Mentari pagi bersinar mencoba menerobos setiap celah dipermukaan bumi.
Adira yang terbaring di salah satu ruangan rumah sakit, perlahan membuka matanya. Melihat benda-benda asing disekitarnya, dan mendapati seorang perawat perempuan mengecek kondisinya.
"Syukurlah, apa yang anda rasakan saat ini nona?" tanya perawat tersebut sambil menulis data pemeriksaannya.
"Tubuh saya berat untuk digerakkan, apa saya mengalami kelumpuhan?" tanya Adira panik dengan apa yang sudah terjadi.
"Tidak nona, itu hanya efek dari bius total sebelum operasi, sebentar lagi juga hilang." jawab perawat yang tertawa kecil melihat kepanikan pasien didepannya.
"Maaf nona, boleh tau nama, alamat, dan nomor yang bisa dihubungi? Sejak kemarin data masih kosong, untung saja ada pria baik hati dan juga tampan yang menjamin anda untuk segala tindakan medis." lanjut perawat tersebut.
Adira pun memberi informasi yang dibutuhkan. Sambil mengingat kembali kejadian sebelumnya.
***
Di perusahaan besar, seorang pria duduk di ruang direktur mendapatkan telpon dari rumah sakit, dan memberitahu bahwa ia akan segera datang. Setelah memberitahu sekretarisnya untuk mengosongkan jadwal dua jam kedepan. Dengan langkah cepat, ia menuju parkiran mobil dan melaju ke arah rumah sakit.
Saat di depan pintu ruangan rawat inap, ia mengubah ekspresinya menjadi serius, menutupi kegugupannya. Dilihatnya gadis berambut pendek berwarna coklat terang dengan model pixie hair cut sedang menatap keluar jendela, lalu menoleh setelah kedatangannya.
"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya gadis tersebut yang tak lain adalah Adira.
"Ya, aku yang membawamu kesini." jawab pria tersebut yang langsung duduk di kursi dekat ranjang pasien.
"Terimakasih sudah menolongku." ucap Adira yang merasa yakin pernah bertemu ditempat lain sebelumnya, dengan pria disampingnya itu.
Dengan cepat pria tersebut mengeluarkan ponsel dari jasnya, dan mengambil foto Adira yang masih pucat dengan seragam pasien.
"Ini untuk berjaga-jaga, karena tak ada jaminan kau akan membayar hutang, jika berani macam-macam akan kulaporkan ke kantor polisi." ancam pria tersebut tanpa ekspresi memberikan sebuah kartu nama.
"Tak bisakah, anda memintanya setelah saya keluar dari rumah sakit?" kesal Adira tak percaya dengan ancaman tersebut.
"Aku tidak punya waktu banyak, bisa saja kau kabur setelah keluar dari rumah sakit." balas pria tersebut bangun dari duduknya dan keluar ruangan meninggalkan Adira yang tampak kesal .
Kupikir dia orang yang baik, ternyata lebih kejam dari perkiraanku, batin Adira.
***
Keesokan hari, Adira di ijinkan pulang setelah memaksa dokter yang merawatnya memberikan persetujuan dengan membuat pernyataan bahwa pihak rumah sakit tidak bertanggungjawab jika terjadi hal diluar dugaan, Adira pun setuju.
Malangnya setelah kluar dari rumah sakit, Adira bingung caranya pulang ke apartemen Winola yang jaraknya cukup jauh.
Tak jauh dari posisi Adira, seorang wanita paruh baya memakai blouse dan blazer senada dengan rok yang dipakai, memasuki mobil yang terparkir tak jauh dari pintu masuk rumah sakit. Adira hanya mematung meyakinkan diri jika mengenal wajah wanita tersebut. Ia tak bisa mengejar ataupun berteriak, karena saking terkejutnya.
Mobil melaju melewati Adira begitu saja. Tiba-tiba seseorang mengagetkannya.
"Adira kan?" tanya tukang ojol tersebut menepuk bahu rekan seperjuangan.
"Bang Dicky!!" ucap Adira yang terkejut melihat senior ojol berada disampingnya.
"Lagi ngapain disini? Anak-anak pada nanyain tuh, udah berapa hari gak kliatan." tanya Dicky sambil menyimpan kresek kecil berisi obat kedalam tasnya.
"Aku ada banyak urusan, kemungkinan juga akan berhenti menjadi ojol." jawab Adira.
"Sekarang kamu mau kemana?" tanya Dicky melihat gadis tomboy didepannya kebingungan.
"Emm... sebenarnya aku mau ke apartemen temanku, tapi aku sedang tidak memegang uang." kata Adira yang ragu mengatakannya, sedikit berharap mendapat tawaran tumpangan.
"Ayo, akan aku antar!" ajak Dicky berjalan menuju motornya, diikuti Adira yang kegirangan.
Sesampainya di apartemen yang dimaksud, Adira mengucapkan terimakasih beberapa kali atas bantuan seniornya.
Didepan pintu Adira menekan pasworde, dan melangkah masuk kedalam. Terkejut melihat Winola tertidur di sofa, ia pun mendekatinya dan berjalan perlahan tanpa membuat suara menuju kamarnya.
Selesai membersihkan badannya, Adira membuatkan makan siang untuk Winola. Mengetahui stok dilemari es yang menipis, ia memasak ala kadarnya.
Mengetahui kehadiran temannya, Winola langsung berteriak memanggil Adira, berlari menghampiri dan hendak memeluknya.
"Maaf ya Ola, bukan aku tak suka dipeluk tapi perutku sedang sakit." kata Adira menyilangkan kedua tangannya.
" Apa kau tau!!! Aku khawatir dengan keadaanmu yang tak bisa dihubungi. Jadi aku pulang lebih awal, takut terjadi sesuatu padamu!! Aku... Aku.. aku sangat takut kehilanganmu Adira..." kata Winola terisak hingga berlinang air mata dikalimat terakhirnya.
"Aku kan sudah kembali, sebaiknya kita sarapan ya?" ucap Adira menghapus air mata Winola dan mengajaknya duduk.
Setelah makan siang, mereka berjalan menuju balkon dan Adira menceritakan apa yang terjadi. Sebelum bercerita, Adira meminjam HP winola untuk masuk ke aplikasi mobil banking atas namanya, dan meminta no rekening Winola. "Tingg..."Notifikasi masuk dan transaksi berhasil. Setelah log out, ia kembalikan HP pada empunya.
"Maksudnya apa ini Ra?" tanya Winola yang mendapat Notifikasi ada uang masuk dengan angka lumayan.
"Sebelumnya aku minta maaf, karena membuatmu khawatir dan aku sangat menyesal karena tak bisa menjaga kepercayaan yang kau berikan." ujar Adira melihat Winola yang kebingungan.
"Aku semakin tidak mengerti maksudmu Ra!!!"kata Winola tak paham apa yang dikatakan temannya itu.
" Motor kamu sudah tidak ada, dirampok orang. Dan aku tidak bisa menahannya, sampai akhirnya aku terluka, dan bersyukur... seseorang telah menolongku, membayar semua penanganan medis untuk menyelamatkanku." jelas Adira mengingat wajah menyebalkan yang telah menyelamatkan hidupnya.
"Kenapa!!!! kau tidak menghubungiku secepatnya, setidaknya aku bisa menjagamu saat dirumah sakit. Dan dengan bodohnya, kamu lebih memilih mempertahankan motor dari pada nyawamu sendiri " bentak Winola kesal dengan kecerobohan Adira.
"Yah, aku hanya berusaha menjaga hal yang sudah dipercayakan padaku."
"Jadi ini alasannya kau mentransfer uang ke rekeningku?"
"Maaf, hanya itu yang bisa kuberikan sebagai gantinya, aku terlalu banyak berhutang budi padamu. Aku tidak ingin merepotkan lebih banyak lagi." ucap Adira mengingat lagi jika KTP dan ATM tabungannya masih aman di dompet satunya, yang tersimpan dikamarnya.
Winola memeluk erat lengan Adira, seolah tak mau kehilangan sosok didepannya. Mereka bercerita panjang kali lebar hingga matahari terbenam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Dea Relita
hai kak Author selalu semangat
like❤
'MUZACHA' datang untuk saling mendukung, di tunggu feedback nya ya kak
2021-02-22
2