Disebuah apartemen, dua sejoli yang tak lain Kenzie dan Vincent sedang asyik bermain game console didalam kamar yang cukup berantakan, menunggu matahari yang akan terbenam.
"Kau yakin akan membawanya ke pesta pertunangan kakakmu?" tanya Vincent disela-sela konsentrasinya.
"Tidak ada pilihan lain, tidak mungkin kan aku membawa sekretarisku yang semua orang sudah tau." jawab Kenzie berusaha fokus untuk memenangkan permainan.
"Apa kau benar-benar sudah bisa melupakan dia? Dan harus datang ke acara yang akan menyakitimu sendiri."
"Entahlah, akhir-akhir ini aku tidak terlalu memikirkannya."
"Apa kau sedang dekat dengan wanita lain?" tanya Vincent antusias melupakan gamenya sejenak.
Kenzie yang mendengar pertanyaan sahabatnya, terbayang tingkah laku Adira yang membuatnya gemas dan sering tersenyum sendiri.
"Kau tersenyum? Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Vincent yang semakin penasaran dengan tingkah sahabatnya.
"Tidak, aku tidak tersenyum. Aku hanya memikirkan pekerjaanku saja." elak Kenzie yang tanpa disadarinya Vincent terus memperhatikannya.
"Jangan-jangan kau menyukai gadis tomboy itu ya?" tebak Vincent yang sudah tersenyum lebar.
"Hari sudah gelap, aku akan pulang dan menjemputnya. Sampai ketemu dipesta." ujar Kenzie meninggalkan Vincent keluar kamar, tak ingin sahabatnya bertanya lebih banyak lagi.
"Kita sudah kenal lama, tidak ada yang bisa kau sembunyikan dariku Ken!!!" teriak Vincent pada sosok yang sudah tak nampak lagi.
***
Tepat jam 7 malam, disebuah ruang makeup Adira duduk menatap kaca yang memantulkan dirinya yang lain.
"Pangeranmu sudah datang tuan putri?" ucap Carissa menghampiri Adira.
"Tapi kak, aku tidak yakin dengan penampilan seperti ini." rengek Adira yang sudah akrab dengan Carissa dengan waktu singkat.
"Kau terlihat sangat cantik, aku yakin Kenzie juga akan terkejut dengan penampilanmu." hibur Carissa menuntun Adira yang belom terbiasa dengan sepatu hak tinggi berjalan pelan ke ruang tunggu.
Benar saja saat Adira keluar dari ruang makeup, Kenzie terpesona tak berkedip melihat penampilan Adira. Riasan natural dan rambut coklatnya yang lurus terurai panjang dihiasi mutiara dan gaun panjang tanpa lengan berwarna biru muda berbahan satin dengan payet berwarna gold senada dengan perhiasan dan sepatu hak tinggi yang dipakainya.
"Apa tidak apa-apa seperti ini." ujar Adira meminta pendapat Kenzie yang masih diam terpesona.
"Ken!!" panggil Carissa mencoba menyadarkan pelanggan sekaligus temannya.
"Ah.. ya...kau terlihat can-tik." kata kenzi terbata-bata mencoba menutupi kegugupannya.
Adira tersenyum malu mendengar sebuah pujian terlontar dari mulut bosnya. Entah kenapa ia begitu menyukai penampilannya sekarang meski merasa tak nyaman untuk dirinya sendiri.
Adira yang masih belajar menggunakan sepatu hak tinggi, beberapa kali hampir terjatuh saat berjalan menuju mobil. Dengan telaten Kenzie menuntun hingga sampai dipintu mobil dan membukakannya.
Saat Adira hendak masuk kedalam mobil, kakinya goyah tak seimbang membuatnya terjatuh. Kenzie dengan sigap menangkap tubuh yang jatuh ke arahnya.
"Ma-af" ucap adira pelan hampir tak terdengar. Ia merasa jantungnya berdetak sangat cepat dan pipinya terasa tertarik kencang hingga membuatnya terus tersenyum berada dalam pelukan bosnya sendiri.
"Kemesraan kalian bisa dilanjutkan nanti, jika tidak ingin terlambat." teriak Carissa yang masih berdiri didepan pintu salonnya.
Teriakan Carissa membuat keduanya salah tingkah, Adira segera masuk kedalam mobil diikuti Kenzie setelah menutup pintu mobil.
"Pasangan yang unik. Semoga saja mereka akan terus bersama dan berbahagia." ujar Carissa yang sudah menganggap Kenzie seperti adiknya sendiri.
***
Disebuah aula hotel dengan dekorasi yang megah didominasi warna gold terlihat mewah dan elegan sepanjang mata memandang. Acara pertunangan anak dari keluarga Jauha dan Albern sudah dimulai.
Semua mata tertuju pada sepasang kekasih bernama Callysta dan Choki yang bergandengan memasuki aula dan disambut tepuk tangan yang meriah, mereka berdiri disamping keluarga masing-masing.
"Sebelum acara bertukar cincin dimulai, saya persilahkan waktu untuk tuan Jauha." ucap pria yang menjadi pemandu acara memberikan sebuah mikrofon pada laki-laki paruh baya dengan jas berwarna silver.
