Rahasia

"Kekuatan alam adalah kekuatan yang memiliki energi paling besar di dunia."

****

Bosan memperhatikan Vanilla, akhirnya Senja memutuskan untuk beristirahat. Ia membaringkan tubuhnya menghadap langit biru dan perlahan kegelapan pun mulai memasuki iris matanya.

Rasanya lelah, entah mengapa seluruh tubuh Senja menjadi berat. Kantuk yang ia derita semakin lama semakin membawanya ke alam mimpi. Anehnya, mimpi itu tidak seperti biasanya, tidak ada siapa pun disana kecuali dirinya seorang.

"Aneh," gumam Senja. Ia hanya melihat dirinya dan sebuah cermin tua. Cermin itu sebesar tubuhnya, tidak bahkan dua kali lipat lebih besar darinya.

Senja hanya menatap cermin tua itu dengan pandangan skeptis. Ia merasa aneh karena tidak ada pantulan dirinya di cermin tersebut. Hanya ada kekosongan nyata di dalamnya.

"Apa ini?"

Senja mencoba untuk menyentuh cermin tersebut, namun tangannya terhalang oleh perisai transparan. Perisai itu tidak terlihat sampai ia menyentuhnya. Tidak ada reaksi apapun, seperti rasa sakit atau pun setruman saat ia menyentuhnya. Itu hanya sebuah perisai biasa.

"Hah."

Senja menghela napas panjang saat ia tidak bisa melakukan apapun mengenai cermin tersebut. Ia hanya bisa duduk manis di depan cermin sambil mengamati cermin kosong itu.

Lama Senja mengamati cermin itu sampai ia melihat sesuatu yang aneh muncul di dalamnya. Tiba-tiba saja sebuah bayangan hitam muncul di dalam cermin itu. Ia terlihat aneh dengan wajah bertopeng dan mata merah pekat.

Mata itu melihat Senja dengan pandangan mencemooh. Ia terlihat angkuh dengan sifatnya yang begitu arogan. Ia mencoba untuk mengintimidasi Senja dengan pandangan matanya yang tajam.

"Ugh, sial."

Senja mencoba untuk tenang, ia tahu ini bukan saatnya untuk menunjukkan kelemahannya, apalagi pada makhluk aneh yang baru ia temui.

Dengan sifat dinginnya, Senja mencoba untuk menahan tekanan dominan yang di keluarkan oleh mahkluk aneh itu. Ia menelan beberapa kali salivanya untuk membuat dirinya tetap tenang dan rileks.

Meski tubuhnya di dorong jatuh ke tanah, Senja tetap berusaha untuk menegakkan punggungnya. Ia mencoba menekan kembali kekuatan makhluk aneh itu. Namun sayang, kekuatannya masih belum sebanding dengan makhluk itu.

Senja mencoba untuk acuh, meski nyatanya ia sangat tertekan, bahkan keringat dingin mulai bercucuran di wajah dan bahunya. Dengan napas yang mulai putus-putus, Senja kembali mengatur tubuhnya.

"Siapa kau?"

Senja tidak ingin terus berada di dalam dominasi makhluk aneh itu. Ia mencoba terlihat kuat dengan mengintimidasinya kembali, meski hasilnya tetap sama. Senja tahu itu namun ia mengabaikannya.

"Hahaha..."

Makhluk aneh itu tertawa mengejek Senja. Ia tidak sedikit pun menurunkan dominasinya. Ia malah terlihat tertarik dengan Senja yang bahkan kekuatannya tidak sampai ujung kuku miliknya.

"Kau adalah manusia sombong pertama yang berani melihat ku dengan kepala tegak, seperti itu."

Seringai menyeramkan muncul di balik topengnya, ia terlihat begitu semangat dengan mata merah yang bersinar tajam. Meski begitu, dominasinya tetap sama, ia sama sekali tidak berniat untuk menghentikan tekanannya ataupun menguranginya.

" ... "

Senja hanya diam, ia tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Faktanya, kekuatannya sudah habis hanya untuk menahan tubuhnya tetap tegak.

"Hahaha"

Monster itu kembali tertawa, ia terlihat bersemangat dengan sikap Senja yang pantang menyerah. Baginya sulit menemukan manusia yang begitu berani menatap matanya dengan tajam, meski terlihat jelas tubuhnya yang gemetaran.

