Adira ragu-ragu untuk mengirim pesan menanyakan sedang apa dan dimana Winola sekarang. Terbayang kejadian semalam, ia merasa semuanya salah, kedekatan mereka sebagai sahabat tidak mungkin menjadi lebih karena sesama wanita.
Apa Winola benar-benar menyukaiku, atau aku yang menyukainya, karena jantungku berdebar saat dicium pipiku semalam. Mungkinkah aku sudah tidak normal?, batin Adira mengacak rambutnya.
Seorang perempuan berambut hitam sebahu dengan pakaian yang rapi mengetuk kaca mobil membuat Adira terkejut, segera ia keluar dari mobil. Adira semakin terkejut saat perempuan yang dilihatnya tidak asing lagi.
"Shafira!!" ucap Adira tak menyangka perempuan yang didepannya adalah sahabatnya dulu dikampus.
"Rara, jadi kamu yang dimaksud pak Kenzie?" tanya Shafira yang tak kalah terkejutnya.
"Pak Kenzie?" ucap Adira mengingat nama tersebut yang terdapat dikartu nama pria penolongnya.
"Oh itu... aku disuruh menunggunya disini." lanjut Adira yang merasa kesal karena menunggu lama.
"Beliau adalah Direktur di perusahaan ini, aku diminta menjemputmu dan mengantarmu ke ruangannya." jelas Shafira.
"Baiklah." ucap Adira mengambil ponsel di dalam mobil dan mengunci mobil.
Mereka berjalan menuju lantai 3, saat pertama kali masuk banyak yang memperhatikannya. Adira merasa gugup, tidak tau apa yang akan terjadi nanti. Di dalam lift, Shafira tersenyum kecil melihat ekspresi sahabatnya.
"Kau pasti gugup ya? Tidak banyak karyawan yang bisa dekat dengan beliau. Ia terkenal dengan sikap yang tegas, tapi lebih tepatnya kejam sih. Tunggu sampai ia mempercayaimu, semua sudut pandangmu tentang beliau pasti akan berubah drastis." jelas Shafira yang ternyata sekretarisnya, sedikit banyak tau tentang atasannya.
Pintu lift terbuka, Adira mengikuti langkah sahabatnya dan mempersilahkan masuk setelah mendapat izin dari pemilik ruangan.
"Duduklah." suruh pria yang masih sibuk mengetik didepan laptopnya.
Adira menoleh ke belakang melihat sahabatnya sudah keluar ruangan. Perlahan ia memberanikan diri duduk didepan pria yang menurutnya labil, terkadang lembut, terkadang kejam.
"Saya memiliki penawaran, untuk membayar semua hutang-hutangmu, kau harus bekerja selama tiga bulan. Dan otomatis akan saya potong 75% tiap bulannya." kata pria yang bernama Kenzie yang akan menjadi bos dari Adira.
"Tapi apa pekerjaannya?" tanya Adira khawatir jika dirinya akan dijadikan budak mengingat jumlah hutangnya lumayan besar.
"Kau hanya cukup menjawab Ya atau Tidak? Aku butuh jawabannya sekarang juga." kata Kenzie menatap tajam Adira yang kemudian mengangguk tanda setuju.
"Kau akan tau begitu sampai disana." lanjut kenzie menutup laptopnya dan mengajak Adira untuk mengikutinya.
Sepanjang perjalanan, Adira mencoba tenang dan berpikir positif. Ia fokuskan pikirannya untuk mengemudi. Sesampainya disebuah rumah sederhana tapi luas dan berlantai dua. Adira berhenti dan masuk melewati gerbang setelah seorang perempuan tua membukakannya.
Adira dan Kenzie keluar dari mobil, lalu masuk kedalam rumah diikuti perempuan tua dibelakang mereka.
"Oh ya bi, dia yang akan menggantikan bibi sementara. Jangan lupa kasih tau segala tugas-tugas yang harus dikerjakannya. Apa yang boleh dan tidak boleh." kata Kenzie mengendurkan dasinya.
"Baik Tuan." ucap Elma
"Dan satu lagi, siapa nama kamu?" tanya Kenzie yang benar-benar lupa.
"Adira." jawab Adira
"Besok mulai kerja, jam enam pagi harus sudah sampai jika tak mau menginap disini, setelah mengantarku ke kantor kau harus kembali dan membersihkan rumah." kata Kenzie, kemudian berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.
Adira tak menyangka harus menjadi Asisten rumah tangga sekaligus sopir, mau tak mau demi hutangnya segera lunas. Elma dengan rinci menjelaskan semua pekerjaan yang harus dilakukan, dan memberi nasihat untuk tidak membuat tuannya marah. Setelah selesai, Adira pamit pada Elma dan pulang menaiki ojol yang sudah ia pesan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments