“Tante, berikan sedikit daging buat Mama yang habis sakit dan kedua adik ku, aku tidak usah tidak apa apa Tante.” Ucap Kakak sambil menatap perempuan gemuk itu.
“Ooo ini Tante nya, kenapa beda sekali dengan perempuan ini ya, dia sangat subur makmur begitu.. “ gumam Dealova di dalam hati.
“Enak saja ya kalian itu datang datang saat sudah matang dan terus minta!” ucap perempuan subur makmur itu dengan lantang dan galaknya.
“Aku tidak tahu kalau di sini sedang ada kerja, kalau tahu kami akan membantu.” Ucap Dealova sambil menatap perempuan gemuk yang ditubuhnya banyak perhiasan emas itu.
“Ha...ha....ha....sengaja lah memang tidak dikasih tahu.. Tidak dikasih tahu aja kalian datang ke sini! Tahu saja ya kalian itu kalau ada makanan enak di sini. Sana minta ke Nenek entar dikira aku yang tidak memberi pada ponakan dan saudara.” Ucap perempuan gemuk itu menatap ketiga anak kecil lalu ke Mama ketiga anak itu. Dealova membalas menatap perempuan gemuk itu.
“Apa lihat lihat! Kamu pengen kalung dan gelang besar seperti punya ku? Ha... Ha... ha... ha... kamu dulu kan juga sudah diberi sama Mama!” ucap Perempuan gemuk itu lalu melangkah menuju ke rumah utama.
“Gara gara mereka gulai ini keburu dingin...” gumam Perempuan gemuk itu yang tampaknya ingin segera makan.. Anjel pun semakin kemecer mendengar , air liur sudah keluar dari lidah nya.
CLEGUK
Anjel menelan air liur nya sendiri, sedang Dealova masih berdiri dan memeluk nya dari samping..
“Perempuan ini dulu juga diberi perhiasan, apa masih ada ya...” Gumam Dealova di dalam hati.. namun daster lusuh nya ditarik tarik tangan mungil Anjel sambil berbisik..
“Ayo Ma.. masuk ke dapur itu.. “ suara lirih Anjel.
“Mam.... mam...mam...” celoteh Jendro yang masih digendong oleh Kakak.
Dealova pun melangkah pelan pelan menuju ke dapur yang lumayan luas itu.. ada beberapa orang di depan tungku kayu sambil mengaduk aduk masakan di panci panci besar. Ada yang sedang membalik balik sate di atas perapian arang tempat bakar bakar. Ada yang duduk di tikar sedang memotong motong daging
“Nenek itu cucu cucu datang..” ucap salah satu perempuan yang duduk di tikar..
Semua orang pun menoleh ke arah pintu..
“Hah! Bukan cucuku itu! Cucu ku besok kalau Fani punya anak.” Ucap seorang perempuan setengah baya yang bertubuh gemuk dan juga ada banyak perhiasan di tubuh nya duduk di kursi sambil makan sirih pinang.
DEG jantung Dealova serasa berhenti..
“Bukan cucu nya?” gumam Dealova di dalam hati dan semakin bingung dengan keluarga perempuan yang kini ditempati oleh jiwa nya itu. Anjel memegang erat telapak tangan Sang Mama.. sepertinya dia sangat ketakutan.. Sedangkan Kakak masih berdiri di depan pintu dapur sambil menggendong Jendro.
“Nenek berikan sedikit saja pada Anjel dan Jendro.” Ucap Kakak sambil menatap perempuan setengah baya gemuk itu.
“Buat apa kalian kemari hah? Hanya mau minta minta saja kalian itu! Gina kamu didik anak anak kamu itu dan kamu beri tahu agar tidak ngemis ngemis ke tempatku! Sudah tidak ada hubungan aku dengan kamu! Bagian kamu juga sudah kamu ambil! Sudah sana pergi kalian! Lebih baik daging kuberi pada anjiingg dari pada buat kalian hah!” teriak perempuan setengah baya itu sambil melempar tembakau yang penuh air liur nya yang berwarna merah ke arah Dealova..
Dealova pun menghindar sambil berkata..
“Maaf kami tidak akan mengemis ngemis! Ayo Anjel, Kakak kita pulang! kita beli daging sendiri kalau perlu kita beli sapi!” ucap Dealova penuh emosi dan membalikkan tubuhnya sambil menarik tangan mungil Anjel..
“Ha... ha... ha.. ha.. sana beli sendiri. Sombong amat kamu ya Gina orang miskin suka ngemis ngemis saja berlagak mau beli sapi segala, beli tulang burung dara saja kau tidak kuat!” teriak perempuan setengah baya yang gemuk itu.
“Haduh apa sebenarnya yang sudah terjadi pada perempuan ini. Kenapa orang tua nya begitu kejam dan tidak mau mengakui dia dan anak anaknya sebagai cucunya..” gumam Dealova di dalam hati dan semakin bingung.
“Mama benarkah kita akan beli daging? Kita beli sapi?” tanya Anjel sambil mendongak menatap Sang Mama yang kini sudah menggendong tubuh Jendro, karena merasa kasihan dengan Kakak.
“Uang dari mana Mama? Uang celengan buat sekolah ku saja sudah diambil Papa buat beli arak Ma.” Tanya Anjel lagi.
“Ada perhiasan Mama, kita jual saja buat beli daging dan sapi, sapi bisa beranak banyak dan bisa kita jual anaknya.” Ucap Dealova sambil terus melangkah pulang, dia ingin melihat perhiasan yang katanya Nenek tadi sudah memberikan dia mengira perempuan yang tubuh nya sedang di tempati oleh jiwa nya itu, mendapat banyak perhiasan besar besar seperti perempuan perempuan gemuk tadi.
“Mama, bukannya kata Mama semua perhiasan Mama sudah diminta Papa.” Ucap Kakak yang berjalan di belakang.
“Oooo.. iya apa? Apa Mama pernah bilang begitu?... Mama lupa.. kepala Mama sering dihajar Papa jadi Mama banyak lupa..” ucap Dealova.
“Iya Mama pernah cerita dulu Mama dikasih perhiasan sama Nenek tapi habis diminta Papa. Katanya Papa mau mengganti tapi Cuma bohong saja.. karena Papa malas tidak mau kerja jadi tidak dapat uang buat ganti perhiasan Mama.” Ucap Kakak lagi dengan nada sedih.
“Kurang ajar benar laki laki itu, sudah merampas perhiasan perempuan ini, pasti buat judi dan mabok mabok. Apa itu sebab nya Nenek dan Tante anak anak ini jadi tidak suka pada mereka. “ gumam Dealova di dalam hati sambil terus melangkah untuk kembali ke rumah.
“Kalau Mama masih sakit kepala dan banyak lupa besok ke puskesmas saja sama Anjel, biar diberi obat Pak Dokter. Kakak besok kan sudah sekolah lagi Ma, tidak bisa mengantar Mama.” Ucap anak laki laki tertua.
“Ehmmm tapi Mama lupa di mana tempat puskesmas apa Anjel tahu tempatnya.” Ucap Dealova sambil tersenyum nyengir. Kini karena anak anak nya mengira dia punya penyakit lupa malah enak jika bertanya secara terus terang.
“Tahu dong Ma, tempat puskesmas dekat tempat sekolah TK yang untuk tempat sekolah Anjel besok.. tapi uang sekolah sudah diambil Papa.. kita jual ketela ya Ma.. biar dapat uang lagi.. Anjel pengen sekolah biar pinter biar besok kalau besar bisa kerja cari uang banyak..” suara imut Anjel.. dan mereka terus melangkah menuju ke rumah..
“Kakak juga rajin belajar biar besok besar jadi Dokter macam Pak Dokter puskesmas..” ucap Kakak sambil tersenyum lebar.
Mereka pun terus melangkah menuju ke rumah.
Saat mereka sampai di halaman rumah dengan jarak enam meter dari pintu rumah, tiba tiba pintu terbuka dan ada sesuatu barang yang terbang melayang dari dalam..
SSSSSSSSSSSWWWWWUUUUUUIIIIIIITTTTTTTT
KROMPYAAAAAANNNNGGGGGG
Sebuah panci yang hitam pantat nya dilempar oleh tangan laki laki dewasa dari pintu rumah ke arah mereka berempat.. untung panci itu jatuh di depan mereka tidak mengenai tubuh mereka.
“Dari mana kalian keluyuran hah? Dan tidak ada makanan sedikit pun tersisa! Perutku lapar buatkan makanan sekarang! Cepat!” teriak laki laki dewasa berkaos oblong berwarna putih kumal itu, rambut terlihat sangat awut awutan. Kedua tangan nya berkacak pinggang
Jendro yang digendong Sang Mama memeluk erat tubuh Sang Mama. Anjel dan Kakak pun memeluk tubuh Sang Mama dari samping kiri dan kanan. Ketiga nya sangat ketakutan.. Jendro bahkan sudah menangis..
“Huuuuaaaa.... huuuaaaa.... huuuuaaaa....” tangis keras Jendro..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈
walah ini lebih parah aja dr si pati2 itu
kira2 biar g konslet lgi apa perlu di getok pula pala nya kali
2025-03-26
3
YuniSetyowati 1999
Apa tak ada memory dr ingatan Gina yg masih nemplok di database otaknya Gina sih?
2025-03-27
1
YuniSetyowati 1999
Oi 😱 🥺 jd keinget masa lampau saat kedua mertua berkata seperti itu untuk ku dan anak2ku 😭
2025-03-27
1