"Saya ucapkan banyak terimakasih kepada semua tamu undangan dan keluarga besar Albern. Acara pertunangan anak pertama saya ini, dirayakan sekaligus sebagai momentum peresmian Diamond Hotel ini yang sudah siap dibuka. Saya berharap kita semua akan selalu berbahagia." Jauha yang mengakhiri pidatonya tidak menyadari anak keduanya memperhatikan dibelakang para tamu undangan.
"Baiklah, kita mulai acara tukar cincin." ucap pemandu acara.
Dibelakang tamu undangan, Kenzie mengepalkan tangan menatap geram sepasang kekasih yang sedang bertukar cincin.
"Tuan, apa anda baik-baik saja?" tanya Adira pelan yang bingung dengan ekspresi Kenzie.
Mendengar suara gadis disampingnya, Kenzie menghela nafas dalam-dalam menatap Adira yang terlihat sangat manis, membuat darahnya yang sudah naik kembali normal.
"Ya, aku tidak apa-apa."
"Bukankah yang bertunangan saudara kandung tuan, kenapa tidak ikut mendampinginya tapi malah berdiri diantara tamu undangan." kata Adira dengan polosnya, tidak mengetahui permasalahan dikeluarga Kenzie.
"Kita akan mengucapkan selamat setelah acara tukar cincin selesai, aku tidak terlalu suka jika kita menjadi pusat perhatian." ucap Kenzie masih menatap jauh Callysta yang tampak bahagia.
Acara tukar cincin selesai, dilanjutkan menikmati hidangan untuk para tamu undangan. Adira mengandeng lengan Kenzie berjalan melewati para tamu menghampiri tokoh utama dipesta ini.
Terkejut, bukan karena sepasang kekasih yang tampil cantik dan tampan. Tapi sosok wanita yang selama ini ia cari berada dihadapannya.
"Sayang, apa kau tidak apa-apa." ucap Kenzie pada Adira yang merupakan sandiwara mereka.
"Ah, aku tidak apa-apa. Aku hanya terpesona melihat calon pengantin wanitanya yang begitu cantik." ujar Adira mengalihkan perhatiannya dan menahan rasa sesaknya didada.
"Kau juga cantik." ucap Callysta yang menggandeng lengan Chiko tak mau kalah mesra dengan Kenzie dan Adira.
Kenzie memperkenalkan Adira sebagai kekasihnya, membuktikan pada semua terutama ayah dan kakaknya, jika ia bisa memiliki kehidupan sendiri, tanpa harus menjadi benalu.
Saat Adira menjabat tangan wanita paruh baya yang menjadi ibu Callysta. Rasa sesaknya membuat bulir air mata menetes.
"Kara." ucap Adira menunduk dan menghapus air matanya.
"Amira." balas Amira melepaskan tangannya dan mengamati wajah gadis didepannya.
Ingin rasanya Adira memeluk dan bercerita banyak dengan ibunya, tapi tidak dengan penampilannya sekarang. Karena ia harus bersandiwara menjadi pasangan Kenzie dan harus menutupi jati dirinya.
Setelah Kenzie selesai berbincang dengan Chiko dan Callysta, ia mengajak Adira untuk mencari Vincent.
"Tuan, bolehkah aku mengambil sesuatu untuk dimakan?" bisik Adira pada Kenzie yang sedang menelepon.
"Pergilah." balas Kenzie yang masih menelepon menunggu jawaban.
Selepas kepergian Adira, Callysta berjalan mendekati Kenzie yang tengah menelepon seseorang.
"Baiklah, aku tunggu." kata Kenzie menutup telepon mengetahui Callysta berada disampingnya.
Keduanya saling bertatapan, tanpa ada yang berbicara. Seolah tau apa yang dikatakan lewat mata masing-masing.
"Maaf Cal, aku harus mencari Ara." ucap Kenzie tak ingin perasaan yang telah ia kubur muncul kembali.
"Ken, aku ingin berbicara denganmu sebentar saja." kata Callysta memegang lengan Kenzie untuk menghentikan langkahnya.
Callysta menarik Kenzie keluar aula, dan berhenti dilobi hotel. Tanpa disangka-sangka, Callysta memeluk Kenzie begitu erat dan mulai terisak.
"Kenapa kau menangis? Seharusnya ini hari bahagiamu bukan?"
"Maafkan aku Ken karena telah meninggalkanmu. Sekarang aku menyesal, setelah mengetahui sifat buruk Chiko yang baru kuketahui."
"Kenapa kau masih melanjutkan pertunangan ini?"
"Aku juga ingin membatalkannya, tapi Chiko mengancamku jika dia tak segan-segan menghancurkan perusahaan ayahku." jelas Callysta semakin erat memeluk mantan kekasihnya.
Kenzie yang luluh, membalas pelukan dan menepuk pelan punggung wanita yang pernah ia cintai. Tanpa disadari keduanya, sepasang mata memperhatikan mereka dari kejauhan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments