Matahari semakin tinggi, waktu berjalan menuju jam makan siang. Para pegawai kantor berhamburan mencari pengisi perut dikantin dan disekitar kantor.
Shafira sibuk merapihkan berkas-berkas penting segera menyerahkan ke bosnya, agar bisa segera turun ke kantin untuk makan siang. Diketuk pintu bosnya dan masuk setelah mendapat ijin.
"Pak, ini berkas dari bagian keuangan untuk proyek Hotel Berlian dan resort mewah Pak Chiko sudah saya cek ulang." ucap Shafira memberikan map biru di meja bosnya.
"Oke!!" Kenzie tersenyum melihat isi map dan puas dengan kerja sekretarisnya yang cepat.
"Oh ya, jadwal hari ini sudah dikosongkan bukan?" tanya Kenzie memastikan lagi pada sekretarisnya.
"Sudah pak!"
"Jika ada masalah, pastikan kamu bisa menyelesaikannya sendiri, hari ini saya tidak ingin diganggu dengan masalah pekerjaan. Mengerti!!" pesan Kenzie dibalas anggukan Shafira yang pamit keluar.
***
Adira yang baru sampai, menghentikan mobil didepan pintu masuk perusahaan dan menunggu bosnya dari dalam mobil.
Setelah menunggu sepuluh menit, akhirnya Kenzie muncul dari balik pintu berjalan menuju mobilnya.
"Kita ke Mega Mall sekarang." ucap Kenzie setelah membuka pintu mobil dan duduk disamping kemudi.
Tanpa basa-basi Adira melajukan mobil menuju tempat yang diinginkan bosnya. Sepanjang perjalanan ia hanya diam, ada kekecewaan dihatinya karena kejadian tadi pagi. Ia terlalu terbawa suasana jika Kenzie adalah orang baik, tapi ternyata seperti udang dibalik batu.
Sesampainya di parkiran Mega Mall...
"Tuan, sebaiknya saya tunggu disini saja." ketus Adira yang tak ingin masuk.
"Jadi kau menyuruhku membawa barang belanjaan sendiri? Dan kau sudah lupa apa yang kukatakan tadi pagi, hah!!!" kata-kata Kenzie yang penuh penekanan dan tatapan yang tajam membuat Adira bergidik ngeri dan pasrah mengikuti bosnya pergi.
Akhirnya mereka menaiki eskalator dan berjalan menuju lantai tiga, banyak berjejer toko pakaian bermerk. Mereka memasuki sebuah toko pakaian dan menyusuri barisan gaun wanita yang cocok untuk pesta. Adira yang hanya mengekor merasa heran, untuk apa bosnya membeli gaun wanita, sedangkan ia tak pernah sekalipun melihat wanita lain bersamanya.
Hanya lima gaun yang ia pilih dan menyuruh pegawai langsung membungkusnya dan menyelesaikan transaksi. Mereka berjalan menuju toko sepatu, membuat Adira semakin penasaran.
"Berapa ukuran sepatumu?" tanya Kenzie yang sedang bingung memilih sepatu dengan hak tinggi.
"A-apa tuan???" Adira meyakinkan lagi pertanyaan yang baru ia dengar.
"Ukuran sepatumu?" ulang Kenzie dengan malas.
"Tiga puluh sembilan." ucap Adira berusaha menepiskan khayalan dikepalanya jika seorang Kenzie mau repot-repot membelikannya barang branded.
Kenzie memilih lima model dengan ukuran sepatu Adira. Setelah membayar dengan kartu kredit, Kenzie berjalan santai menuju ke toko lain tanpa peduli Adira yang kerepotan membawa banyak paper bag.
"Huftttt... ternyata tak hanya perempuan saja, laki-laki juga merepotkan saat berbelanja." gerutu Adira meniup poni yang menutupi matanya, tak peduli dengan orang lain yang menertawakan kesusahannya saat kedua tangan harus memegang banyak paper bag sekaligus.
Setelah cukup lama berjalan, akhirnya Kenzie memasuki toko perhiasan dan meminta karyawan untuk mengambilkan koleksi terbaru. Dengan wajah masam Adira hanya berdiri disamping Kenzie yang duduk santai di sofa.
Seorang perempuan berpakaian formal berbeda dengan lainnya terlihat seperti manager ditoko tersebut. Dengan lihai menjelaskan ke-empat set perhiasan koleksi terbaru mereka. Pandangan Kenzie mengarah pada Adira lalu kembali ke perhiasan.
"Tuan, mungkin sebaiknya dicoba terlebih dahulu, jika ukurannya kurang sesuai akan kami perbaiki." saran manager tersebut tak ingin mengecewakan pelanggan mereka.
Kenzie merasa ada benarnya perkataan orang didepannya, ia menoleh pada Adira yang tampak bosan.