Ia melihat Senja seperti sesuatu yang begitu menarik. Ia ingin terus melihatnya, meski dominasinya menguat, Senja tetap berdiri tegak tanpa goyah sedikit pun.

"Aku tanya sekali lagi. Siapa kau?"

"Hahaha."

"Manusia yang menarik," lanjut sosok itu dalam hati.

"Apa kau begitu penasaran dengan ku, manusia?"

Monster itu bertanya dengan yakin, ia terlihat sedikit menggoda dengan nada suara yang nakal. Tapi hal sebaliknya malah terjadi pada Senja. Ia merasa bahwa monster itu sangat aneh.

"Untuk apa aku penasaran dengan mu?" tanya Senja balik dengan wajah yang terlihat jijik dengan pertanyaan narsis monster aneh itu. Ia merasa kesal dengan dahi yang mengerut tajam.

"Hahaha, kau unik sekali."

Bukannya marah, monster itu malah merasa lucu dengan wajah Senja yang terlihat kesal.

"Kau adalah manusia pertama yang berani berkata padaku seperti itu."

"Jelas saja aku berani, lagi pula dia hanya ada di dalam cermin."

Senja mengatakan faktanya, ia tahu jika monster itu tidak akan bisa keluar dan menyakitinya karena perisai itu ada di sana. Hanya saja, ia merasa khawatir dengan aura dominan yang pecah dari monster itu, dan itu saja tidak lebih.

"Hahaha."

Monster itu kembali tertawa dan mulai sedikit menurunkan dominasinya. Akhirnya Senja bisa bernapas lega karena tekanan yang menghalanginya telah hilang.

"Aku suka dengan mu."

Mendengar perkataan monster itu membuat Senja gemetar. Wajahnya kesal dengan tangan yang terkepal erat. Bagaimana bisa seorang monster menyukainya, ya meski ia memang cantik, tapi ini sangat menyebalkan.

"Cih, jangan bercanda," gerutu Senja marah. Ia bahkan tidak menutupi emosinya saat ini.

"Hahaha. Apa kau marah?"

"Dasar monster aneh," maki Senja kesal sambil menendang keras ke arah cermin. Namun jelas, cermin itu tidak akan rusak ataupun pecah karena penghalang sihir yang menyegelnya.

"Bagaimana bisa ini tidak pecah?" tanya Senja sambil terus-menerus menendang perisai itu. Bahkan setelah ia mengeluarkan seluruh kekuatannya, jangankan pecah bahkan tergores saja tidak.

"Kau tidak akan bisa menghancurkannya," seru monster itu tajam. Ia kemudian menyeringai aneh pada Senja yang melihatnya dengan wajah penuh tanda tanya.

"Hahaha, kau gadis aneh."

Monster itu kembali tertawa setelah melihat wajah Senja. Ia merasa geli dengan Senja yang menatapnya jengkel. Bahkan ada kerutan tajam di antara kedua alisnya.

"Kenapa kau bisa terkurung di sana?" tanya Senja kembali.

"Jawab pertanyaan ku dan jangan tertawa," lanjutnya tajam. Ia sudah bosan mendengar tawa menjengkelkan dari monster aneh di depannya itu.

"Aku? Entahlah."

Monster itu menjawab acuh tak acuh pada pertanyaan Senja sehingga membuat Senja semakin kesal padanya.

"Sial!" maki Senja sambil menendang ke arah cermin tersebut.

"Hentikan itu, kau akan..."

"Memangnya kenapa?"

Senja memotong perkataan monster aneh. Ia bahkan tidak peduli apakah monster itu akan marah atau malah mengeluarkan kembali dominasinya.

"Kau terlihat seperti ulat bagiku saat melakukan itu," jawab monster itu dengan wajah serius sehingga membuat Senja semakin kesal padanya.

"Hah, dasar."

Senja sudah tidak bisa berkata-kata lagi. Ia memilih untuk diam dan mengabaikan monster itu. Menurutnya akan sia-sia saja memperdulikan monster yang bahkan tidak mau menjawab pertanyaannya itu.

Meskipun ia kuat namun tetap saja setiap kali Senja bertanya, ia malah tertawa dan itu sudah cukup membuat Senja kesal sampai ke tulang-tulang.

"Jantung mu aneh," lirih monster itu setelah diam beberapa saat. Ia kini melihat Senja seperti bayi api yang baru saja menyala dan tentu saja Senja tidak mengerti apa yang ia katakan dan memilih untuk mengabaikannya.

"Kau itu bla bla bla...."

Monster itu terus berkata aneh pada Senja, ia mengatakan hal-hal yang sama sekali tidak dimengerti oleh Senja. Seperti, kau itu hanya anak kecil yang bahkan tidak sebanding dengan jari kelingking ku, dan masih banyak lagi.

Senja yang terus-menerus mendengarnya mulai kesal. Ia awalnya ingin mengabaikan monster itu namun apa yang monster itu katakan cukup membuatnya terpancing.

"Sialan!" maki Senja sambil berdiri dari duduknya.

"Kau cerewet sekali, seperti ibu-ibu saja," lanjutnya dengan tangan yang terlipat di dada.

"Hahaha, lihatlah manusia sombong ini."

Monster itu menunjuk ke arah Senja, ia dengan kesal mendorong jarinya beberapa kali ke arah Senja, tentu saja ia hanya bisa melakukan itu pada cermin karena Senja jauh di hadapannya.

"Huh," Senja memalingkan wajahnya. Ia bisa naik darah jika terus berurusan dengan monster yang ada di hadapannya itu. Senja memilih untuk berjalan menjauh dari cermin sehingga ia tidak dapat melihat cermin itu lagi.

Meski sejauh mata memandang, hanya ada kegelapan pekat disana, tapi Senja tidak peduli, ia terus saja melangkah pergi tanpa memperdulikan lagi perkataan si monster aneh.

"Ini jauh lebih baik," gumam Senja saat ia merasa tidak lagi mendengar suara dari monster itu. Rasanya lega dan bebas, namun sayang ketika ia membalikkan tubuhnya, Senja malah melihat cermin itu kembali.

"Bagaimana bisa!" teriak Senja kaget. Ia bingung sekaligus tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Pasalnya Senja yakin ia sudah berjalan cukup jauh, namun faktanya ia seperti tidak pernah berpindah dari tempat itu.

"Brengsek," maki Senja tajam saat melihat cengiran tajam dari wajah monster aneh itu. Ia kesal dan ingin memukul monster itu jika bisa, hanya saja itu tidak akan pernah terjadi selama perisai itu masih ada disana.

"Sudah waktunya kau pergi."

Kini monster itu tersenyum hangat, ia sangat berbeda dari sebelumnya dan itu membuat Senja semakin penasaran. Ia mengerutkan keningnya tajam saat hendak berjalan mendekati cermin.

"Apa maksudmu?" tanya Senja dengan langkah besarnya. Ia ingin bertanya lebih lanjut namun anehnya, tubuhnya mulai memudar dan langkahnya mulai menghilang.

"Sial."

Senja marah, ia sangat kesal saat tubuhnya mulai menjadi transparan.

"Apa-apaan ini, hah?"

Monster itu hanya tersenyum mendengar makian Senja padanya. Ia sama sekali tidak berniat untuk membantah ataupun menjawab pertanyaan Senja.

"Kau terlihat mirip dengannya."

Monster itu bergumam di saat bersamaan dengan hilangnya Senja dari tempat itu. Ia terlihat senang sekaligus lega dengan kehadiran Senja yang ada disana.

Senja sempat melihat hal itu sebelum ia benar-benar menghilang, namun bukannya senang, hal itu malah menambah rasa penasaran nya tentang tempat ini.

"Siapa monster itu sebenarnya?"

Episodes
1 Awal Baru
2 Pendekatan
3 Pendekatan II
4 peraturan Baru
5 Sandiwara
6 Sandiwara II
7 Rasa yang Aneh
8 Luka dan Ego
9 Luka dan Ego II
10 Luka dan Ego III
11 Kabur
12 Kabur II
13 Kabur III
14 Kecewa
15 Marah
16 Marah II
17 Tipuan
18 Padang Rumput
19 Padang Rumput II
20 Rahasia
21 Perubahan
22 Perubahan II
23 Pesuruh
24 Trik Murahan
25 Kembali
26 Buku Sihir
27 Memantau
28 Korp Penjaga
29 Pelatih Baru
30 Pelatih Baru II
31 Keseimbangan
32 Kumpulan Mana
33 Laporan
34 Monster Lain
35 Monster Lain II
36 Monster Lain III
37 Perubahan Fisik
38 Perubahan Fisik II
39 Curiga
40 Senjata Makan Tuan
41 Teknik Rahasia
42 Taman Bunga Mawar
43 Mayat Hidup
44 Kembali
45 Siapa Kau
46 Meridian
47 Istirahat
48 Kota Baru
49 Rahasia Lain
50 Meridian
51 Meridian II
52 Kekuatan Baru
53 Sahabat
54 Pratikum
55 Casting
56 Teknik Baru
57 Bully
58 Level Up
59 Kendali
60 Informasi
61 Kecurigaan
62 pelatih Baru
63 Elemental
64 Elementalist
65 Ikatan Baru
66 Rutinitas
67 Rutinitas II
68 Teknik Penyembuhan
69 Ujian Tengah Semester
70 Lebih Dekat
71 Halusinasi
72 Penghuni Akademi
73 Metode Ekstrim
74 Target Manipulasi
75 Tenang Sementara
76 Saran
77 Manipulasi Elemen
78 Pecahan Informasi
79 Healing Systems
80 Mencari
81 Sosok Di Balik Angka 46
82 Kunjungan Sahabat
83 Wilayah Tengah
84 Relasi
85 Tangkapan
86 Tertangkap
87 Misi Berburu
88 Desa Awda
89 Strategi Misi
90 Monster Tipuan
91 Ciel Si Penggembala
92 Salah Paham
93 Sandiwara
94 Kecurigaan
95 Kecurigaan II
96 Prasangka
97 Jebakan
98 Jebakan II
99 Rahasia Suara
100 Hipnotis
101 Hipnotis II
102 Eksekusi Rencana
103 Malam Terkutuk
104 Sadar
105 Kembalikan
106 Pengantar Tidur
107 Awal
108 Kebenaran
109 Jebakan
110 Selesai
111 Kejelasan
112 Misi End
Episodes

Updated 112 Episodes

1
Awal Baru
2
Pendekatan
3
Pendekatan II
4
peraturan Baru
5
Sandiwara
6
Sandiwara II
7
Rasa yang Aneh
8
Luka dan Ego
9
Luka dan Ego II
10
Luka dan Ego III
11
Kabur
12
Kabur II
13
Kabur III
14
Kecewa
15
Marah
16
Marah II
17
Tipuan
18
Padang Rumput
19
Padang Rumput II
20
Rahasia
21
Perubahan
22
Perubahan II
23
Pesuruh
24
Trik Murahan
25
Kembali
26
Buku Sihir
27
Memantau
28
Korp Penjaga
29
Pelatih Baru
30
Pelatih Baru II
31
Keseimbangan
32
Kumpulan Mana
33
Laporan
34
Monster Lain
35
Monster Lain II
36
Monster Lain III
37
Perubahan Fisik
38
Perubahan Fisik II
39
Curiga
40
Senjata Makan Tuan
41
Teknik Rahasia
42
Taman Bunga Mawar
43
Mayat Hidup
44
Kembali
45
Siapa Kau
46
Meridian
47
Istirahat
48
Kota Baru
49
Rahasia Lain
50
Meridian
51
Meridian II
52
Kekuatan Baru
53
Sahabat
54
Pratikum
55
Casting
56
Teknik Baru
57
Bully
58
Level Up
59
Kendali
60
Informasi
61
Kecurigaan
62
pelatih Baru
63
Elemental
64
Elementalist
65
Ikatan Baru
66
Rutinitas
67
Rutinitas II
68
Teknik Penyembuhan
69
Ujian Tengah Semester
70
Lebih Dekat
71
Halusinasi
72
Penghuni Akademi
73
Metode Ekstrim
74
Target Manipulasi
75
Tenang Sementara
76
Saran
77
Manipulasi Elemen
78
Pecahan Informasi
79
Healing Systems
80
Mencari
81
Sosok Di Balik Angka 46
82
Kunjungan Sahabat
83
Wilayah Tengah
84
Relasi
85
Tangkapan
86
Tertangkap
87
Misi Berburu
88
Desa Awda
89
Strategi Misi
90
Monster Tipuan
91
Ciel Si Penggembala
92
Salah Paham
93
Sandiwara
94
Kecurigaan
95
Kecurigaan II
96
Prasangka
97
Jebakan
98
Jebakan II
99
Rahasia Suara
100
Hipnotis
101
Hipnotis II
102
Eksekusi Rencana
103
Malam Terkutuk
104
Sadar
105
Kembalikan
106
Pengantar Tidur
107
Awal
108
Kebenaran
109
Jebakan
110
Selesai
111
Kejelasan
112
Misi End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!