Hampir sepekan lamanya, acara di tv memberitakan kasus pembegalan yang membuat masyarakat resah.
Begitu juga Adira, karena khawatir membayangkan cara begal yang sadis untuk merampas harta milik korbannya dengan menebas punggung atau leher dari belakang. Tak main-main senjata yang digunakan pelaku begal berupa clurit, parang, bahkan samurai, itu yang dilihatnya di TV.
Pagi ini, Adira melakukan pemanasan melenturkan otot-otot dan melakukan olahraga kecil dikamarnya.
GEDEBUKKK!!!
Suara benda jatuh, membuat Winola terkejut saat membuat sarapan di dapur dan menghampiri asal suara.
"Aku pikir ada meteor jatuh di apartemenku." ledek Winola tertawa kecil melihat Adira yang duduk meringis kesakitan memegangi pinggangnya.
"Hehe... sudah lama aku tidak berolahraga jadi tidak seimbang saat handstand." ucap Adira tertawa kecil bangun dari duduknya lalu menghampiri temannya.
"Ayo kita sarapan, bukankah kau ada tes hari ini?" ujar Winola berjalan menuju dapur diikuti Adira dari belakang
"Apa kau yakin percaya padaku meninggalkan apartemenmu beberapa hari pada orang asing sepertiku?"tanya Adira mengalihkan pembicaraan dan memakan bubur ayam.
"Tak perlu kau tanyakan lagi. Beberapa hari melihat kebiasanmu aku yakin kau adalah orang baik."jawab Winola menuangkan jus jeruk kegelas Adira.
"Terimakasih karena sudah mempercayaiku. Dan.. jika kamu butuh bantuan jangan sungkan, karena selama ini kau sudah banyak membantuku." kata Adira, senang bertemu teman baru yang tulus padanya.
Beberapa hari Winola harus pergi meninggalkan Adira, karena dirinya ada jadwal diluar kota sebagai DJ di beberapa club malam yang sudah terkenal. Meskipun hanya seorang DJ, bayaran yang ia tabung bisa membeli apartemen, mobil, dan properti diluar kota.
***
Setelah mengikuti tes sekaligus interview, Adira dengan malas keluar ruangan menuju lobi dan memberikan kartu pengunjung pada resepsionis, di ikuti beberapa orang dibelakangnya dengan ekspresi kecewa karena gagal mendapatkan kesempatan untuk bekerja.
"Ternyata tidak semudah didesa untuk mencari pekerjaan. Banyak pesaing yang jauh lebih unggul." ujar Adira mencoba berpikir positif dan menghela nafas berjalan menuju parkiran dan berencana untuk mencari orderan.
Waktu cepat bergulir, terang matahari diganti dengan nyala lampu yang otomatis saat hari mulai gelap.
Tempat biasa Adira nongkrong, ramai dengan para ojol lainnya yang juga menunggu orderan masuk. Kumpulan yang didominasi laki-laki, hanya beberapa ojol perempuan yang dapat dihitung dengan jari. Sibuk bermain catur, ada juga yang bermain gitar bahkan kartu remi.
Drrrttt... Drrrttt... Hp Adira bergetar, notifikasi orderan food delivery.
"Semuanya, aku duluan ya?" pamit Adira pada semua yang menoleh dan menganggukkan kepala.
"Hati-hati Ra, jangan sampai terlalu malam... masih rawan begal." kata Bang Indra senior yang paling tua memperingati Adira yang sudah menaiki motornya.
"Oke bang!!" balas Adira mengacungkan jempol dan bergegas menuju restoran sesuai aplikasi.
Seperti biasa, Adira mengambil pesanan dari restoran dan mengantarnya sesuai alamat yang tertera. Namun sebelum masuk kedalam komplek perumahan, jalanan tampak sepi dan gelap karena bukan jalan utama dan Adira merasa ada yang mengikutinya.
Setelah sampai di sebuah rumah besar, Adira memencet bel dekat gerbang masuk setelah mengirim pesan jika makanan sudah sampai.
Sedikit menunggu lama, keluar seorang laki-laki tampan, tinggi dengan memakai kaos oblong berwarna putih dan celana jeans biru berjalan menuju gerbang.
"Maaf pak, apa benar dengan pak Vincent?" tanya Adira mengkonfirmasi pemesan food delivery.
"Benar mas." jawab laki-laki bernama Vincent membuka gerbang dan mengecek paper bag berisi makanan pesanannya.
"Terimakasih pak." ucap Adira setelah menerima sejumlah uang sesuai dg aplikasi.
Ditengah perjalanan menuju jalan utama, seorang anak laki-laki yang lusuh berumur sekitar 12 tahun melambaikan tangan seolah meminta bantuan.
"Ada apa dik?"tanya Adira setelah sampai didekat anak kecil tersebut.
"Kak, boleh minta tolong tidak?" ucap anak kecil yang terlihat gelisah menoleh ke kanan dan ke kiri.
"Apa yang bisa kakak bantu?" tanya Adira yang mulai merasa curiga
"Tolong antarkan saya sampai jalan raya ya kak." pinta anak kecil itu yang mulai ketakutan.
Bersamaan dua motor menghampiri Adira dan anak kecil itu. Satu motor berhenti didepan Adira, sedangkan satu motor lagi dibelakang Adira dengan dua orang yang berboncengan.
Dengan cepat salah satu dari mereka menarik anak kecil tersebut dan menodongkan pisau ke lehernya, membuat Adira turun dari motornya.
"Serahkan kunci motor!! Atau nyawa anak ini jadi taruhannya." ancam salah satu dari mereka berkepala plontos yang memegang pisau.
"Abang-abang ini ceritanya mau begal saya???" tanya Adira berpura-pura tidak tau.
"Yaelahhh... bocahhh... **** amat sih jadi orang!!!" kesal laki-laki berambut gondrong
"Bang!!! Saya kan belum pernah dibegal jadi tidak tau maksud abang-abang semua." kata Adira dengan nada tinggi mengulur waktu berharap ada yang lewat.
"Alaaahhh... kelamaan!!!" kata laki-laki botak mendorong anak kecil kebelakang dan menarik jaket Adira hingga mundur beberapa langkah menjauhi motor dan jatuh terjengkang membuat kunci motor terlepas dari tangannya.
Melihat anak kecil sudah melarikan diri, Adira segera menendang pantat laki-laki botak yang sedang membungkuk mengambil kunci motor.
Melihat temannya yang jatuh terjerembab, dua laki-laki lainnya turun dari motor, mereka kesal menghampiri Adira untuk menghajarnya.
Dengan memasang kuda-kuda, Adira tidak yakin bisa mengalahkan ketiga laki-laki yang bertubuh besar dengan tampang seram sekaligus.
"Dasarrr... kamprettt." teriak laki-laki yang ditendang Adira setelah bangun dari posisinya.
Melihat tukang ojek yang lumayan lihai menghidari pukulan bahkan bisa membalas, membuat mereka semakin geram.
Si botak memberi kode pada si kumis untuk memegangi tukang ojek yang membuatnya kesal. Tapi Adira selangkah lebih tau maksud si botak, menghajar si kumis dan menendangnya kebelakang. Tiba-tiba si botak menusuk perut Adira saat membalikkan badan, dan mendorongnya ke trotoar, mengambil paksa sling bag milik Adira lalu bergegas pergi.
Merasa nyeri dibagian perutnya, dengan darah yang terus merembes keluar meski ditahan dengan tangannya. Semakin lama tubuhnya terasa dingin dan tidak bisa bergerak.
Ayah... maafin Adira. Hanya karena ingin bertemu ibu, ayah harus hidup sendirian, batin Adira yang mulai kehilangan kesadaran.
Samar-samar terdengar suara laki-laki yang berbicara dan membatalkan janjinya, sebelum Adira benar-benar kehilangan kesadaran sepenuhnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments