Hari minggu adalah hari yang ditunggu-tunggu setiap insan yang bekerja, dimana bisa terbebas dari penatnya pekerjaan dan berkumpul menghabiskan waktu dengan keluarga. Hanya segelintir orang yang mengabdikan pada pekerjaan demi uang tambahan.
Adira mendatangi apartement bosnya bukan untuk bekerja, namun ingin menagih janji membantu mencari tempat tinggal baru untuk Hanan dan teman-temannya.
Karena terbiasa masuk begitu saja, Adira menyiapkan sarapan karena hari masih pagi. Selesai memasak dan mencuci peralatan yang digunakan, Adira menelepon bosnya karena tak berani masuk kekamar hanya sekedar membangunkan.
Belum mendapat jawaban, orang yang diteleponnya muncul berjalan seperti zombie menuju meja makan.
Adira hanya heran melihat kelakuan bosnya, yang masih menggunakan piyama dan rambut berantakan, langsung duduk memakan sarapan yang dibuatnya.
Ketika makanan didepannya habis, Kenzie kembali berjalan seperti zombie menuju kamarnya. Membuat Adira semakin bingung, jika bosnya belum sadar sepenuhnya.
Menunggu hampir dua jam, Adira yang sudah tak sabar mengetuk pintu kamar bosnya dan membuka perlahan. Melihat sosok yang masih terbaring diatas kasur, membuat Adira berdecak kagum. Ternyata bukan hanya dirinya saja yang hobi tidur.
"Tuan..." panggil Adira mendekat dan menepuk lengan Kenzie.
"Tuan.. bangunn!!! Hari sudah siang!!!" kata Adira meninggikan suaranya.
Mencari akal untuk membangunkan Kenzie, Adira menyalakan ringtone sirine damkar dengan volume full.
"Kebakaran!!! Kebakaran!!! Kebakaran!!!" teriak Adira menjauh dari kasur.
Kenzie yang terbelalak memaksakan untuk sadar dari tidurnya dan melempar selimut yang membalut tubuhnya lalu mencari sumber api dikamarnya. Dilihatnya suara sirine berasal dari ponsel milik Adira, membuat Kenzie geram. Menghampiri pemilik ponsel yang sedang tertawa terbahak-bahak.
Namun tidak ada yang menyangka, kakinya terpeleset karena menginjak selimut yang dibuangnya. Hingga menabrak Adira yang berdiri tak jauh darinya.
Gubrakkk!!!
Tubuh kenzie berada diatas tubuh Adira, mata mereka saling menatap, begitu dekat jarak wajah diantara mereka seolah-olah waktu berhenti untuk sejenak.
Astaga!!! Kenapa jantungku berdebar-debar dan pipiku terasa terbakar, batin Adira tak bisa berkutik.
Kenapa perasaan ini muncul kembali, mata coklat yang sama dengan waktu itu, batin Kenzie.
Sibuk dengan kata hati masing-masing, dering telepon dari ponsel Adira membuyarkan lamunan mereka. Kenzie yang berusaha bangun menarik jemari tangannya dari kepala Adira, dan menuju kamar mandi.
Sedangkan Adira duduk dari tidurnya dan mengangkat telepon dari Shafira.
"Halo, ada apa Shaf?" tanya Adira, memegang pipinya yang masih merona.
"Apa kau lupa? Atau pura-pura lupa?"
"Maksudmu?"
"Aku, Hanan dan lainnya sudah menunggu dua jam. Tapi kau tak datang-datang juga."
"Iya, tunggu sebentar lagi aku akan datang bersama tuan Kenzie." ucap Adira menutup teleponnya, keluar dari kamar Kenzie dan menunggu bosnya yang sedang berada dikamar mandi.
Entah sejak kapan Adira mulai berani usil dengan bosnya. Ia hanya merasa memiliki teman pelampiasan dari kesedihannya yang terpendam.
***
Dibawah jembatan sekitar sebelas anak kecil termasuk Hanan, menunggu jemputan yang dijanjikan Shafira. Sebuah mobil minibus berhenti didepan mereka, Adira yang turun dari samping kemudi menyuruh anak-anak masuk kedalam mobil diikuti Shafira yang duduk di bangku penumpang.
"Anak-anak, sebelum kita ke rumah baru kalian. Bagaimana jika kita makan-makan dulu." kata Adira mendapatkan sorak riang dari anak-anak.
"Tapi siapa yang bayar kak?" tanya Hanan yang merasa tidak punya cukup uang.
"Tenang, ada kak Kenzie baik hati yang akan mentraktir kalian makan sepuasnya." ucap Adira menepuk bahu Kenzie yang melotot ke arahnya.
"Terimakasih kak Kenzie." ucap Hanan bersamaan dengan lainnya.
"Iya sama-sama." balas Kenzie tersenyum terpaksa, merasa posisinya hari ini terbalik dengan gadis disampingnya.
Kenzie menyalakan mobil dan menuju tempat makan yang dimaksud Adira. Warung seafood, tempat makan favorit bagi pecinta seafood.
Adira membimbing anak-anak agar duduk ditempat lesehan yang muat untuk banyak orang. Setelah menanyai satu persatu, Adira memesankan untuk anak-anak terlebih dahulu.
"Tuan, anda mau pesan apa?" tanya Adira melihat Kenzie yang masih membaca menu.
"Kelapa muda." singkat Kenzie
"Tuan tidak makan?" tanya Adira meyakinkan.
"Maaf pak, apa mau saya pesankan makanan di restoran dekat sini?" tawar Shafira takut jika bosnya merasa kurang higienis.
"Tidak perlu." jawab Kenzie datar, membuat Adira merasa tak enak hati.
Setelah memesan makanan dan minuman, Adira menoleh ke arah kasir teringat saat pertama kali bertemu ibunya. Wajah yang sendu membuat Shafira dan Kenzie memperhatikannya sedari tadi.
"Ra, aku ketoilet dulu ya?" ucap Shafira menyadarkannya dari lamunan.
Adira hanya tersenyum pada Shafira yang meninggalkan dirinya dan Kenzie. Melihat tingkah anak-anak yang menggemaskan, menunggu makanan yang mungkin tidak pernah mereka rasakan sebelumnya.
"Kenapa kau begitu peduli dengan mereka." tanya Kenzie dingin membuat Adira menoleh.
"Entahlah, aku hanya berpikir tak ada salahnya jika kita berbuat baik pada orang lain. Lagi pula aku lebih beruntung dari mereka, masih memiliki keluarga yang menyayangiku." jawab Adira kembali memperhatikan anak-anak.
Shafira kembali dari toilet, begitu makanan datang, membuat semua bersorak gembira. Atmosfer yang penuh kebahagiaan mengajak siapa saja tersenyum melihatnya, termasuk Kenzie yang kurang nyaman sejak tadi.
Selesai makan mereka melanjutkan perjalanan menuju salah satu rumah panti milik keluarga Kenzie.
***
Di desa Barnes (ayah Adira) sedang beristirahat di saung dekat perkebunan apel, melihat para petani memanen buah. Memang tidak semua lahan adalah miliknya, sebagian besar milik para penduduk asli. Ia hanya bekerja sama memasarkan hasil panen dan membantu meningkatkan kualitas panen.
Rindu dengan putri semata wayangnya, ia memutuskan untuk menelepon Adira.
"Halo nak? Bagaimana kabarmu?" tanya Barnes setelah panggilannya tersambung.
"Baik, ayah sendiri bagaimana kabarnya?"
"Tidak baik, karena sangat merindukan putri kecilnya. Bagaimana jika putrinya membutuhkan sesuatu, sedangkan ayahnya sendiri tidak boleh mengirimkan uang."
"Rara sudah dapat pekerjaan ayah, jadi semua kebutuhan tercukupi. Atasan Rara juga baik, jadi jangan khawatir lagi."
"Baiklah, kirim salam untuk Winola. Jika perlu kirimkan nomor rekeningnya, ayah yang akan bayar sewanya."
"Ayahh... Rara bisa mengurus semua sendiri."
"Baiklah, hati-hati disana ya? Ayah mau membawa hasil panen." tutup Barnes, mematikan telepon dan berjalan menuju mobil box yang sudah penuh.
***
Di rumah panti...
Adira yang selesai menelepon, masuk ke dalam berpamitan dengan Hanan dan pengurus panti. Sedangkan Shafira dan Kenzie sudah bersiap pulang.
"Kak Adira akan sering datang kesini kan?" tanya Hanan sedih harus berpisah dengan orang yang belum lama ia kenal.
"Kakak janji akan sering mampir, sekarang kan kita berteman. Jika ada masalah jangan sungkan, katakan pada pengurus panti untuk menghubungi kakak ya?" ucap Adira memeluk Hanan dengan penuh kasih sayang.
"Kak Shafira juga akan sering-sering mengunjungimu dan lainnya. Sekarang kami pamit pulang ya?" kata Shafira mengelus kepala Hanan yang sudah melepaskan pelukannya dengan Adira.
Hanan dan yang lainnya memeluk ketiga orang yang baik pada mereka secara bergantian. Shafira dan Adira menyambutnya dengan hangat. Namun berbeda dengan Kenzie, ia hanya diam tak bergeming melihat anak-anak kecil memeluk kedua kakinya yang jenjang.
Mereka bertiga pun pamit pulang. Adira dengan semangat melambaikan tangan pada anak-anak dari jendela mobil yang terbuka. Tanpa disadari Kenzie tersenyum kecil melihat tingkah Adira. Mungkinkah Kenzie mulai tertarik pada Asisten rumah tangganya sendiri?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Dea Relita
'MUZACHA' hadir membawa like
semangat kak author di tunggu Feed nya untuk saling mendukung
2021-02-22
1
Elsa Nur Ananda
visual dong thor
2021-01-19
0
yumi chan
visualnya dong
2020-12-06
0