"Pinjam tanganmu." ucap Kenzie membuat Adira merasa heran.
"Apa kau tuli?" tanya Kenzie melotot ke arah Adira yang masih terdiam.
Adira meletakkan paper bag dilantai dan menjulurkan kedua tangannya. Tanpa diduga Kenzie menarik kencang tangan kirinya membuat kakinya melangkahi paper bag dan hampir menendangnya.
"Duduk!" perintah Kenzie
Adira pun hanya menurut, duduk disamping bosnya adalah hal yang tak biasa, merasa curiga jika bosnya akan menyuruhnya melakukan hal yang gila.
Kenzie mengambil cincin dikotak yang dipilihnya, disematkan dijari manis Adira. Membuat pemilik jari merasa jantungnya berdebar hebat, karena kali pertama seorang laki-laki memasangkan cincin dijari manisnya.
Melihat Adira yang merona, Kenzie berusaha menahan senyumnya. Menyuruh manager toko tersebut untuk membungkus kotak yang dipilihnya.
"Maaf, saya tidak ingin salah paham atas tindakan tuan. Sebaiknya anda mencoba cincin ini dengan wanitanya langsung." ucap Adira yang sadar dan berusaha melepaskan cincin dijarinya.
"Jangan dilepaskan! Tunggu sampai aku menyuruhmu untuk melepaskannya!!" perintah Kenzie yang bangkit menuju kasir.
"Apa sih maumu yang sebenarnya? Jangan membuat perasaanku naik turun begini. Dasar bos gilaaa!!!" gumam Adira mengacak rambutnya merasa bingung dengan perasaannya sendiri.
Selesai dengan semua yang dibutuhkan, Kenzie menyuruh Adira untuk melajukan mobil menuju salon yang terkenal.
***
Diruang tunggu salon, seorang wanita cantik yang tampak seksi memakai mini dress berwarna merah dengan rambut pendek menghampiri Kenzie dan Adira yang duduk disofa.
"Aku pikir kau sudah menyerah." ujar wanita tersebut duduk disofa sebelah Kenzie.
Mungkinkah wanita cantik ini yang disukai Kenzie? Pantas saja melihatku terus saat memilih, tubuhnya tak jauh dari tubuhku hanya saja dadanya lebih besar, pikir Adira dalam hatinya mengerti kelakuan bosnya hari ini.
"Aku sudah bawakan semuanya, tinggal pilih mana yang menurutmu paling bagus." ucap kenzie menunjuk banyak paper bag dimeja.
"Bagaimana bisa aku menolak jika kamu yang meminta." ucap wanita itu lagi tertawa sambil menutup mulut dengan jemarinya.
Astagaaa.... apa keberadaanku disini hanya sebagai saksi hubungan mereka? teriak Adira dalam hati menggigit bibir bawahnya merasa tidak nyaman.
"Aku sungguh puas dengan pelayananmu dari dulu hingga sekarang dan kau adalah orang yang pandai dalam hal menjaga rahasia bukan?" puji Kenzie membuat wanita didepannya tersenyum lebar.
"Demi pelanggan sepertimu, apapun akan aku lakukan." ucap wanita tersebut membuat keduanya tertawa kecil.
Jangan-jangan wanita ini adalah simpanan bosku sendiri. Tapi kenapa mereka membicarakan hal yang sensitif dengan begitu santainya. Adira hanya bisa membatin, banyak pertanyaan yang bergejolak dibenaknya.
"Baiklah nanti jam 7 malam aku datang lagi, aku harap semua sudah siap seperti yang kuharapkan." kata Kenzie bangkit dari duduknya tanpa mempedulikan Adira yang sedang sibuk dengan pikirannya sendiri.
"Akan jamin kau akan puas hari ini." balas wanita tersebut yang ikut bangkit.
Melihat kedua orang didepannya berdiri, Adira ikut bangkit dari duduknya dan mengesampingkan rasa penasarannya. Kenzie berjalan menuju pintu keluar diikuti Adira dan wanita cantik dibelakangmya.
"Kunci mobil." ucap Kenzie membalikan badannya dan menyodorkan tangannya pada Adira.
"Biar saya saja tuan yang mengemudi." balas Adira merasa hal buruk akan terjadi pada dirinya.
"Tidak!! Kau akan disini sampai aku kembali. Kau masih ingat kan apa yang kukatakan tadi pagi, kau bisa membayarnya kali ini dengan melakukan apapun yang yang Carissa perintahkan." tegas Kenzie menunjuk wanita disebelah Adira.
Adira yang merasa tak bisa berkutik jika berhubungan dengan hutang, terpaksa menyerahkan kunci mobil dan pasrah saat Carissa menariknya masuk kesebuah kamar.
Entah apa yang akan terjadi pada Adira, hanya yang membaca episode selanjutnya yang tau.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments