“Ayo Ma..” suara imut Anjel sambil melangkah dan menarik daster Mama nya yang sudah menggendong Jendro.
“Tapi nanti Mama tidak takut kalau Nenek dan Tante Fani marah marah?” suara imut Anjel sambil mendongak menatap Sang Mama..
“Tidak.” Ucap Dealova singkat dan mantap sambil terus melangkah ke luar dari rumah mengikuti langkah kaki anak laki laki terbesar sedangkan Anjel melangkah di samping nya..
“Kepo banget aku sama Nenek nya kok pelit dan galak pada anak dan cucu cucu nya, apa mungkin dia tidak merestui perempuan ini menikah dengan tukang mabok dan tukang judi. Wajar sih kalau begitu.. perempuan ini memang bodoh mau maunya punya suami macam itu, tapi kasihan anak anak nya yang sudah terlahir.” Gumam Dealova di dalam hati sambil terus melangkah keluar dari halaman rumah yang banyak tanaman ketela pohon, lalu melangkah di jalan di depan rumah nya.
Dealova kaget karena jalan di depan rumah nya bagai sungai kering saja.. banyak batu batu besar di jalan itu.. di kanan kiri jalan kebun ketela pohon.. jarak antar rumah tetangga berjauhan.
“Di mana aku sekarang berada kok seperti di daerah terpencil ya.. “ gumam Dealova di dalam hati lagi..
Jalan berbatu itu terus menurun. Sandal jepit yang telah tipis di telapak kaki Dealova membuat telapak kakinya merasa sakit di saat menginjak batu yang tajam.
Dua anak kecil itu terlihat begitu ringan jalannya, langkah mereka sangat cepat sekali. Dua pasang kaki mungil itu terus melangkah di atas jalan bebatuan dan menurun meskipun tidak terjal. Anjel yang tadi berjalan di samping Sang Mama kini sudah melangkah di depan Sang Mama agak jauh bahkan sudah berada di dekat Kakak nya.
“Apa masih jauh?” tanya Dealova agak keras, kalimat tanya meluncur begitu saja karena dia merasa sudah capek.
Dua anak kecil itu menoleh dan tampak heran menatap Sang Mama..
“Apa Mama lupa jalan ke rumah Nenek? Mama memang lama tidak ke rumah Nenek terakhir hari raya.” Ucap Anjel sambil menatap Sang Mama yang berjalan terengah engah satu tangan menopang tubuh mungil Jendro dan satu tangannya mengusap peluh yang membasahi wajah tirusnya.
“Mungkin pengaruh kepala Mama sering dihajar Papa jadi Mama agak hilang ingatan, tapi tidak gila Njel.” Ucap lirih Anak laki laki tertua sambil sebentar menatap Anjel lalu menatap ke arah Sang Mama.
Sesaat kemudian anak laki laki itu melangkah mendekati Sang Mama karena melihat wajah letih Sang Mama, lalu membalikkan tubuhnya saat sudah berada di depan Sang Mama.
“Kasih Jendro di punggung ku Ma, biar Mama tidak terlalu capek.” Ucap anak laki laki tertua itu.
“Anak ini begitu pengertian pada Mamanya, aku kok menjadi kasihan pada anak anak ini...mungkin Papanya benar benar tidak mengurusi anak anak ini, mereka tergantung pada Mamanya jadi mereka begitu sayang pada Mamanya.” Gumam Dealova di dalam hati sambil menaruh tubuh mungil Jendro di punggung anak laki laki tertua. Karena Dealova benar benar merasa capek dan sakit seluruh sendi tulang nya.
“Kakak hati hati ya.. nanti kalau aku sudah tidak capek Jendro aku gendong lagi..” ucap Dealova sambil melanjutkan langkahnya.
“Iya Ma, tidak apa Kakak kan biasa gendong adik adik.. yang penting Mama tidak pingsan lagi.. kami takut kalau Mama mati, kami harus ikut siapa.. Nenek belum tentu mau apa lagi Papa.. kami pasti hanya disuruh kerja saja dan tidak boleh sekolah..” ucap anak laki laki itu sambil terus melangkah dengan cepat.
Beberapa menit kemudian jalanan pun semakin rata, tidak menurun dan tidak banyak batu batu meskipun juga tidak diaspal.. di kanan kiri jalan pun ada banyak rumah rumah yang jaraknya berdekatan. Tidak saling berjauhan berjarak kebun seperti tadi jalan bebatuan yang tadi dilewati.
“Kalau di sini sepertinya lebih ramai ada banyak rumah rumah.. “ gumam Dealova di dalam hati sambil terus melangkah.
Beberapa saat kemudian
Dealova menoleh ke arah samping kanan ada sebuah bangunan sekolah dasar. Kedua mata Dealova menatap papan nama di depan gedung sekolah yang sederhana itu..
SEKOLAH DASAR NEGERI MBRIO, ILE, LOMBLEN, NUSA TENGGARA
“Hah? Aku sekarang di luar Jawa. Maka nya kok aku merasa sangat asing dengan tempat ini.. untung saja masih di Indonesia aku tidak menjadi lebih ling lung karena tidak tahu bahasa.” Gumam Dealova di dalam hati, dia benar benar sangat tercengang.
“Kakak pasti sekolah nya di sini.” Gumam Dealova di dalam hati lagi. Dia belum tahu siapa nama anak laki laki terbesar itu, karena mereka hanya menyebut Kakak saja.
Anjel terlihat mempercepat jalan nya bahkan anak kecil itu kini malah berlarian..
“Ka kak.. ka....kak....” celoteh Jendro sambil jari mungilnya menunjuk ke arah Kakak perempuan nya seperti nya dia pun juga ingin ikut berlari.
“Mama ayo cepat sedikit. Itu Anjel sudah berlari seperti nya sudah tidak sabar tapi nanti pasti dia akan nangis kalau Nenek dan Tante Fani tidak kasih daging pada dia..” ucap anak laki laki tertua itu sambil menoleh ke arah Sang Mamanya..
“Ayo.” Ucap Dealova segera mempercepat langkahnya, dia pun sudah sangat penasaran untuk melihat sosok Nenek dan Tante ketiga anak itu.
Dari kejauhan Anjel sudah terlihat masuk ke dalam halaman rumah berpagar tembok batu batu yang tersusun hingga setinggi satu meter.
Namun baru beberapa detik saja, tubuh mungil Anjel sudah kembali terlihat dan dia kini berdiri di depan pagar tembok batu itu..
“Cepat Mama.. cepat Kakak.. bau nya sangat enak sekali perutku lapar lagi.. tapi aku takut kena marah Nenek dan Tante!” teriak Anjel..
“Padahal seperti nya orang tua perempuan ini termasuk orang kaya di desa ini. Seperti apa sih orang nya dan kenapa mereka begitu galak dan jahat pada anak anak ini, makanan saja kenapa tidak dikasih padahal anak dan cucu cucu nya kekurangan.” Gumam Dealova sambil menoleh ke arah rumah besar kokoh yang diberi pagar tembok batu, terlihat lebih bagus dari rumah rumah lainnya.
“Ayo Ma, kalau aku sih sudah hafal pasti Nenek dan Tante tidak mau ngasih daging. Tapi Anjel dan Mama mau ke sini ya sudah aku antar.. “ ucap Kakak sambil melangkah dengan cepat..
Tidak lama kemudian mereka pun sudah memasuki pintu pagar. Anjel kini menggandeng tangan Sang Mama dan berjalan merapatkan tubuhnya di tubuh Sang Mama..
Aroma masakan daging lezat sudah tercium oleh hidung mereka berempat, aroma sate, aroma gulai, aroma gurih gurih enak...
“Mam.... mam... mammm...” celoteh Jendro yang masih digendong oleh Kakak, hidung nya pun mencium aroma lezat masakan.
Mereka terus melangkah ke belakang ke bangunan yang mengeluarkan asap beraroma lezat, yang terpisah dengan bangunan besar yang merupakan rumah utama yang tertutup rapat pintu depan nya.
Semakin dekat dengan bangunan yang berasap itu aroma lezat semakin tajam, dan terdengar suara perempuan perempuan saling bercanda ria dan tertawa bahagia ..
Sesaat muncul seorang perempuan keluar dari bangunan berasap yang merupakan dapur itu. Perempuan itu kira kira berusia dua puluh an tahun, bertubuh gemuk dan ada perhiasan emas besar besar di tubuh nya, kalung di leher, gelang di kedua tangannya, cincin bahkan gelang di kaki nya juga ada. Kedua tangan nya membawa satu mangkok besar tampak nya berisi masakan yang sudah matang karena ada asap di atas mangkok itu..
“Hai.. kalian datang ke sini, tahu saja kalian kalau di sini ada banyak makanan enak!” ucapnya lantang sambil menatap tajam ke arah Dealova dan ketiga anak kecil itu. Ekspresi wajah nya terlihat sangat tidak suka dengan kehadiran mereka berempat.
Anjel semakin merapatkan tubuhnya ke tubuh Sang Mama ..Dealova memeluk tubuh mungil Anjel dari samping sambil melihat suasana..
“Tante...” ucap Kakak memberanikan diri..
“Apa!” saut perempuan gemuk itu dengan galaknya..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈
waduhhhh
ini ada nenek abal2 dan tante abal2 buuuu @⍣⃝ꉣꉣAndini Andana perlu di apaiin coba
2025-03-26
3
🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈
mbk ning @Ai Emy Ningrum niehhh ada ondel2 kelas berat nieh perlu di hajar kah
2025-03-26
3
RJ 💜🐑
semoga dia bisa merubah keadaan keluarga nya
2025-03-27
1